elenharits : [My Dearest]

751 52 6
                                    

Song : My Dearest by Supercell [english lyrics by AmaLee]

......................................................................................................

So Everything that makes me whole belongs to you I'll give my heart and soul ...
I'm yours ...

Minggu 1
"Fata!" panggil Lena pada pemuda berambut hitam gondrong di belakangnya. Fata hanya bergumam sambil melanjutkan tugas matematikanya.

"Fata aku gak ngerti nomor yang ini! Kok bisa sih 22x dibagi 11 hasilnya 2x?" Lena memutar posisinya dan memberikan catatannya pada Fata. "Fataaa ... aku gak ngerti beneran," keluh Lena dengan wajah memelas.

Tak tahan, Fata akhirnya bangkit dan berjalan keluar kelas dengan buku tugas di tangannya. "Gadis bodoh," gumamnya.

Minggu 2
"Fata! Kamu udah ngerjain tugas Fisika?"

Fata yang baru datang hanya bergumam lalu duduk di kursinya.

Diam-diam Lena tersenyum senang. Ada kemajuan! Sekarang Fata bergumam!

"Fata, aku mau nanya yang nomor tiga!"

Fata terdiam sebentar lalu mengibaskan tangannya. Isyarat mengusir.

Senyum Lena berganti dengan cemberut bibir-lima-senti. "Fata songong!" makinya dalam gumaman yang masih terdengar oleh Fata.

Minggu 3
Lena selalu mencari alasan untuk menoleh ke belakang, contohnya melihat jam dinding. Padahal fokusnya adalah pemuda yang duduk di belakangnya.

Minggu ini ujian dan demi neptunus Lena berpikir soal ujian ini setara soal olimpiade tingkat nasional. Badannya bergerak gelisah. Ia mengedarkan pandangan dan melihat teman-temannya yang sibuk mencari contekan. Beberapa bahkan sibuk membujuk Fata agar makhluk titisan es itu memberikan jawaban.

Fata tentu saja sudah selesai mengerjakannya. Sudah jadi kebiasaan Fata untuk mengulur waktu sampai sisa 30 menit.

Setelah pengawas tiba-tiba datang, kelas mendadak sepi.

"30 menit lagi," ujarnya.

Fata berdiri dari kursinya diiringi tatapan iri kawanan kelas. Namun fokus Lena adalah selembar kertas yang diberikan Fata. Lena segera membuka dan membaca isinya diam-diam.

"Aku tahu kamu bodoh, tapi aku percaya kamu gadis yang jujur

-Fata"

Minggu 4
Lena menatap hasil ujian miliknya yang isinya sangat minimalis-ekonomis. Semua harga melambung tinggi tapi kenapa nilainya tetap rendah?

Diam-diam Lena meringis ketika melihat hasil ujian Fata. Nilai sempurna. Ia merasa Tuhan sangat adil sehingga mempertemukan dirinya yang bodoh dengan Fata yang jenius.

"Ini,"

Lena mendongak ketika sebuah kertas muncul di hadapannya. Fata menghampiriku?!

"Pelajari jawabanku untuk remedial nanti," ujar Fata singkat.

Lena tersenyum sumringah. Suasana hatinya berubah dan seluruh selnya berubah jadi pink.

"Terima kasih, Fata!"

Fata menoleh. "Mau ke taman bermain habis ini? Kita pulang jam 10, kan?"

Lena mengangguk senang. Usahanya sebulan ini membuahkan hasil.

Fata

Gadis bodoh itu selalu menggangguku sejak pembagian kelompok biologi. Ia selalu bertanya padaku tentang apapun, padahal aku yakin anak SD pun bisa menjawabnya.

Aku tau aku salah karena dingin padanya. Aku punya alasan. Gadis itu berbahaya. Keluargaku sangat peduli pada prestasi akademikku. Kakakku yang jenius masuk rumah sakit jiwa setelah terjebak friendzone teman wanitanya. Pamanku bunuh diri setelah diceraikan istrinya. Wanita itu mematikan logika. Jadi, aku menghindarinya.

"Mau ke taman bermain? Nanti kita pulang jam 10, kan?"

Pertanyaan itu keluar tanpa pikir panjang. Setelah memberikan begitu saja kunci jawaban padanya, aku mengajaknya ke taman bermain. Padahal aku bisa dihukum ayah karena melewatkan les matematikaku.

Ini rekor.

"Fata," panggil Lena. "Terima kasih. Aku tau sebenernya kamu baik." Lena tersenyum ceria.

Gadis ini ... mengapa bisa seringan ini?

Perlahan sudut bibirku terangkat. "Sama-sama."

Mata gadis itu melebar. "Fata bisa tersenyum! Kukira kau hanya bisa bergumam," ujarnya takjub.

Aku tertawa meremehkan sambil mengusap kepalanya. "Kau pikir aku ini apa?"

"Ternyata Fata juga bisa tertawa!" teriak gadis itu. Kami tertawa sepanjang hari seperti orang gila.

***

"Sekali lagi, terima kasih ya," ujar gadis itu dalam perjalanan pulang. Aku mengangguk dan tersenyum untuk membalasnya.

"Fata,"

Aku menoleh ketika suara berat itu memanggilku. Tubuhku membeku. Lidahku kelu.

"Kau berani untuk kabur ternyata ... bersama pacarmu, huh?"

Tatapannya tajam. Wajahnya memerah karena marah. Kulihat di sampingnya dua orang berbaju hitam menodongkan senjata ke arah Lena.

"Ayah, biar Fata jelaskan. Bisakah kedua pengawal ayah menurunkan senjata mereka?" ujarku mencoba tetap tenang.

Ayah masih menatapku tajam. "Kau tau aku tak perlu alasan, Fata. Minggir. Aku akan membunuhnya sebelum kau yang terbunuh,"

Ayah pasti sangat kehilangan ketika adik satu-satunya bunuh diri dan sangat sedih saat kakak jadi gila.

"Ayah, tenang dulu ayah. Fata bukan mereka, ayah!"

"Diam Fata!"

Kedua pengawal menurunkan senjata lalu berlari kearahku, mengunci semua pergerakanku. Meninggalkan ayahku yang mengacungkan senjata dan Lena yang berdiri ketakutan.

"Tenang, gadis kecil. Aku akan mengirimmu ke surga,"

DOR!

Suara letusan pistol terdengar setelah kata-kata ayah, mengiringi peluru yang bergerak cepat akibat hukum kekekalan momentum.

Beberapa detik kemudian aku mendengar jeritan histeris Lena. Kurasakan sesuatu mengoyak dadaku.

***

One day you will understand all the mysteries inside my heart

I will wait for that day praying that we will never fall apart (My Dearest)

Even if all hope is lost and somehow I'm forced to fade away

And even if I disappear I know that things will be okay

I'll become eternal and will live on in your memory

I'll never forget you and I hope you will remember me

You're my dearest treasure

And for you I'd take my heart and soul and I'd

Risk it all

...

•END•

SongFict : LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang