the_nymph25 : [Talking To The Moon]

956 56 8
                                    

Song : Talking To The Moon by Bruno Mars

..................................................................................

Malam yang cerah tanpa awan ditambah dengan cahaya bulan adalah favorite ku. Aku menyukai malam seperti ini karena hanya di malam yang cerah seperti ini saja aku dapat melihat dan berbicara denganmu.

Kulirik jam ditanganku telah menunjukkan pukul 20.00, langit tampak cerah. Kaos polo putih dengan dilapisi kemeja kotak-kotak berwarna biru yang tidak kukancing, celana jeans warna senada serta sepatu kets menjadi tampilan andalanku saat aku akan menemuimu, karena kamu pernah mengatakan kalau kamu menyukai penampilanku yang seperti ini. Aku segera melangkahkan kaki ku keluar kamar untuk bergegas menemuimu.

"Bumi, mau kemana kamu malam-malam gini udah rapih kayak gitu?" pertanyaan bunda membuatku menghentikan langkahku sebentar. "Biasa bunda, mau ketemu sama Bulan, aku udah janji soalnya." Jawabku sambil lalu. "Lagi?" lanjut bunda. "Iya donk Bun. Oiya, aku udah bawa kunci kok, jadi gak papa kalau bunda mau kunci pintunya. Assalamualaikum bunda, aku berangkat ya".

Kakiku segera bergegas menuju kearah halaman depan rumahku, lebih tepatnya menuju rumah pohon yang sengaja aku buat untuk aku dan Bulan, tentunya dengan bantuan papa yang seorang arsitek saat membuat rumah pohon itu. Rumah pohon itu sangat indah, dengan design yang banyak dihiasi oleh berbagai hiasan benda-benda langit menggantung dirumah pohon itu yang dilengkapi dengan teropong bintang sehingga dari rumah tersebut aku dan Bulan dapat mengamati benda langit bersama-sama.

"Hai Bulan, kamu udah lama nunggu yaa? Maaf yaa aku telat 2 menit 45 detik." Sapaku pada Bulan saat menginjakkan kaki di rumah pohon itu.

"....."

"Bulan, kok diem sih, maaf sayang, aku terlambat, aku janji deh gak akan terlambat lagi. Suer." Ucapku sambil jariku membentuk huruf V.

"Bulan, kamu tau kan aku kangen banget sama kamu, udah beberapa hari ini langit mendung, sehingga kita nggak bisa ketemu." Tambahku.

"Gimana perasaan kamu sekarang tinggal di istana kaca impian kamu itu? Kamu seneng? Apa istana itu seperti impian kamu?" nada suaraku mulai parau.

"Dasar gila!!" tiba-tiba ada suara yang nyeletuk dari bawah. Pandanganku menuju ke satu arah, kulihat disana ada seorang ibu paruh baya yang sedang berbicara kearahku dari trotoar di bawah rumah pohon kami. Aku tidak menghiraukan ocehan ibu itu karena aku sudah terbiasa mendengar celetukan seperti itu dari tetangga sekitarku. Tatapanku kembali fokus menatap Bulan.

"Bulan, kamu ingat pertemuan pertama kita?" ucapku lagi.

*flasback on*

"Halo selamat datang dan selamat bergabung di klub astronomi ini. Kenalkan, nama saya Bumi Putra Atmadja, kalian bisa memanggil saya bang Bumi, saya adalah ketua kegiatan mahasiswa astronomi di kampus ini sekaligus senior kalian karena saya ada di tingkat tiga, saya harap kalian akan senang dan betah disini, ini adalah rumah ketiga kalian setelah tempat tinggal dan kampus kalian. Saya tau meskipun kalian tidak semuanya berasal dari jurusan Astronomi, tapi jangan ragu untuk bertanya dan berbagi apapun disini. Kalau kalian ada masalah jangan sungkan untuk berbicara pada abang. Oke, untuk membuat kita mengenal satu sama lain silahkan perkenalkan diri kalian dan alasan kalian masuk ke klub astronomi ini." Tandasku menyelesaikan pembukaan pada mahasiswa baru yang bergabung pada klubku.

Semua para anggota baru telah memperkenalkan dirinya, hingga sampailah kepada anggota terkahir, dia adalah gadis termanis yang pernah aku lihat selama ini, suaranya terdengar sangat lembut dan enak didengar.

"Halo perkenalkan, nama saya Bulan Citra Kusuma, biasa dipanggil Bulan. Saya berasal dari SMA 354. Alasan saya masuk jurusan dan klub ini adalah karena saya ingin sekali dapat melihat istana kaca di bulan..." belum sempat Bulan menyelesaikan perkenalannya seluruh orang yang hadir menjadi riuh dan tertawa, kulihat wajah Bulan menjadi memerah karena malu. Aku tidak tahu apa yang membuat mereka tertawa, karena menurutku alasannya itu unik. Maka aku pun menepuk tanganku, seketika itu juga tawa mereka berhenti karena penasaran siapa yang menepuk tangan disaat yang lain menertawakannya.

***

Tidak terasa aku dan Bulan sudah bersama disatu klub selama hampir 3 tahun, dan itu artinya aku sudah berpacaran dengannya selama 2 tahun. Tahun pertama aku menghadiahkannya rumah pohon hasil karyaku dan papa, dan tahun kedua aku berencana ingin mengajaknya ke suatu tempat spesial, dimana kami dapat sepuasnya menikmati taburan cahaya bintang dan bulan, menjadi lebih dekat dengan mereka.

Saat itu jalanan cukup ramai, aku mengendarai mobilku bersama Bulan menuju tempat yang akan menjadi kejutan untuknya dengan santai. Sepanjang perjalanan aku dan Bulan bercanda ria, membicarakan kekonyolan teman-teman dan juga para kelakuan dosen killer. Namun tiba-tiba saja Bulan terdiam, dia tiba-tiba mengatakan sesuatu,"Bumi, kalau nanti sesuatu terjadi sama kita, aku harap kamu nggak akan berlarut-larut dengan kesedihanmu, aku hanya meminta kamu janji 1 hal, kamu hanya boleh bersedih tidak lebih dari 3 kali purnama, purnama pertama untuk aku, purnama kedua untuk kamu, dan purnama ketiga untuk kita. Itupun berlaku untuk aku. Okay?"

"Hush, kamu kok ngomong kayak gitu, kayak udah mau kemana aja. Lagian gimana bisa aku melewati hariku tanpa kamu. You are everything for me." Balasku

.

"Nggak, pokoknya kamu harus janji, mana kelingking kamu. Kita kait jari kelingking dulu biar kamu nggak ingkar."

Dengan ogah-ogahan akupun melakukan kait jari dengan Bulan.

"Puas?" ucapku sinis.

"Iyaaaaa... makasih Bumi sayang, Love you so much." Ucapnya yang diikuti dengan tawa lebarnya.

"Love you more and mo....."

Tiba-tiba saja kalimatmu terputus begitu saja karena dari arah yang sama ada sebuah motor dengan kecepatan tinggi menyalip mobilku yang membuat aku menginjak rem tiba-tiba. Namun nahas bagi mobil kami, karena dari arah yang sama, mobil di belakangku menabrak mobilku yang ngerem mendadak dan mobilku terpelanting jatuh ke jurang.

Dari kejadian itu hanya aku yang selamat, karena ternyata aku tidak mengenakan sabuk pengaman dan terlempar keluar mobil, sedangkan Bulan terperangkap dimobilku yang segera meledak karena terpicu oleh gesekan dan bensin. Aku sempat mengalami koma selama 2 minggu.

*flashback off*

"Bulan, ternyata saat itu kamu sudah merasakan firasat bahwa ajal akan menjemputmu. Kamu tau kan kalau aku akan selalu sayang sama kamu. Betapa berat hariku tanpa kamu disampingku. Tapi setidaknya aku tau kalau kamu sudah mencapai cita-cita kamu yaitu melihat istana di bulan. Terimakasih bulan untuk semuanya, ini purnama terakhir untuk kita. Kamu dan kisah kita akan aku kenang selamanya, aku Bumi dan kamu Bulan. Seperti bulan yang selalu menemani bumi mengelilingi matahari, seperti itu pula kamu dihatiku. Selamat jalan Bulan. Semoga kamu bahagia disana. Aku tidak akan bersedih lagi karena aku tau kamu memperhatikan aku dari istana diatas bulan."

Bendungan cairan bening dari mataku tidak lagi mampu aku tahan, buliran itu jatuh membasahi pipiku sama seperti malam-malam sebelumnya, menemanimu hingga posisimu digantikan oleh semburat sinar surya di kaki langit.

......
THE END

SongFict : LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang