22 - Mimpi Buruk

10 1 0
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Eurus menggerung dan melenguh dalam tidurnya. Kening basah oleh keringat, tangan dan kaki bergerak-gerak gelisah. Tidak setiap malam dia mengalaminya, hanya saat pemuda Avian itu merasa betul-betul lelah saja mimpi buruk itu datang.

Selalu tentang hal yang sama. Kobaran api dalam kegelapan dan wujud hangus orang-orang yang menggelepar akibat panas dan nyeri tak tertahankan. Berusaha sekuat apapun Eurus tak bisa memadamkan jilatan lidah-lidah api raksasa itu.

Setidaknya dia ingin menebaskan pedang di tangan untuk mengakhiri kepedihan mereka lebih cepat. Namun Eurus hanya bisa terpaku dalam kengerian, melihat sosok-sosok itu terkikis perlahan hingga menjadi tumpukan abu di kakinya. Meninggalkan dengung sunyi yang menekan, menyakitkan telinga sayapnya ketika pekik kesakitan mereka akhirnya lenyap.

Malam pertama melihat mimpi itu, Eurus tak tahu itu nyata atau bukan. Dia menerjang dan membuat sekujur tubuhnya luka-luka karena berusaha menghentikan apa yang dia lihat.

Malam-malam berikutnya mulutnya mengucapkan serangkaian sumpah-serapah, memaki-maki, murka atas ketidakberdayaannya.

Malam-malam berikutnya dia hanya bisa menangis tersedu, berusaha menutup mata dan berjuang untuk segera bangun. Hanya untuk tertidur lagi tak lama kemudian dan mengulang segalanya.

Bermacam-macam tanaman obat dan ramuan dia coba. Berbagai ahli nujum dan penyihir juga dia datangi. Semua usahanya nihil. Ketika dia mengira mantra yang digunakan berhasil, malam berikutnya mimpi buruk itu akan datang kembali, seperti sebuah ejekan.

Pada suatu titik dia sudah jenuh berusaha. Eurus hanya terdiam, bergeming. Menatap kosong pada serpihan kelabu suram menyentuh ujung kakinya. Air matanya sudah kering.

"Maaf, aku tak bisa banyak menolong." Penyihir kesekian yang dia datangi berkata. "Tapi aku punya ramuan yang bisa kau minum untuk menenangkan diri saat terbanung akibat mimpi buruk. Kudoakan semoga suatu saat kau bisa bertemu dengan orang yang membantu mengakhiri mimpi-mimpi itu," tambah penyihir itu lagi seraya memberikan kantong kain berisi pil-pil berwarna keperakan.

"Apa aku bisa datang lagi kalau pil ramuan ini habis?" tanya Eurus sebelum menerima kantong kain itu.

"Kuharap mimpi burukmu sudah berakhir saat 300 butir pil itu habis," balas si penyihir.

Eurus tergelak, "Aku meragukan itu."

"Hei! Jangan menyerah, siapa tahu kau akan bertemu dengan seseorang yang bisa membantumu mengakhiri mimpi-mimpi buruk itu?"

Eurus tak lagi membalas, tetapi meninggalkan sekeping perak lebih banyak dari harga yang diminta si Penyihir. Ucapan terimakasih atas doanya. Konon doa para penyihir lebih mujarab karena mereka diberkahi kemampuan untuk mewujudkan kata-kata.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sky VentureWhere stories live. Discover now