AstKazu : [When You're Gone]

835 58 4
                                    

Music : When You're Gone by Avril Lavigne

..............................................................................

I always needed time on my own
I never thought I'd need you there when I cry

Satu hari lagi kulewatkan dengan mata yang masih enggan beristirahat.

And the days feel like years when I'm alone
And the bed where you lie
Is made up on your side

Kuterbaring menyamping di atas kasur, memandang pada bagian sesuatu yang seharusnya masih ada di sana ... ya. Harusnya dia masih ada. Tidur bersamaku tadi malam ... dan seharusnya kami terbangun bersama saling berbagi senyum.

Kemarin adalah hari yang sangat hebat bagiku.

"Kau tidak akan pernah mengerti perasaanku!" aku menjerit kencang, luput ke kendali jiwa. Tanganku secara sadar tak sadar meraih vas kosong di atas laci ruang keluarga dan membantingnya tepat di depanku.

Sosok yang kurindukan itu tadinya masih ada di depanku ....

"Karen ...."

"Aku tak butuh lagi kehadiranmu di sini!"

Depresi yang sangat hebat. Hatiku terasa seperti dicambuk oleh beribu-ribu pecut. Aku terisak tak henti-hentinya. Napasku berjalan dengan tidak stabil. Aku merasa sangat hancur ... benar-benar hancur lebur bagai keping pecahan vas bunga yang tak akan bisa kembali seperti semula biarpun direkatkan sebaik mungkin ....

Bekas hancur itu akan selalu ada di bagiannya.

"Kau mau aku apa sekarang?" tanya seorang laki-laki di depanku dengan lirih. Aku tahu nada suaranya itu penuh kasih ... penuh getir ... penuh cinta. Tetapi sayangnya aku tidak sanggup lagi untuk membendung perasaan sepi ketika ia selalu pergi dan pulang dalam kondisi mengkhawatirkan.

"Pergilah ...," gumamku, "pergilah," aku mengulangnya lagi dengan pilu, tertunduk tak punya keberanian untuk menatapnya lagi. "Aku mengizinkanmu."

"Sungguh?" nada penuh harap tersirat dari suaranya.

"Ya. Dan jangan pernah kembali lagi. Aku sudah tidak bisa lagi menahan ini semua, Erich."

Kesenyapan meresahkanku saat itu. Aku benar-benar kalut tak bisa menebak bagaimana bisa mulutku berujar sewenang-wenangnya, padahal hatiku sangat rindu setengah mati pada sosok laki-laki berwibawa yang kucintai ini.

Dan di saat itulah, aku tak sama sekali mendengar langkahnya, namun tiba-tiba saja aku sudah jatuh dalam rengkuhan manisnya. Tubuhku begitu lemah, aku hanya bisa meresapi kehangatan dari tubuh gagahnya yang begitu menghanyutkan.

Malam itu adalah malam yang membuatku tak mampu mendefinisikan perasaanku.

Malam itu ... ia bercinta denganku. Aku merasa sangat bahagia karenanya. Semakin mencintainya lebih dalam. Semakin menguatkan hatiku untuk tetap setia padanya. Ia membuatku terus menggumamkan namanya dengan penuh arti. Aku mencintai Erich. Tak perlu ada kata "sudah menikah" pun, aku benar-benar mencintainya.

Sesudah malam indah itu, ia membalutku dengan selimut senyaman mungkin. Ia menyibak rambut pendekku ke belakang telinga, mencium keningku lembut, memberiku senyum bak bidadara sebelum aku terlelap memimpikannya.

"Aku ingin kau terus menungguku di sini," bisiknya. "Aku janji bulan depan kita akan menikah."

Aku tak lagi mampu menggerakkan tubuhku. Erich beranjak dari kasur, segera mengganti pakaiannya, kemudian membuka pintu ....

When you walk away I count the steps that you take
Do you see how much I need you right now?

Erich ... jangan pergi.

When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone

"Erich ...," ucapku sendu, tenggorokanku mulai terjerat, dan dadaku terasa seperti dihantam oleh berkilo-kilo baja.

The face I came to know is missing too
When you're gone
The words I need to hear to always get me through the day

Tetapi ia malah memberiku senyum hangat sembari disiram seberkas cahaya dari luar kamar.

"Jangan pergi ...."

And make it okay

Setelah itu ia menghilang dari balik pintu.

I miss you

Dan itu adalah sebuah kisah yang baru pertama kali kurasakan.

I've never felt this way before
Everything that I do reminds me of you

Aku beranjak dari ranjang, melihat lembar baju Erich yang kemarin ia pakai tergeletak di atas lantai. Aku pun meraihnya, kembali terhenyak pada kasur, menghirup aroma khasnya yang masih tertinggal di sana.

And the clothes you left, they lie on the floor
And they smell just like you,
I love the things that you do

Kembali kuingat peristiwa malam yang sangat membuatku kacau ....

When you walk away I count the steps that you take
Do you see how much I need you right now?

Tak terasa kini air mata kembali bergulir ketika aku memeluk pakaiannya erat-erat ....

When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone
The face I came to know is missing too
When you're gone
The words I need to hear to always get me through the day
And make it okay
I miss you

Tak pahamkah kau Erich, biarpun aku sulit sekali untuk memberi tahumu? Aku benar-benar menginginkanmu untuk hadir di sisiku setiap saat.

Aku tak pernah menyangka aku sangatlah perindu.

Aku tak pernah menyangka aku sangatlah cengeng.

Dan apakah kau tidak sadar di luar sana, hidup bisa mengancammu dan sewaktu-waktu kau akan meninggalkanku selamanya? Apakah kau tidak memikirkan perasaan ini?

We were made for each other
Out here forever
I know we were, yeah, yeah

Aku tak bisa menghentikan air mataku ... aku tak mengerti kenapa aku begitu lemah akan hal ini. Apakah kau membenciku, Erich? Apakah kau tidak senang dengan sikapku yang terlalu keras padamu?

All I ever wanted was for you to know
Everything I do, I give my heart and soul
I can hardly breathe, I need to feel you here with me, yeah

Bila kau tidak pergi malam itu, aku ingin memohon maaf padamu.

When you're gone
The pieces of my heart are missing you

Pulanglah, Erich ....

When you're gone
The face I came to know is missing too

Pulang ....

When you're gone
The words I need to hear will always get me through the day

Tiba-tiba saja suara denting bel rumah menyentakku. Aku secara tak sadar mengenakan kaos Erich yang sangat besar dan menggantung longgar di tubuhku. Kemudian aku berlari ....

And make it okay

Erich, apakah kau pulang?

Namun ternyata sosok di balik pintu depan rumah bukanlah laki-laki yang kunanti.

"Nick?" aku pun terheran.

Laki-laki pirang itu menatap ke bawah dengan awan suram menggantung di atasnya. Ia tampak begitu berduka, sontak meriuhkan benakku dengan nama Erich yang terus berpusing di dalam kepala.

"Erich meninggal tadi malam ...," gumam laki-laki itu.

I miss you

Belum sempat sehari aku ditinggal berkali-kali lagi olehnya.
Dan dimulai hari ini, dia menghilang selamanya ....

•••
THE END

SongFict : LostWhere stories live. Discover now