Salah Rumah

3.9K 405 5
                                    

Apaan sih maksudnya si Milo! Tiba-tiba dateng, tiba-tiba pergi. Bikin gua kesel aja.

"Napa mukanya ditekuk gitu, Kar?" tanya Ibu saatku masuk ke rumah.

"Tuh keset ngeselin!" sahutku seraya berjalan ke kamar.

Kriet!

Kubuka pintu kamar. "Aaaa!" teriakku saat melihat Milo ada di dalam.

"Ada apa, Kar?" tanya Ibu.

"Ada kecoa terbang!" sahutku sambil menutup pintu.

"Kecoa?" tanya Milo.

"Bukan lu," batinku.

"Makanya kamar tuh dibersihin!" sahut Bu.

"Iya," sahutku sambil melirik ke arah Milo yang sedang melihat-lihat laptop.

"Laptop kamu jelek," ucap Milo.

"Lu tau laptop juga?"

"Aku sering melihat anak sekolahku membawanya, tapi jauh lebih bagus dari ini."

"Ya jelas lah! Bandingin laptop sekolah international sama sekolah biasa. Biaya masuk ke sekolah lu aja sama kaya biaya sekolah gua sampe lulus."

Duh ribet bener dah, ngegas pake suara batin.

"Tadi bilangnya gak masuk ke rumah, cuman nunggu di luar. Sekarang ngapain lu masuk kamar gua. Jangan-jangan bener, tadi lu ngintip pas gua mandi plus ganti baju. Dasar hantu mesum!" batinku.

"Saya tidak mesum, Karra. Hanya terpaksa datang ke sini untuk minta maaf."

Baguslah kalau ia mau minta maaf. Jadi aku tidak perlu minta maaf duluan. "Oh begitu, santai aja, udah gua maafin kok."

"Apa kamu tidak marah padaku?"

"Nggak. Lupain aja kejadian pas di sekolah. Wajar kalau jawaban kamu salah semua."

"Maaf."

"Udah, jangan minta maaf lagi."

"Kamar kamu berantakan," ucap Milo sembari berjalan keliling kamar.

"Hey! Jangan ke situ!" teriakku saat Milo akan berjalan ke kamar mandi.

"Aku hanya ingin melihat kamar mandimu saja."

"JANGAN!" 

Milo memasang wajah bengong. "Katanya kamu sudah tidak marah padaku. Kenapa malah membentakku?"

"Pokoknya jangan ke kamar mandi, Ya." Aku menurunkan intonasi suara.

Tok! Tok! Tok!

"Kar," panggil Ibu.

"Ya, Bu," sahutku.

"Ada apa teriak-teriak?"

"Filmnya ngeselin, Bu." Aku mendelik ke arah Milo yang masih berdiri di dekat kamar mandi. "Jangan masuk, Sayang," batinku lembut, sembari menggeleng-gelengkan kepala.

Milo tersenyum, kemudian melangkah mundur. "Apa kamu tidur di sini?" tanyanya yang kini berdiri di samping kasur.

"Enggak! Aku tidur di lantai!" sahutku kesal.

"Benar dugaanku, kamu masih marah."

Aku melebarkan senyum, menunjukan deretan gigi yang rapi dan putih. "Nggak marah kok. Cuman pertanyaan lu terlalu basa-basi," batinku.

"Ya sudah, maaf kalau aku mengganggu."

Hadeuh, lama-lama si Milo kaya Mpok Minah di Bajaj Bajuri. Minta maaf mulu!

Hantu TampanWhere stories live. Discover now