0.0 Prologue

488 128 57
                                    

"Terkadang mencintai tidak harus memiliki"
-Alden Regantara.

"Kita gak akan bisa bersatu, Den." Ucap Rayna sedikit menggertak.

"Tapi kenapa.." Ucap Alden lirih.

"Belajar cintai diri lo sendiri dulu, Baru lo bisa mencintai orang lain." Ucap Rayna lalu meninggalkan Alden, Membuang coklat dan air mineral yang Alden berikan.

Alden diam membeku disitu, Kenapa Rayna selalu menolaknya? Apakah ada laki-laki lain yang menarik perhatian Rayna? Monolog Alden.

-

Rayna berjalan menuju kelas dan memasuki kelas tersebut. 'Ribut' kalimat itu lah yang menunjukan kondisi kelas ini sekarang.

Ia memakai earphonenya dan membaca novel. Membaca adalah salah satu hobinya karena itu ia sering membaca novel dan buku-buku pelajaran lainnya.

-

"NILAI KAMU ITU KECIL TERUS! REMED TERUS! CONTOH KAKAK KAMU! NILAINYA SELALU BESAR! 100. LAH KAMU? PAPA MALU PUNYA ANAK KAYAK KAMU" Ucap papa Ray sambil merobek kertas ulangan Rayna.

Rayna menatap papanya, Sudah biasa ia di banding-bandingkan dengan kakaknya, Kenapa kakaknya selalu di puji? Sedangkan ia tidak. Monolog Rayna.

"Papa sama mama selalu aja membela kakak! Sebenernya aku ini anak papa sama mama atau bukan?!" Tanya Rayna. Ia tidak kuat menahan air matanya, Lalu meneteskan air matanya.

PLAK

"ANAK KURANG AJAR, MAMA NYESEL NGELAHIRIN KAMU!" Ucap Mama Rayna dan menamparnya sehingga ujung bibirnya mengeluarkan darah.

"Lalu, Kenapa Mama ga bunuh aku aja? Kenapa ma?" Tanya Rayna. Aish ia sudah tidak kuat menahan unek-unek nya.

"Mama udah mencoba berkali-kali membunuh kamu! Tetapi apa? Ga berhasil" Ucap Mama Rayna sembari menatap Rayna dengan tatapan kebencian

DEG

Hatinya terasa sakit. bak tertusuk pisau, Mendengar ucapan mamanya yang pernah mencoba membunuhnya, Air mata yang sudah ia tahan sedari tadi terus menetes, Ia menaiki tangga menuju kamarnya. Meninggalkan Mama dan Papanya.

Ia memasuki kamarnya dan membanting pintu kamarnya. "KENAPA SELALU AJA PRIMA!" Teriak Rayna frustasi sambil menjambak rambutnya.

Ia memecahkan pas bunga lalu mengambil pecahan kaca tersebut, Dan menggoreskan kaca tersebut ke pergelangan tangan.

Setelah ia puas, Ia melemparkan pecahan kaca tersebut ke sembarang arah. Air matanya menetes. Ia terus menangis dan menangis.

Kemudian ia tertidur dengan keadaan luka pada pergelangan tangan, bekas tamparan dipipi serta darah yang bercucuran.

Keesokan paginya. Ia bangun dan bersiap untuk kesekolah, ia menuruni tangga melihat orang tuanya dan kakaknya sedang makan dengan tenang. Sepertinya ia tidak di anggap disini.

Ia keluar rumah dan meronggoh kunci mobilnya di sakunya. Membelah jalanan kota Jakarta dan tiba didepan gerbang sekolahnya.

Menuju kelasnya dan seperti biasa. Di laci mejanya ada coklat dan air mineral yang sudah pasti itu dari Alden. Lelaki itu tidak hentinya mengejarnya.

Ia mengambil coklat dan air mineral itu dan memakan coklatnya hingga habis. Lalu meminum air mineral tersebut.

-

"Nilai kamu itu remed terus, Ray. Contoh kakak kamu dong. Si Prima, Dia pintar. Membanggakan nama sekolah kita" Ucap Bu guru

Rayna tersenyum kecut, Tidak di rumah tidak di sekolah. Semuanya seolah memuja Prima. Kenapa selalu Prima yang di puji?.

"Saya usahain ya, Bu" Ucap Rayna lalu duduk di bangkunya.

☠️☠️☠️

Hai, apa yang kamu rasain setelah membaca prolog ini?

Segitu dulu ya prolognya. Sampai jumpa di part selanjutnya.

Bye bye💗.

RAYDEN [ON GOING]Where stories live. Discover now