Bab 6. Alkohol

11.3K 1.2K 109
                                    

"Ini ponselmu. Tidak ada data yang hilang."

Seorang pemuda yang bekerja di pusat service itu menjelaskan ini dan itu pada Mark.

Karena ponsel milik Mark masuk ke dalam air, ponselnya membutuhkan perawatan selama tiga hari sehingga dia baru bisa mengambilnya sekarang.

Haechan mengintip ke arah ponsel Mark. "Coba cek. Apa ada yang hilang?"

Mark membalikkan ponselnya dan langsung memasukkannya ke dalam saku celana. Dia berbalik dan mengajak Haechan untuk pulang.

Dia akan memeriksanya di rumah. Berbahaya jika dia membuka ponselnya di depan Haechan. Kelakuannya selama ini akan diketahui dan Mark yakin, dia akan dijauhi oleh Haechan atau bahkan menjadi bahan gosip baru di sekolahnya.

"Ah, ya. Mark. Aku mau tanya."

Mark melirik Haechan sekilas. "Apa itu?"

Mereka berdua berjalan di bawah sinar bulan. Hari ini osis memiliki kegiatan lain sehingga membuat mereka pulang malam. Namun, kereta menuju rumah Mark masih bisa dia kejar.

"Aku dengar dari temanku, kau mengatakan pada mereka jika kita berpacaran?"

Sial!

Mark tidak menyangka Haechan akan menanyakan ini padanya. Dia segera membuat alasan dengan cepat. Tidak peduli masuk di akal atau tidak, Mark mengatakan semua hal yang terlintas di pikirannya.

Dia harus menyelamatkan diri sekarang.

"A-aku ... tidak bermaksud. Maaf, Haechan. Mereka terus menerus bertanya hal yang sama setiap kali ada orang yang dekat denganku. Jadi, untuk kali ini aku benar-benar kesal dan mengatakan pada mereka bahwa itu benar. Hanya agar mereka puas dan tidak menekanku lagi."

Haechan membuka mulutnya mendengar penjelasan Mark yang seperti tanpa jeda. Dia menjelaskannya begitu cepat dan baru merasa kehabisan napas ketika dia selesai berbicara.

"Hahaha. Aku mengerti. Yasudah, biarkan saja. Mereka juga tidak menganggapnya serius."

Laki-laki itu tertawa, merasa tidak masalah sama sekali. Mark tidak tahu harus bersikap seperti apa. Jantungnya berdegup kencang melihat Haechan tertawa. Dia juga merasa senang karena Haechan terlihat tidak masalah dengan semua rumor yang terlekat pada namanya.

Haechan benar-benar baik.

Aku menyukaimu...
Sangat ... sangat suka...

"Oh, ya. Semalam, Jaemin mengajak kita pergi ke vila miliknya saat liburan nanti. Setelah ujian semester."

Vila milik Jaemin? Mark berteriak dalam hatinya. Orang-orang kaya memang berbeda jauh dengan orang miskin sepertinya. Vila pribadi? Seperti di drama yang ditonton oleh ibunya 'kah?

"Mark." Haechan menyenggol lengan Mark yang termenung sambil berjalan.

Khayalan Mark buyar saat Haechan memanggilnya. Dia segera menjawab, "Ada apa?"

"Kau ikut tidak?"

Mark menggeleng. Dia merasa tidak pantas berada di antara orang-orang kaya.

"Kenapa tidak?"

"Selama liburan aku akan belajar."

"Belajar? Saat liburan?"

Mark mengangguk.

"Tidak, tidak. Hentikan itu. Sudah cukup belajarnya. Kau harus liburan. Aku tidak mau tahu, kau harus ikut."

Mark tidak bisa menolak lagi. Haechan tiba-tiba memaksanya dan akan merajuk jika Mark tetap menolak.

The Real Obsession | MARKHYUCK (END)Where stories live. Discover now