2. | Nomor Aku Masih Sama!

12.2K 1.4K 26
                                    

〈Hai. Kalau suka bab ini nanti, jangan lupa vote dan comment-nya, ya. Ditunggu!✨〉

Lavaka | Lovely❝Nomor Aku Masih Sama!❞︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lavaka | Lovely
Nomor Aku Masih Sama!❞︎

○◔◑●

Sepuluh tahun. Iya, Sepuluh tahun berlalu dari terakhir Lovely peduli terhadap pemilik nama yang huruf awalnya sama dengannya. Ia tidak menduga takdir kembali mempertemukannya dan Lavaka. Kakak kelas yang dahulu amat sangat disukai Lovely, bahkan—meskipun sebentar—pernah menjalin hubungan.

Di masa lampau, Lovely tidak tutup telinga akan fakta kalau dirinya yang menjadi penyebab mereka berpacaran. Bermodal perasaan tertantang setelah diejek tidak berani, ditambah sifat agresif yang mendarah daging … Lovely-lah yang berperan menyatakan cinta pada Lavaka. Sesimpel itu, sehingga tidak salah jika tidak bertahan lama.

Di ingatan Lovely pun sikap Lavaka tidak menyenangkan. Laki-laki itu selalu saja mengabaikannya seolah bukan siapa-siapa. Tiga bulan resmi menyandang status pacar, tidak membuat Lovely bahagia, alih-alih tertekan dan memudarkan keceriaannya. Tidak akan membahagiakan jika penuh paksaan.

Hal itulah juga yang membuat Danesh turut membenci Lavaka, mungkin sampai hari ini tidak juga memaafkan. Danesh terlampau tidak menyukai tiap nama Lavaka tiba-tiba disebutkan untuk hal apa pun.

“Love, are you sure?”

Baru saja disinggung dalam hati, sahutan Danesh dipastikan ingin memicu Lovely bimbang. Malas menanggapi pembahasan serupa seperti semalam, ia berniat berbincang saja dengan Daisy, pacar sekaligus sekretaris Danesh yang duduk tenang di sisi kirinya. Lovely tidak mau mengacaukan mood-nya sendiri. 

“Mbak, hari Minggu aku ada waktu, lho. Kita shop—”

“Lovely Anatasya Gunadhya.” Danesh menekan nama lengkap adiknya di dalam satu tarikan napas dan menyentak tangan Lovely agar menghadapnya. “Abang enggak pernah ajarin kamu untuk enggak dengar apa yang Abang bilang.”

Lovely mengerjap, lalu sedikit beringsut menjauh. Posisi di tengah-tengah Danesh dan Daisy, menyebabkan pergerakannya tak bebas. Sejuk AC tidak terasa menerpa kulit Lovely, melainkan aura marah di mata Danesh. Lovely menunduk, meminta pembelaan Daisy pun tidak ada gunanya.

“Kamu benaran yakin mau ketemu Lavaka?”

“I-iya, Bang. Aku … aku terima, kayaknya.” Lovely menjawab hati-hati, berusaha tidak terdengar ragu. “Enggak ada masalah, kan?”

“Enggak ada masalah matamu, Love!” Danesh menggeram gemas, tampak sangat ingin menyadarkan kebodohan adiknya kali ini. “As I see, kamu kelihatan happy banget mau ketemu curut satu itu, kan? Jangan lupa, sejauh mana dia dulu sakiti kamu! Kamu pikir Abang main-main waktu bilang enggak setuju?!”

Drunk in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang