Bab 4. Kamera

12.8K 1.4K 163
                                    

Hari ini adalah hari ulang tahun sekolah dan mereka merayakan ulang tahun sekolah di aula. Kepala sekolah memberikan beberapa patah kata sebelum masuk ke acara non formal.

Setiap kelas wajib memberikan minimal satu pertunjukan. Dari kelas Haechan, mereka memberikan 2 hal. Tarian Kpop dan lagu. Haechan membawakan lagu milik Taylor Swift, The Best Day.

Liriknya memang bukan untuk sekolah, tapi setidaknya sedikit bisa berhubungan. Semua orang menikmati pesta di hari itu hingga sore hari.

Para panitia dari Osis maupun beberapa sukarelawan dari beberapa kelas, mulai berbenah. Membereskan alat dan barang di aula. Meletakkan secara teratur dan rapi di sisi gudang sekolah.

"Ini tahun terakhir aku menjadi panitia. Aku tidak mau ikut lagi."

Jaemin mengeluh di gudang sekolah. Dia bersama Haechan, Mark, dan Jaehyun, mengangkat kursi dan meletakkannya di gudang. Jaraknya tidak jauh, hanya terletak di samping aula.

"Maaf, Jaemin. Kami kekurangan orang," ucap Haechan.

Jaemin menepuk pundak Haechan. "Kekurangan orang? 20 orang yang mendaftar karena kau yang minta, masih kau bilang kurang? Belum lagi 10 orang yang diajak oleh Jaehyun dan Yuta Sunbae. Sialan kau."

"Untuk acara seperti ini memang dibutuhkan banyak orang. Lihat. Kau saja lelah membawanya sendirian."

Jaemin tidak ingin lagi berdebat. Dia beralih ke belakang dan melihat Mark menyusun kursi dengan rapi.

Jaemin mendekati Haechan dan berbisik. "Jika dilihat dari dekat, dia biasa saja. Tidak seperti yang di rumor kan."

"Yang menyebarkan rumor siapa?"

Jaemin mengangkat bahunya. "Yang jelas bukan aku." Dia pergi dari gudang, mengikuti Jaehyun yang telah pergi terlebih dahulu.

Haechan kembali fokus menghitung jumlah kursi yang telah diletakkan di gudang. Mencatatnya di notes agar tidak salah.

"Hae-haechan."

Haechan berbalik dan melihat Mark. Lelaki itu menggenggam kuat kedua sisi bajunya.

"Kenapa?" tanya Haechan lembut. Dia berusaha membuat Mark nyaman, tapi Mark masih saja gugup ketika berbicara.

"Itu ...."

"Haechan! Sedang apa? Ayo, makan malam. Yang lain sudah menunggu."

Belum sempat Mark berbicara, Jaemin kembali dan berteriak memanggil Haechan dari luar.

"Iya! Sebentar. Kau mau bilang apa, Mark?"

Mark menunduk dan menggeleng. "Tidak ada."

"Yasudah. Kalau begitu, ayo, keluar. Mereka sudah menunggu kita."

Sudah menjadi rutinitas bagi para panitia. Setelah bekerja, mereka akan makan bersama karena sekolah yang membayar. Ini adalah alasan lain selain karena diajak oleh Haechan, murid-murid mau menjadi panitia.

Di atas kompor yang menyatu dengan meja, mereka memanggang daging sapi yang telah di potong-potong. Harumnya menyebar ke seluruh wajah mereka. Ada juga beberapa jenis masakan kimchi dan makanan yang lain. Karena mereka masih SMA dan di bawah umur, mereka hanya boleh meminum jus dan air putih saja.

"Terima kasih, Ssaem."

Semua panitia berdiri dan menundukkan kepala mereka pada kepala sekolah yang telah membayar makan malam hari ini.

"Sama-sama. Duduk dan makan yang banyak. Heuheu."

Daging terasa lembut di lidah. Sup kimchi pun terasa enak, bahkan jusnya pun terasa nikmat.

The Real Obsession | MARKHYUCK (END)Where stories live. Discover now