34

32 4 13
                                    

20 Februari 2020

Hari ini, Kara menemani Angel di rumah sakit, pagi tadi wanita itu sudah melahirkan anak kedua berjenis kelamin laki-laki. Kara bahagia akan hal itu, setelah menunggu selama delapan belas tahun, akhirnya sang kakak dikaruniai anak pertama di tahun 2017 dan anak kedua di tahun 2020.

Semenjak lulus, Kara sudah bekerja dua kali di dua tempat berbeda, namun satupun tak ada yang cocok dengannya ingin bertahan, hanya akan membuatnya merasa tertekan, tak bertahan dia tak akan menghasilkan uang. Kara frustasi, namun Angel tiba-tiba memanggilnya.

Kini Kara berada di rumah sakit, hanya ada dia, Angel dan keponakan barunya itu. Belum ada nama untuk sang keponakan dari Elang dan Angel.

"Kara, kamu bisa gendong? Kakak mau mandi," ucap Angel.

Kara mengangguk, ini kali pertamanya menggendong bayi yang bahkan baru berumur beberapa jam. Bayi yang Kara gendong tak menangis sama sekali, dia hanya terus tertidur, meski sejak siang tadi banyak yang menjenguknya.

Kara tersenyum melihat bayi itu, dia merasa bahagia melihat bayi yang keluar dengan sempurna dari rahim sang kakak.

Tak lama Angel keluar dari kamar mandi, dia sudah mandi dan bersih sekarang. Angel kembali mengambil bayi itu, dan menyusuinya.

"Kara, mau tau gimana dulu muka kamu waktu kecil? Kaya dia."

Kara menatap sang keponakan sambil tersenyum-senyum simpul, dia akhirnya tahu bagaimana wajahnya sejak kecil.

"Ini beneran kaya kamu waktu kecil, hidunganya, matanya, mulutnya, betul-betul kaya anakmu," ucap Angel tersenyum.

"Namanya juga keponakan, kak."

"Iya, sih. Yaudah, kakak tidur dulu, nanti kamu, ya, beli makan aja diluar nanti ambil uang kakak di tas."

"Iya."

Angel akhirnya tertidur, sedangkan Kara menggendong sang keponakan yang terus tertidur. Dia menatap bayi laki-laki itu sambil tersenyum, bagi Kara anak itu memang terlihat mirip dengannya, apalagi hidungnya.

Jam terus saja berlalu, Kara meletakkan anak itu di dalam box bayi dan keluar untuk membeli makanan, untung saja pintu keluar dari ruangan itu masih terbuka.

Ini rumah sakit, makanan di sana lebih mahal dari harga umum di luaran sana. Setelah membeli makanan, Kara kembali. Dia tak bisa lama-lama di luar meninggalkan sang keponakan.

Saat masuk anak dan Ibunya masih tertidur, Kara makan dan memastikan sang keponakan tak akan bangun dari tidurnya.

Malam terus berlalu, dan Kara kembali menggendong keponakannya agar tak menangis. Angel akhirnya bangun, dia mencuci mukanya di WC dan siap untuk begadang.

"Kamu tidur aja, nanti kakak bangunin lagi," ucap Angel.

"Iya, kak."

Kara akhirnya tidur berasalkan selimut yang dia bawa dari rumah Angel. Suasana sudah sepi, jam sudah menunjukkan pukul 1 malam. Semua orang di ruangan itu tertidur pulas.

Hari ini, Angel sudah bisa pulang, tinggal menunggu Elang saja datang. Sang nenek masih sakit, dan anak pertama di bawah ke rumah neneknya untuk dijaga. Kebetulan di sana banyak sepupu Kara yang menjaganya.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, Elang dan dua orang wanita sudah datang untuk menjemput mereka.

"Kara, makan dulu," ucap wanita yang merupakan asissten ruman tangga Angel.

"Iya, tante, sudah tadi."

"Makan aja, Ratna. Dia sudah makan tadi," ucap Angel. Wanita bernama Ratna dan wanita satunya pun makan. Sejujurnya lapar pun Kara tak akan makan, sebab itu bukan makanan yang bisa dia makan dan Angel tahu itu.

Tak lama Elang muncul di sana. "Nama anakmu siapa?" tanya Angel.

Dia diam sejenak sambil memikirkan nama untuk sang anak. "Rizky, Muhammad Rizky aja."

"Nama yang bagus, diambil dari nama tengah dan akhir kakaknya," ucap Angel.

"Anugerah suruh Ayah antar aja," ucap Elang.

"Nggak usah, lusa aja," ucap Angel. Elang terdiam, dia tak akan berbicara lagi jika Angel sudah mengatakan tidak.

Kara akhirnya membereskan semua barang-barang dan mengeluarkan tas Angel dari dalam lemari di samping bangsalnya.

"Sudah semua, dek?" tanya Elang.

"Sudah, kak." lantas Elang mengambil semua barang tersebut dan membawanya ke mobil. Sedangkan tas Angel yang berisikan uang dan barang penting lainnya Kara bawa.

 Si bayi di gendong orang wanita paruh baya tadi, dia memang yang dipercayai untuk hal tersebut karena Bunda Kara tak ada.

Setelah semuanya selesai, ketiga perempuan itu pun keluar dan menuju parkiran. Jarak dari rumah sakit ke rumah Angel cukup jauh, memakan waktu sekitar sepuluh menit.

Selama dalam perjalanan, bayi itu cukup tenang dan tertidur dengan pulas.

"Kara, nanti video call Ayah biar dia liat cucunya, ya," ucap Angel.

"Pakai hp kakak aja, ya, hemat kuota," ucapnya terkekeh.

"Besok kak Elang ke kantor telkom untuk minta pasang wifi."

"Nah coba kaya gitu," ucap Kara bahagia.

"Berarti Kara mau tinggal sama kakak, 'kan? Kan udah ada laptop juga kakak beliin buat di sini, kamar udah kakak dekorasiin buat kamu terus sekarang dipasangin wifi sama kak Elang," ucap Angel.

"Hm, nanti dipikirin dulu," balasn terkekeh.

Angel dan Elang menggelengkan kepalanya, tak tahu bagaimana lagi untuk membujuk Kara agar tinggal bersamanya.

"Kakak buatin toko buat kamu ada kegiatan mau?" tanya Elang.

"Buat aja, nanti aku yang jadi kasir sama cari pegawai."

"Tapi, tinggal sama kakak, ya."

"Tanya bunda sama ayah."

"Kara, mereka pasti iya," ucap Angel.

"Oh, iya, bener. Yaudah aku pikirin dulu," balasnya lagi sambil terkekeh.

"Tinggal aja sama kakakmu, biar ada yang bantu dia," timpal wanita tua di depannya.

"Nanti deh, nek."

Hening tercipta, pun dengan Kara. Bingung sudah Elang dan Angel harus bagaimana. Semua yang Kara butuhkan bahkan sudah disiapkan, tapi dia harus memikirkan semuanya. Meminta izin pun pasti akan langsung diizinkan.

Apalagi sekarang ada Langit, bisa-bisa apa yang dia pikirkan tentang perasaannya akan semakin besar. Kara tak bisa, dia harus memikirkan semuanya baik-baik.

Kasihan kalau dia harus menahan perasaannya sampai Langit menikah dengan gadis yang ia maksud.

Meskipun Kara sudah sadar tentang perasaanya dipenghujung 2019, dia tak bisa memberitahu Langit, jika sampai iya, maka akan ada banyak kecanggungan pada kedia saudara jauh itu.



[TP BE CONTINUED] 

Rasa [Nakamoto Yuta] ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora