11. | Our Privacy

7.1K 744 12
                                    

〈Hai. Kalau suka bab ini nanti, jangan lupa vote dan comment-nya, ya. Ditunggu!✨〉

Lavaka | Lovely❝Our Privacy❞︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lavaka | Lovely
Our Privacy❞︎

○◔◑●

Salah satu hal paling dibenci Lavaka adalah menghadapi kedua teman dekatnya—Kalandra dan Jarvis yang memiliki rasa penasaran akut. Untuk ukurannya yang memang jarang berkumpul, tak ayal Lavaka menjadi bulan-bulanan dan diinginkan agar berbagi cerita. Sayangnya, ia bukan tipe orang seperti itu.

Lavaka lebih memilih menyendiri, tak suka sedikit pun mendongengkan apa yang sedang dialami, bahkan akan berusaha keras menyelesaikan permasalahan sendiri. Maka dari itu, Lavaka sering kali mangkir dari kedekatan Kalandra dan Jarvis, tak jarang pula tidak acuh atas persoalan keduanya.

“Lavaka …, Lavaka. Mainan lo cukup cringe juga, ya. Gue pikir cara Jarvis yang kelewat kuno pas ketemu mantan, ternyata lo lebih-lebih,” komentar Kalandra pertama kali sembari geleng-geleng kepala. “Enggak paham lagi gue, Lav, sama pikiran lo yang aneh begini. Belajar dari mana, sih?”

Di single sofa di tengah-tengah ruangan kerjanya, Lavaka memutuskan bungkam berhadapan dengan Jarvis serta Kalandra yang bersisian. Sejauh ini, tampaknya laki-laki itu tidak berniat mengatakan sepatah kalimat. Di bawah tilikan sepasang manusia yang ada di depannya, Lavaka justru menunduk.

“Lo kali ini enggak bisa diandalkan. Sekali berkontribusi di acara gue yang sakral, lo malah buat semuanya hampir kacau.” Jarvis berkata dengan nada gereget. “Gue lebih gugup karena berpikir lo bakal ditinju Bang Danesh ketimbang mau ijab kabul.”

“Gue enggak segila itu.”

“Lo gila karena bisa-bisanya sukses bikin Bang Danesh kayak mau bunuh lo detik itu juga! Otak lo di mana, Lavaka?!”

Lavaka mengangkat kedua pundaknya bersamaan, lalu menikmati jus jeruk yang sengaja disediakan karena kedatangan Jarvis dan Kalandra. Ia mendesah pelan sebelum akhirnya berujar kembali, “Buktinya, kan, enggak.”

“Allahuakbar. Amit-amit Aruna dapat jodoh kayak lo, Lav!”

“Jangankan lo, Jar. Kalau sampai Aruna suka cowok kayak Lavaka, gue juga akan minta lo supaya jangan restui,” lanjut Kalandra sarkastis. Sesudah itu, ia balik menatap Lavaka yang dari ekspresinya terpantau keruh. “Jujur, Lav. Sebenarnya, sekarang lo lagi merencanakan apa?”

“Enggak ada.”

“Jangan bikin gue kesal, ya, Lavaka. Lama-lama gue hack juga sistem perusahaan lo biar tahu rasa.”

Drunk in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang