12 (+1) - Utusan Terakhir

10 2 0
                                    


"Kalian yakin berangkat ke Tebing Tinggi hari ini?"

Satu-satunya kusir kereta kuda yang berhasil Eurus dan rekan barunya temukan setelah berkeliling kota, dan dia sudah mempertanyakan tujuan yang mereka minta.

"Ada apa dengan hari ini?" tanya Eurus, lebih kepada dirinya sendiri dengan nada jengkel yang sangat kentara.

Kali ini tak hanya si kusir, Zephira juga memandang ke arahnya.

"Apa, sih?" Pemuda itu makin jengkel karena merasa hanya dirinya yang tidak memahami apa-apa.

"Tuan Muda," ujar si kusir memulai. "Kau tinggal di gua mana ... sampai tidak tahu soal kutukan setelah angka 12, sebelum angka 14?"

"Ada apa dengan angka 13?"

Pertanyaan lugu Eurus itu menimbulkan reaksi sangat berlebihan pada si kusir. Lelaki berkumis tipis itu sangat panik dan ketakutan sampai berkali-kali mengucapkan doa pendek dan melakukan gestur mohon pengampunan. Reaksi Zephira lebih ringan, tetapi gadis itu juga tampak terkejut dengan ucapannya.

"Ketakutan akan angka setelah 12, sebelum 14 berasal dari kisah legenda yang banyak tersebar di kerajaan ini," Zephira mulai menjelaskan, setelah mereka berhasil meyakinkan si kusir kereta untuk mengantarkan mereka hingga desa terdekat dari tujuan saja.

"Konon sebelum kerajaan terbentuk, seluruh benua ini basah oleh darah pertempuran terus-menerus antar kerajaan kecil dan berbagai suku bangsa yang ada. Saat semua orang sudah putus asa, muncul utusan-utusan dewa, para pahlawan yang membimbing semua untuk bersatu mengalahkan musuh sesungguhnya."

"Memangnya ada?" potong Eurus, skeptis.

"Sudahlah, Tuan Muda. Dengarkan saja nona itu!" celetuk si kusir. "Setelah ini bakal seru ceritanya."

Sedikit tersinggung karena interupsi Eurus, Zaphira melanjutkan bercerita, "Para suku dan kerajaan kecil yang bertikai itu diadu domba oleh kerajaan iblis. Dengan tercerai-berainya kekuatan, Bangsa Iblis dengan mudah meneror dan mengalahkan masing-masing wilayah kecil."

"Lalu, kaitannya dengan angka tiga bel- ...."

"SSSHHHTTT!!! Tuan Muda, jangan diteruskan ... PAMALIII!" seru si kusir panik. Akibatnya Eurus ikut panik karena si kusir sibuk melakukan gestur mohon ampun dan berdoa, sampai melepas tali kendali kudanya.

"Para utusan itu berjumlah di atas 12, kurang dari 14," lanjut Zephira setelah kepanikan kusir reda. "Masing-masing memiliki kekuatan dan keahlian yang berbeda. Kalau ada satu kesamaan, yaitu kemampuan mereka jauh di atas orang kebanyakan. Begitu pun tetap ada perbedaan tingkat kekuatan di antara mereka. Utusan terakhir dan terkuat, yang bahkan bisa mengalahkan 12 yang lain."

"Apa yang terjadi padanya?" Eurus mulai tertarik.

"Tepat ketika mereka berhasil mengalahkan pemimpin bangsa iblis dan hendak menyerahkan kekuasaan pada orang-orang, Utusan Terakhir itu berkata pada yang lain, 'Mengapa kita harus bersusah payah untuk orang-orang lemah? Kita jauh lebih kuat dari mereka. Biarkan mereka mengabdi pada kita.'"

Eurus menelan ludah, menunggu gadis itu meneruskan ceritanya.

"Tentu saja pendapatnya ditentang oleh 12 yang lain, tetapi tak satu pun dari mereka mampu mengalahkannya bila sang Utusan Terakhir sungguh-sungguh. Maka yang lain menyusun rencana. Mereka pura-pura setuju akan keputusan sang Utusan Terakhir, tetapi saat Beliau lengah, 12 yang lain mengerahkan segenap kemampuan mereka untuk menyegel sang Utusan Terakhir. Mereka berhasil, tetapi usaha untuk menyegel Utusan Terakhir itu menyita terlalu banyak kekuatan. Mereka terpaksa kembali ke langit untuk memulihkan diri sembari meninggalkan pesan untuk tidak mengusik segel rekan mereka, sang Utusan Terakhir. Sejak itu angka lebih dari 12 dan kurang dari 14 itu dianggap tabu."

Zephira mengakhiri ceritanya dengan khidmat.

"Nah, sekarang kau paham kenapa kami begitu takut mengucapkan angka itu, Tuan Muda?" celetuk si kusir menimpali. "Neneknya nenekku dulu mengatakan, orang yang mengucapkan angka itu, akan tertimpa sial hingga keturunannya yang lebih dari 12, kurang dari 14."

"Ada yang bilang, mendengar orang lain mengatakannya pun bisa membuat mereka tertimpa kesialan," tambah Zephira.

"Kalau seperti itu," Eurus berkata lambat-lambat. "Bukankah bakal menyulitkan saat berhitung?"

"Saat ditulis, biasanya diberi tanda seperti ini ...." Zaphira memberi contoh dengan menorehkan angka: 12 (+1). "Sedangkan saat diucapkan, kami melakukannya seperti tadi. Lebih dari 12, kurang dari 14."

"... Merepotkan!"


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sky VentureWhere stories live. Discover now