01

484 74 110
                                    

Sore tiba di langit Makassar, tepat pukul 4 sore seorang gadis dengan sisa tenaga yang tak seberapa itu berusaha menaiki anak tangga dari sebuah rumah yang cukup mewah. Tak ada siapapun di sana, hanya ada dia seorang yang baru pulang dari kegiatan PKL-nya di salah satu perusahaan.

Rumah berlantai tiga itu membuat tenaganya terkuras cukup banyak, sebab dia harus sampai dilantai atas agar bisa beristirahat.

Gadis itu menghela nafas lelah tak kalah sampai di lantai tiga. Namun, pandangannya teralihkan dengan sebuah tas hitam besar yang tergeletak di samping pembatas tangga. Gadis itu menatapnya sambil memiringkan kepala.

Seingatnya pagi tadi tas itu tak ada di sana, lalu tas siapa itu? Apa ada tamu yang datang? Tapi kenapa dia sendirian? Dia tak memperdulikannya dan memilih melanjutkan langkah menuju kamarnya yang tak seberapa jauh darinya.

Gadis cantik dengan rambut terurai itu membanting dirinya di atas kasur king size tersebut. Memejamkan sejenak matanya sebelum satu suara membuatnya terbuka.

Dia bangun, duduk di kasur sambil menatap pintu yang dalam hitungan ketiga akan terbuka disusul dengan suara cempreng.

"Vankara, itu tas siapa?" tanya gadis dengan rambut panjang itu.

Yang ditanya hanya mengedikkan bahu. "Aku sampai udah ada di sana kok, tapi rumah sepi."

"Baju cowok tau," balasnya.

"Berarti tamunya cowok."

Suara motor tiba-tiba terdengar dari halaman bawah, kedua gadis yang mendengar suara motor itu langsung berlari menuju balkon melihat siapa yang datang. Keduanya melempar pandangan tatkala melihat siapa yang ada di bawah sana.

"Dia?"

"Kamu kenal, Ra?" tanya gadis di sampingnya.

"Nggak, Van. Udah ah males, masuk yuk!" Gadis bernama Vanessa itu kemudian mengangguk, mereka berdua masuk ke dalam kamar, kembali beristirahat.

Namun, keduanya terdiam saat mendengar suara langkah yang menaiki tangga menuju lantai tiga. Vanessa dengan sifat penasarannya sudah berdiri di depan pintu menanti kedatangan siapa pemilik tas hitam tersebut.

Pandangan keduanya bertemu, baik Vanessa dan orang itu hanya terdiam. Tak ada sapaan atau sekedar melempar senyum. Orang itu kembali melangkah maju menuju kamar yang berada tepat di samping kamar Kara.

"Siapa?" tanya Kara dari dalam kamar.

Vanessa menoleh. "Nggak tau, nggak kenal."

"Oh. Yaudah aku mandi duluan, kamu siapain makanan," pinta Kara. Yang disuruh hanya mengangguk paham.

Setelah mengambil handuk merah yang tergantung di belakang pintu, si cantik turun menuju lantai dua. Namun, langkahnya terhenti saat satu anak tangga lagi akan dia pijak.

Seseorang tengah berdiri di hadapannya sambil tersenyum bahagai. Kara tak mengerti maksud dari senyuman yang dia rasa begitu tak asing baginya.

Namun, Kara kembali tersadar dan melanjutkan langkahnya untuk turun. Tak mengubris senyum dari seseorang di hadapannya itu.

"Kara, kamu lupa sama aku?" ucapnya. Kara berhenti selangkah setelah melewatinya. Dia terdiam, Kara tak lupa dengan wajah orang itu hanya saja dia tak paham dengan maksud dari ucapannya.

"Aku datang, tepat ketika kamu ada di rumah ini," sambungnya lagi. Kara menoleh, memundurkan langkahnya agar sejajar dengan orang tersebut.

Dia menatap lekat wajah putih mulus di hadapannya itu. Tak ada ekspresi di wajah Kara. Datar dan polos, hanya itu yang bisa mendeskripsikannya sekarang.

"Langit?" tanya Kara.

Yang dipanggil tersenyum sumbringah. "Kamu masih ingat nama aku?"

"Langit Angkasa Putra? Betul?"

Dia mengangguk masih dengan senyum di wajah tampannya. "Makasih udah inget."

"Sama-sama, aku mandi dulu." Kara langsung melangkah, tak peduli dengan balasan dari pemuda bernama Langit itu.


___

Kara dan Vanessa sudah selesai mandi, tugas Vanessa menyiapkan makanan juga sudah selesai dan siap. Mereka pun sudah ada di lantai dasar, tepat di depan TV ditemani makanan buatan Vanessa.

Vanessa dan Kara adalah saudara sepupu yang tinggal di rumah Angel, Kakak Kara. Mereka menghabiskan waktu empat bulan untuk bersama sampai masa PKL mereka selesai.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore dan suara kumandang azan sudah berbunyi. Itu artinya sebentar lagi Angel akan pulang dari tempat kerjanya.

Tengah asik makan dan menonton sebuah acara TV, pandangan mereka langsung teralihkan oleh langkah kaki seseorang yang turun dari atas.

Wangi parfum yang dia pakai mampu membius Kara dan Vanessa. Pandangan ketiga orang itu bertemu, namun mereka enggan untuk saling melempar senyum atau bersapa.

Pemuda bernama Langit itu melangkah menuju dapur untuk makan sebelum keluar lagi menuju tokoh tempatnya bekerja.

Kedua gadis itu tak mengubris Langit, mereka sibuk makan dan menonton TV. Pun dengan Langit yang enggan membuka suaranya.

Lima belas menit berlalu dan Langit sudah selesai makan, begitu juga Vanessa dan Kara. Langit beranjak dan melangkah menuju pintu, mengambil kembali kunci motor yang tergeletak di atas meja.

Setelah kepergian Langit, Vanessa dan Kara baru bernafas lega sekarang.

"Dia siapa?" tanya Vanessa.

"Keponakan Kak Elang." Vanessa hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

Kara tak mungkin lupa dengan wajah seseorang yang dia temui sewaktu kecil dulu, seseorang yang sering bercanda dengannya setiap pulang kerja. Namun, baik Kara dan Langit keduanya sudah dewasa ada jarak yang harus mereka berikan satu sama lain.

Kara, bukan lagi anak kecil berusia 10 tahun yang selalu merenggek minta digendong oleh Langit dan Langit bukan lagi pemuda yang selalu siap jika Kara minta untuk gendong.

Kara dan Langit dua anak manusia yang dipertemuan tanpa sengaja oleh semesta dan menghadirkan rasa yang tak Kara sadari sejak awal.

Dan Langit, takdir yang dipertemukan tanpa harus bisa Kara miliki. Rumit? Tidak ini kisah yang mudah sangat-sangat mudah.

















Masih awal, semoga kalian suka pertemuan mereka berdua.

Oke seperti biasa jangan lupa vote, share dan juga comment!!!

See u next time di 'Rasa'

Rasa [Nakamoto Yuta] ✔Where stories live. Discover now