Bab 9. Pertemuan

9.7K 1.1K 22
                                    

Ada banyak hal di dunia ini yang tidak boleh dilakukan. Jika ada yang melakukannya maka dia harus siap menerima konsekuensinya. Salah satunya adalah ketika mencintai seseorang.

Mark, seorang lelaki yang menyukai lelaki lainnya, sedang berusaha keras menghindar dari seseorang.

Setiap kali dia melihat orang itu, Mark akan berbalik dan mengambil jalan memutar. Jika tanpa sengaja berpapasan, Mark hanya tersenyum kecil kemudian pergi dengan cepat. Hal ini sudah dia lakukan selama hampir seminggu.

Kelas mereka berbeda. Jadi, Mark tidak perlu repot-repot menghindar saat sedang belajar.

"Mark!"

Selesai sekolah, Mark keluar paling akhir. Dia memiliki jadwal piket hari ini. Jadi, sebelum pulang dia harus membersihkan kelas dan mengunci pintu.

Saat dia sedang berjalan ke ruang guru, suara Haechan memanggilnya. Sejenak, Mark berhenti karena terkejut. Dia tidak ingin membalikkan tubuhnya, tapi dia juga tidak bisa melarikan diri begitu saja.

"Kenapa belum pulang?" tanya Haechan ketika dia sudah menyusul Mark.

"Itu, aku, ini." Mark menunjukkan kunci ruang kelasnya, "aku bertugas untuk mengembalikannya ke ruang guru."

Haechan mengangguk. Kemudian dia ikut berjalan bersama Mark menuju ruang guru. Kemudian menaruh kunci di tempatnya dan berjalan bersama menuju gerbang sekolah.

Keduanya masuk ke dalam suasana canggung. Sudah lama mereka tidak berjalan berdua dan Mark sama sekali tidak ingin berduaan dengan Haechan. Dia takut akal sehatnya akan menghilang.

"Eum, Mark?" Dalam keheningan, Haechan membuka suara.

"Ya?"

Haechan terlihat ragu, tetapi dia tetap bertanya, "Kenapa kau menghindariku?"

Mark melihat Haechan dengan cepat dan menggeleng. "Tidak. Aku tidak."

"Kau iya. Aku sudah merasa kau menjauhiku sejak dari vila Jaemin. Apa aku membuat kesalahan?"

Mark kembali menggeleng. Dia berbisik pada dirinya sendiri. "Itu salahku."

Namun, Haechan masih mendengar kalimat itu. Dia bertanya, "Salahmu? Memang kau buat apa?"

"Itu, aku, eum. Tidak tahu."

Mark menjawab dengan linglung. Dia tidak menyangka Haechan menyadari sikapnya dan bertanya tentang itu. Dia tidak memiliki persiapan sama sekali.

"Kau menghindariku," kata Haechan. Dia menunjukkan wajah sedih, membuat Mark merasa bersalah.

"Aku hanya tidak ingin kau sering terlibat bersamaku. Orang-orang akan menilaimu buruk."

"Kenapa peduli dengan mereka? Tenang saja. Mereka tidak berpikir yang aneh tentangku."

Mark tersenyum. Tentu saja, siapa yang akan mengatai Haechan? Dia adalah siswa pintar dan banyak disukai oleh siswa lain.

"Aku sakit hati kau bersikap begitu." Haechan tiba-tiba menjadi marah. Dia membuang muka, tapi tetap berjalan di samping Mark.

"Maafkan aku."

Haechan melirik Mark dengan ujung matanya. "Kalau begitu, bawa aku ke rumahmu."

"Ha? Untuk apa?"

"Untuk berkunjung."

"Tidak ada hal yang bagus di rumahku. Tempat itu sangat kumuh."

"Ya, aku tetap ingin lihat."

Pada akhirnya, Mark menyerah. Mereka sudah berdiri di depan rumah Mark.

The Real Obsession | MARKHYUCK (END)Where stories live. Discover now