TIGA BELAS [ Spesial Chapter ]

12K 1K 6
                                    

"Mama, apa boleh kalau Alan nginep lagi?"

Aku yang dari tadi sibuk mencari-cari kunci dari tas, tiba-tiba mendongak kebelakang menatap pemuda ABG yang tampak malu-malu seperti kucing betina yang sedang birahi.

"Boleh." Aku tersenyum melihatnya yang tampak senang dengan pipi yang sudah memerah, hei apa udara disini panas? Sampai-sampai pipinya sudah terlihat seperti tomat yang sudah masak.

"Beneran Ma?"

Aku mengangguk, lagipula aku tadi awalnya juga ingin menyuruhnya untuk menginap saja malam ini, karena waktu sudah jam satengah sebelas malam. Jadi, aku khawatir jika dia pulang di waktu tengah malam begini. Bisa-bisa ada begal lagi, lagian mana tega aku melihat anak berumur 15 tahun membawa motor di jam rawan seperti ini.

"Yuk buruan masuk! Diluar dingin!"

Ia mengangguk lucu kemudian berjalan dengan langkah pelan di belakangku.

"Assalamu'alaikum."

Aku mengucapkan salam setelah kami sudah masuk di rumah.

"Kamar kamu masih di sana ya."

Aku menunjuk pintu yang mungkin sudah diketahui oleh anak ini.

"Mau langsung tidur sekarang?"

Alan tampak tak menjawab ia hanya diam menunduk memainkan jari-jarinya.

"Ada apa Alan?"

Aku bertanya khawatir melihat bahu Alan yanh tampak gemetar dengan terdengar suara isakan kecil yang membuatnya seperti kuntilanak perempuan yang sedang mencari mangsa, enggk bercanda ya.

"Hei, kenapa kok nangis."

Lagi-lagi kekhawatiran ku bertambah mendengar isakannya yang semakin bertambah agak kencang, ada apa? Dengan sedikit berani aku memeluknya erat, sesekali aku menepuk bokongnya pelan, serta suara sholawat agar dia menjadi lebih tenang.

Sebenernya ada apa ini ?



Vers Alano....

Aku memperhatikan Mama Anne, iya dia mamaku yang tengah berbincang ria dengan bajingan, iya itu Pamanku. Sampai-sampai Mama melupakan aku disini yang kesepian, dan tentu juga ingin diberi perhatian.

Aku mendengus melihat pembicaraan mereka yang tak kunjung selesai, sampai kapan aku diabaikan seperti ini.

Tiba-tiba si bajingan Pamanku melirik dengan ekor matanya, dengan cepat aku menatapnya sinis yang dibalas seringai menyebalkan olehnya. Sekali lagi aku mendengus kemudian dengan sebal aku membuka ponsel pintarku yang dari tadi berbunyi terus menerus.

"Kak kamu mau pulang?".

Aku yang mendengar suara cempreng milik si perebut perhatian mendongak melihatnya . Aku mengangguk cepat, lagian mau ngapain juga disini, dari awal tujuan kesini juga bukan untuk melihat si Brengsek Elano melainkan untuk bertemu Mamanya, Mama Anne.

"Iya. Aku mau pulang. Mama juga mau pulang paman?"

Aku menjawab dengan sopan walau malas sebenarnya, tapi disini ada Mamaku, jadi aku tak mau Mama Anne pergi lagi jika Mama berpikir aku anak tidak tau sopan santun.

"Iya. Anne mau pulang. Gimana kalo Anne sama kamu aja, bisa kan Kak?"

Aku yang mendengar dengan cepat mengangguk. Kemudian menarik tangan Mama Anne yang tampak lembut. Meskipun Mama Anne tampak ingin melepaskan, tapi tak ayal aku memperkuat genggamanku.

"Mas aku duluan ya."

Aku mendengus melihat Mama Anne yang tampak seperti tidak senang di genggam olehku. Dengan sedikit tenaga lagi aku berlari sambil menggenggam Mama Anne menuju parkiran rumah sakit.

Come Back Mama Anne : Available in e-booksWhere stories live. Discover now