TIGA PULUH DELAPAN

2.7K 210 18
                                    

ANNE POV

Aku menatap sedih aplikasi Likestagramku yang dari kemarin entah kenapa bisa eror seperti ini. Hah.. bisa-bisa aku rugi besar kalo seperti ini, aku kembali menyimpan handphone ku kedalam saku apron sambil berharap aplikasinya bisa kembali seperti sedia kala, mau bagaimana pun aplikasi itu sangat berguna bagiku yang notebenya seorang owner yang membutuhkan promosi untuk kelangsungan peningkatan penjualan.

Aku beranjak dari tempat kasirku untuk berinisiatif mencium sebuah kain yang terlumuk di sofa. Hm Bau tai, sangat bau tai,bercanda, baunya yang sebenarnya adalah bau coklat bercampur kopi kapal api. Aku segera menjauhkan kain itu dari hidungku, lalu menjiwir kain bekas selimut Elano itu ke wc untuk segera direndam oleh air dan sedikit tumpahan pewangi Melati.

"Loh Bi?! Tumben." Aku berujar kaget tentu saja saat pria bongsor itu sudah anteng-antengnya duduk di sofa tadi sambil tersenyum manis kearah ku. Tumben sekali.

"Tumben pagi-pagi banget udah kesini. Apa ada yang penting?" Ujarku menyerahkannya segelas susu Energen kepadanya.

Mas Abbi tersenyum manis dan menggeleng. " Enggak ada Ne. Pengen aja hehe."

Aku menyerngit tentu saja saat mas Abbi tersenyum begitu manis seperti itu. Tunggu-tunggu tumben sekali dia bersikap seperti ini, apa jangan-jangan...

"Jadi kamu udah ada calon nih Bi?"

Aku tersenyum jenaka padanya. Ia menggeleng sambil cungar-cengir gak jelas, tuh kan, orang lagi kasmaran mah kan emang gini, suka gaje plus senyum-senyum sendiri. Aku tak menampik bahwa aku senang sekali Mas Abbi sudah mempunyai seorang calon sebagai pendamping hidupnya,  sebagai seorang temannya tentu saja aku akan sangat bahagia mendengarnya walaupun ia tadi sempat menampiknya, ya mungkin karena malu. Hah.. Mas Abbi ini benar-benar menggemaskan, Eh, apa? m-maksudku Mas Abbi sangat menggelikan haha.

"Enggak ada An. Beneran ih!" Ia menatapku dengan raut senangnya dengan terselip sebuah nada merengek. Aku menutup mulutku kaget, apa-apaan tadi, kenapa ia merengek seperti, yang benar saja, kenapa terdengar sangat menggemaskan sekali, maksudku sedikit. Hah ini tidak bisa dibiarkan, kalo Mas Abbi bersikap imut seperti ini bisa-bisa aku kejang-kejang lagi saat ini juga.

Aku lalu berdiri dan bergegas meninggalkannya kearah tempat oven, ini bukan pengalihan ya!! hm tapi, sebenarnya ada apa sih dengan Mas Abbi itu, kenapa hari ini dia terlihat berbeda sekali, kenapa juga dia terlihat menggemaskan sekali shubuh ini. Apa mungkin karena kasmaran ia menjadi seperti itu? Ya, mungkin karena itu. Aku menggeleng sendiri lalu dengan segera memasukkan kembali adonan-adonan roti yang kupegang ini setelah adonan yang tadi sudah terlihat matang. Aku sedikit mendengus karena membutuhkan waktu yang cukup lama menunggu roti-roti ini matang, sebenarnya aku memiliki dua oven yang cukup besar untuk memanggang roti-roti ini, namun sayangnya yang satu lagi itu sedang rusak dan jadilah mengapa aku sedikit membutuhkan waktu lama untuk memproduksi roti ataupun bronies akhir-akhir ini. Sebenernya aku ingin sekali memperbaiki oven ini, namun karena oven ini sangat berat jadinya aku tidak jadi untuk membawanya ke tukang perbaikan.

"Loh An. Oven yang satunya kenapa gak dipakai? Rusak kah?"

Aku tersentak kaget saat tiba-tiba wajah brewokannya itu sudah ada disampingku. Oh Ya tuhan, apa mungkin ini jodoh untuk wanita yang nyapunya selalu tidak bersih itu, mengapa terlihat begitu rupawan sekali. Hah, beruntung sekali wanita-wanita itu, berbeda denganku yang nyapunya selalu bersih, jadi mana mungkin juga aku dapat modelan seperti ini. Aku mendengus sempat-sempatnya aku memuji wajah pria lain yang sudah memiliki calon, aku mengusap dadaku kemudian merapalkan Istighfar menenangkan dadaku yang sedang dag dig dug ser, karena ulah Mas Abbi. Yang mengagetkanku tentunya.

"Iya Bi. Oven yang itu rusak, udah dari Kamis kemarin itu, panasnya gak muncul-muncul gatau kenapa."

"Loh kenapa gak hubungin aku sih An kalo ovenmu rusak. Kan kalo kamu hubungin aku,bisa aku bawa oven kamu ke perbaikan."

Ujarnya yang membuatku menyerngit, mau konteks gimana Bi, wong saat itu juga kamu kayak lagi marah sama aku, pikirku. Aku kemudian tersenyum, kulihat kini ia beralih menilik-nilik oven, tak tahu sedang akan berbuat apa.

"Oh, ini kabelnya ada yang putus nih Ne. Lihat" Ujarnya memperlihatkan kabel yang rawing bekas seperti gigitan kucing. Aku mendengus, apa ini ulah si Cantika kah, bukan mau memfitnah atau bagaimana, tapi kan si Cantika itu sukanya main di sini, di belakang oven. Toh jadi ulah siapa lagi kalo bukan si Cantika yang gigit. Hah, si Cantika ini, untung gak kebakaran juga Tokoku ini. Aku mendesah lega.

"Yaudah aku bawa aja ya ini ke bengkelku agar diperbaikin."

Aku mengangguk, melihatnya menggendong oven itu keluar Toko.

"Mau dibawanya gimana Bi?"

"Kamu tenang aja. Nanti ada kok anak buah aku yang jemput kesini."

"Yaudah yuk masuk! Aku pengen ngomong sesuatu sama kamu."

Aku tersenyum lalu mengangguk, kemudian kami masuk dan saling duduk secara berhadap-hadapan.

"Btw. Makasih ya Bi." Ujarku memecah keheningan yang tiba-tiba melanda ini. Kulihat Mas Abbi mengangguk sambil tersenyum.

"Em kamu mau ngomong apa?" Aku sedikit heran karena ia dari tadi tak kunjung-kunjung untuk berbicara, ha apa mungkin ia memintaku untuk menjadi Pageur Ayu atau menjadi salah satu Brismaid di nikahannya nanti, hah kalo meminta seperti itu aku gak keberatan kok, lagain kenapa juga mas Abbi tegang sekali.

"Sebenarnya An....."

Aku menaikan satu alisku menunggu kalimat selanjutnya. " Sebenarnya apa?"



"Sebenarnya......"




















TBC

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Gimana kabarnya para pembacanya Comeback Mama Anne? Pada sehat-sehat kan?

Eh btw gimna sih nulis Brismaide itu, bingung aku sumpah.

Tak lupa aku mau ucapin terimakasih untuk yang selalu vote, komen, dan selalu mampir disetiap chapternya. Pkona thankyou banget 🤗

Btw doain aku ya mau UM nih tanggal 21 Maret. Doain ya, semoga aku mudah untuk jawab disetiap soal-soalnya. Mohon doa nya ya🙏

Udah segitu aja terimakasih.






01-02-2022

Come Back Mama Anne : Available in e-booksWhere stories live. Discover now