17 - Dari Jauh

17 3 0
                                    


Melodi yang asing mengalun dari tiga senar sanxian. Jemari lincah pemusiknya memainkan musik rancak untuk memanggil penonton. Ketika sudah cukup banyak yang terkumpul, dia berhenti memetik senar.

"Ini adalah kisah dari lima orang prajurit, di masa dan tempat yang sangat jauh," suara lantangnya memulai bercerita.


===oo0oo===


"Mohon ampun!"

Sosok anak buahnya sedang berlutut, kepala yang tertunduk bergetar oleh rasa takut.

"Saat kami tiba, mereka ... sudah tidak ada," tambahnya lagi. Perlahan tetapi cukup keras untuk terdengar oleh semua orang yang ada dalam ruangan.

Dia mengetuk-ngetuk jemari tebalnya ke meja kayu, tempat dia menyandarkan lengan, selagi mendengar apa yang baginya hanya bisa diterjemahkan sebagai kegagalan. Rona wajahnya memerah seiring dengan naiknya amarah. Ketika dia bangkit dari kursi kayunya yang berat, sebagian besar orang dalam ruangan bersiap-siap untuk melihat kepala yang menggelinding atau setidaknya darah.

Beberapa dari mereka memejamkan mata, pasrah. Menunggu. Namun dia hanya merutuk pendek lalu berjalan melewati sosok-sosok yang masih berlutut, meninggalkan Yurt.

Di luar orang-orang di sekeliling tampak sibuk mempersiapkan migrasi rutin menjelang pergantian musim. Kain penutup yurt sudah mulai diturunkan, siap dilipat untuk nanti dinaikkan ke atas kereta. Perabotan dan permadani sudah rapi tertata di beberapa kereta yang lain. Sementara para ternak dikumpulkan supaya memudahkan untuk digiring nanti.

Dia menghela napas panjang. Sebentar lagi Boraqchin Khatun, ratu mereka, akan memberi perintah untuk mulai bergerak. Tugas para prajurit yang tidak ikut dalam pasukan ekspedisi adalah mengawal iring-iringan, dia dan anak buahnya sendiri bagian dari pasukan elit yang khusus mengawal keluarga Khan, para Kheshig.

Sudah lima hari sejak lima orang anak buahnya tak kembali dari tugas keluar perkemahan. Khawatir terjadi sesuatu, begitu mendapat kabar dia segera mengirim utusan untuk menjemput mereka. Namun kabar yang diterima setelah para utusan kembali sangat tidak menyenangkan.

Apakah mereka sengaja desersi ataukah ada sesuatu yang membuat mereka tak bisa kembali ke pasukan, dia masih belum tahu. Yang memperunyam keadaan, lima orang yang hilang itu bukan berasal dari suku asal raja mereka. Mereka direkrut dari orang setempat ketika raja mereka, Batu Khan mengirim ekspedisi ke Rusia. Mereka dibayang-bayangi tuduhan pengkhianatan.

Satu helaan napas berat kembali dilepaskan. Apabila mereka masih memberi kabar, dan memiliki alasan yang masuk akal, mungkin dia bisa mengusahakan keringan. Dengan kabar terakhir yang dia dapat tadi, apapun alasannya hukuman yang menanti mereka tidak akan ringan.

"Padahal mereka anak buah yang cakap," keluhnya suram.

Dia tak menyadari, satu bukit dari perkemahan Khatun, dua dari lima prajurit yang desersi itu, diam-diam mengintai.

"Sepertinya situasi di sana masih aman dan terkendali," komentar satu dari yang mengintai.

"Kau yakin keputusan untuk desersi ini tepat?"

"Menurutmu, apa mereka akan percaya pada laporan kita yang orang luar ini?"

Rekannya hanya bisa terdiam.


===oo0oo===


Kuku-kuku jari sang pemusik memetik senar dengan tempo semakin pelan, mengalunkan melodi sedih untuk menambah suasana dari cerita yang dia kisahkan.

"Bagaimanakah nasib kelima prajurit itu, akankah mereka selamat dari hukuman mati, atau malah mendapat nama atas keberanian mereka dan menjadi pahlawan?"

Petikan senarnya terhenti, sementara mata si pemusik berkilau penuh arti.

"Lanjutannya akan kami ceritakan besok, di tempat ini, di waktu yang sama."

Gumam kecewa dan komentar-komentar penonton meningkahi suara tepuk tangan puas. Gemerincing koin-koin tembaga terkumpul dalam kantong, dibawa oleh seseorang yang berkeliling untuk menerima bayaran.

Lunos merogoh kantong uangnya, tetapi genggaman Helios di pergelangan tangan pemuda itu menghentikannya.

"Kau tak akan sempat mendengar lanjutannya," jelas Avian yang lebih besar.

"Tapi setidaknya aku ingin mengucapkan terimakasih untuk cerita menarik yang tadiii!" protes Lunos.

"Kita harus hemat."

"Satu keping saja?" pinta Lunos, memohon.

"... Satu keping."

"Terimakasih banyak!" seru asisten pemusik dengan riang, begitu sekeping koin tembaga dari kantong uang Lunos berpindah tempat.


Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
Sky VentureUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum