Extra : Haechan & Jaemin

11.9K 935 61
                                    

Kurang lebih 10 tahun yang lalu, di sebuah panti asuhan tua di pinggir kota, terdapat seorang anak yang duduk sendirian di atas tubuh pria tua yang sudah tidak bernyawa.

Dia memangku dagunya, merasa bosan karena orang yang dia duduki terlalu cepat mati.

"Haechan! Kau ini. Kenapa membunuh orangtua mu lagi?"

Anak laki-laki yang baru saja membunuh di gang dekat panti asuhannya melihat ke arah wanita paruh baya yang berjalan ke arahnya.

Dia memutar bola matanya dan menjawab, "Orang ini hampir melecehkanku di sini, padahal aku baru diambil olehnya."

Wanita tua itu menggeleng. Dia menarik Haechan untuk berdiri.

"Dasar sampah. Maaf, Haechan. Ajhumma tidak melihat dengan teliti latar belakangnya. Harusnya aku mencari tahu dulu riwayat kesehatannya."

"Tidak perlu berbohong. Aku tahu kau sengaja agar aku bisa membunuhnya 'kan? Malas sekali turun tangan."

Haechan bersandar di dekat dinding. Untuk anak seusianya ini, seharusnya dia pergi bermain dengan teman-temannya, tetapi karena dia dibesarkan di panti asuhan ini, dia harus melakukan beberapa hal busuk sebagai bayaran.

Wanita tua itu tersenyum lebar. Dia tertawa melihat Haechan. "Kau yang terbaik. Sangat bagus membesarkanmu. Akan tetapi, kali ini bukan rencanaku. Aku tahu dia pedofil, tapi aku tidak menyangka dia akan melecehkanmu tepat setelah dia membawamu. Dia kaya, jadi kupikir kau akan hidup bahagia dengan uang miliknya."

Haechan berdecih. Dia berjalan pergi dari sana sambil berkata, "Bereskan itu."

Sejak dia lahir, Haechan tidak tahu wajah orangtuanya. Dia dibesarkan oleh wanita tua tadi di sebuah panti asuhan yang sebenarnya tidak seperti panti asuhan. Mereka membesarkan anak-anak di sana sebagai pembunuh bayaran.

Jika ada yang memiliki sifat kemanusiaan, maka mereka akan disiksa sampai mereka gila atau mati.

Haechan beruntung tidak mendapat siksaan seperti itu. Pikiran dan perasaannya tidak ada sejak awal. Jadi, apa yang dia lakukan selama ini tidak ada yang salah.

Saat Haechan akan kembali ke panti asuhan, dia melihat seorang anak laki-laki sedang menghajar seorang anak perempuan lain di halaman panti. Ketika anak perempuan itu tidak lagi bergerak, anak laki-laki itu baru melepaskannya.

"Kau siapa?" tanya Haechan.

Anak laki-laki itu memiliki tinggi yang tak jauh beda dengan Haechan. Wajahnya datar tanpa ekspresi.

"Ha? Jaemin! Apa yang sudah kau lakukan?"

Dari belakangnya, wanita tua tadi berlari dan mendekati Jaemin dan anak perempuan tersebut. Dia memeriksa nadi anak tersebut dan wajahnya berubah datar.

"Kau baru datang dan sudah membunuh saja. Hah! Tapi bagus. Aku suka anak tanpa emosi sepertimu. Masuklah. Aku akan mengurus ini. Haechan, bawa Jaemin ke kamarmu. Mulai hari ini, dia menjadi teman sekamarmu."

Haechan melihat Jaemin, kemudian menarik tangan anak itu menuju kamarnya.

Di dalam kamar, Haechan menyuruh Jaemin untuk duduk. Dia mulai bertanya, "Kau berasal dari mana?"

Anak laki-laki itu menggeleng membuat Haechan bertanya kembali. "Kau tidak bisa bicara?"

"Bisa."

"Lalu, dari mana kau?"

"Pinggir jalan."

"Ha?"

Awalnya Haechan tidak mengerti, tetapi setelah berpikir dia menjadi paham. Anak ini tidak memiliki rumah dan mungkin wanita tua itu menemukannya dan membawanya kemari.

The Real Obsession | MARKHYUCK (END)Where stories live. Discover now