veronicatj : [Soundless Voice]

1.3K 100 5
                                    

Song : Soundless Voice by Kagamine Len

............................................................................

"Mungkin saat aku selesai menulis semua curhatan di surat ini, kau sudah tiada. Namun, aku ingin suatu saat rohmu berkunjung disini, aku ingin kau membacanya, agar kau mengerti isi hatiku yang sebenarnya.
Hari itu kita bertemu, di musim dingin 3 tahun lalu, aku melihat tubuh ringkihmu bergetar, syal yang kau pakai hampir rusak, dan rambutmu berantakan. Karena aku kasihan padamu, aku membawamu masuk ke dalam rumah, dan kita sama-sama berbagi kehangatan di depan perapian.
2 tahun kemudian, pada musim yang sama, suatu peristiwa terjadi padamu. Aku kaget melihatmu tiba-tiba jatuh diatas salju. Waktu itu aku seperti terkena serangan jantung, aku kaget setengah mati dan menangis takut kehilanganmu. Aku menggendongmu dengan cepat ke kamar dan merawatmu. Berhari-hari kau tidak sadarkan diri, berhari-hari juga air mataku terus mengalir deras. Kapan kau akan sadar? Kau tidak tahu seberapa khawatirnya aku padamu?
Dan akhirnya setelah beberapa hari kau sadar. Aku memelukmu dengan erat, menanyakan keadaanmu. Saat itu juga, aku seperti terkena petir di siang bolong, kau ternyata mengidap penyakit yang mematikan. Kau kabur dari rumah karena tidak ingin membuat orangtuamu terbebani. Dan bagian yang paling menyakitkan, waktumu tidak lama lagi.
Hari itu akhirnya datang. Kau mengatakan padaku, kalau kau ingin bermain salju untuk yang terakhir kalinya. Dengan perasaan yang bercampur aduk, aku membawamu keluar. Kau terlihat begitu antusias. Kita bermain lempar bola salju, lalu bermain kejar-kejaran. Waktu itu aku terlalu bersemangat untuk mendahuluimu. Aku terus berlari tanpa melihat ke belakang. Namun saat kudengar tidak ada orang yang mengikutiku, aku menoleh. Mataku membelalak, dan aku segera berlari ke arahmu. Aku dengan cepat menggoyangkan tubuh lemahmu, memanggil namamu berulang kali, tidak ada sahutan. Hanya sunyi yang kudengar saat itu. Suaramu, tawamu, seketika sirna ditelan salju. Aku menangis dengan keras, meneriakan namamu hingga parau.
Siang berganti malam, aku masih saja diam disampingmu. Kenapa kau meninggalkan aku? Bukankah kita sudah lewati suka duka bersama? Aku menatap langit malam yang tidak berbintang. Rasa dingin di sekujur tubuhku tidak kupedulikan lagi. Malam ini juga, aku mengambil keputusan.
Aku akan ikut bersamamu.
Untuk apa aku hidup? Aku hidup sendiri, kehilanganmu, tanpamu. Tidak ada lagi teman bernyanyi, teman bermain, maupun orang yang kujaga. Saat ini aku baru sadar, perasaan yang selama ini kudapat ketika bersamamu. Ya, aku mencintaimu, aku mencintaimu! Tak terhitung sudah berapa kali aku meneriakan hal itu didepan tubuhmu yang terkulai, namun apa daya, lisan tak lagi bisa kau dengar, tulisan tidak bisa lagi kau baca. Kau telah tiada, meninggalkan setitik kenangan dalam hatiku.
Dan akhirnya aku menulis surat ini. Aku akan meninggalkannya didalam rumah kita. Entah siapa yang akan baca aku tidak peduli. Yang jelas, aku akan berbaring disampingmu, membiarkan diriku tertutup salju. Membiarkan jiwa, raga, dan tubuhku tertimbun. Era kita akan hilang, tenggelam untuk selamanya. Suara tidak lagi ada gunanya, nyanyian tidak lagi ada gunanya.
Salju, kumohon tutuplah tubuhku ini, hingga yang semua bagian tubuhku tidak ada lagi yang terlihat. Suara, jiwa, raga, semuanya, dan pada akhirnya yang tersisa, hanyalah putih.
Intinya, selama ini aku mencintaimu, aku akan mengikutimu kemanapun. Rasa kehilangan ini sudah tak ada lagi artinya, karena sebentar lagi kita akan bertemu di tempat yang indah.
Salam dari orang yang mencintaimu, Rito."
"Selesai." Laki-laki itu tampak menghela nafas, lalu berdiri dan melipat surat yang barusan iaa tulis menjadi 2. Ia menaruhnya di atas meja bersama dengan satu sheet kertas musik, yang sudah terisi oleh nada-nada dan lirik.
"Kau tahu, kehilanganmu begitu merepotkan." Ia menatap miris gadis yang terkulai lemas di sofa. Ia kemudian memandang isi rumah itu dengan seksama, dan meneteskan air mata.
"Jika ini yang harus kulakukan untuk terus bersama, maka aku rela." Kemudian ia menggendong gadis itu di punggungnya, dan membawanya keluar. "Tenanglah, Rita. Sebentar lagi kita akan bersama."
Laki-laki bernama Rito itu kemudian duduk diatas salju, dan membaringkan gadis itu. Perlahan-lahan, ia ikut berbaring bersama. Salju-salju menutup jejak mereka berdua. Impian Rito sudah terwujud. Sebentar lagi, mereka akan bertemu di alam yang lebih indah.
...
THE END

SongFict : LostWhere stories live. Discover now