Terimakasih Milo

5.6K 593 95
                                    

"Lama amat sih!" ucap Axel seraya membukakan pintu mobil.

"Kan gua musti dandan dulu!" sahutku.

"Gua risih banget daritadi diliatin bocil-bocil. Kaya baru pertama kali liat mobil sport aja!"

"Lain kali jangan jemput gua pake mobil bagus. Jemput pake taksi aja! Lagian dah gua bilang, tunggu di depan toko aja. Ngapain lu jemput gua di depan gang."

"Dah, buruan naek!"

"Sabar!" Aku masuk ke dalam mobil.

"Abis lulus, lu mau kuliah di mana?" tanya Axel.

"Masih belum tau, yang jelas masih sekitaran Jakarta. Kalo lu?"

"Daddy minta gua kuliah di Inggris."

"Baguslah."

"Kok baguslah?"

"Maksudnya, kampus di Inggris kan bagus-bagus."

"Iya, tapi gua dah nyaman aja di Indo. Soalnya ...." Axel menoleh padaku, hingga padangan kami pun beradu.

"Soalnya apa?" Aku agak sedikit canggung bercampur horor dengan tatapannya.

Ia kembali mengarahkan pandangan ke depan. "Nanti gua kasih tau sehabis makam malam."

"Tapi kok ini arahnya, bukan ke rumah lu."

"Ya emang bukan di rumah. Makanya ada dress code."

"Oh pantesan. Terus makan di mana?"

"Di restoran Fine Dining. Lu tau Fine Dining, gak?"

"Idih! Meremehkan Karra! Gua juga tau."

"Pernah nyobain?"

"Belum, orang gua taunya dari Drama Korea!" sahutku, terkekeh.

"Drakor mulu, pokoknya ntar pas di resto jangan norak."

"Iye!"

Sekitar 30 menit kemudian, kami pun sampai di salah satu gedung tinggi di Jakarta. "Restonya mana?" tanyaku, bingung.

"Restonya ada di lantai 60," balas Axel. "Sini!" Ia menarik tanganku ke arah lift. Ini kali pertamanya ia menyentuhku. Meski sentuhannya terasa kasar, berbeda dengan Milo.

Di dalam lift, kami tak mengobrol sedikitpun. Bahkan meliriknya saja aku tak berani. Belum lagi, ditambah rasa deg-degan, memikirkan apa yang harus dilakukan saat Fine Dining.

Ting!

Pintu lift terbuka.

Axel mengulurkan tangannya. Sementara aku menatapnya heran. "Pegang tangan gua!"

"Astaga gua bukan nenek-nenek yang musti dituntun ke mana aja!"

Omelanku tak berhasil. Tanpa basa-basi Axel langsung menarik tanganku dan menggenggamnya erat, seraya berjalan ke arah pintu resto.

Seorang pelayan resto menyambut kedatangan kami. "Atas nama Axel dan Karra," ucap Axel.

Kok ada nama gua?

Hantu TampanUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum