Posesif Daffa; Aldo - Sampai Kapan?

5.8K 787 163
                                    

Aldo memasukkan permen tusuk ke dalam mulutnya dan memutar - mutarkan bola permen itu ke langit mulutnya. Mengecap setiap rasa yang ada di dalam permen berwarna merah dan putih itu.

Panji yang baru kembali dari luar kelas datang menghampiri Aldo, "Nggak bosen lo di kelas terus?"

Aldo meresponnya dengan gelengan, "Dari mana lo?"

"Keluar bentar," balasnya singkat.

Tak lama setelahnya, Jay masuk. Dia tanpa menengok, terus berjalan menuju bangkunya sendiri. Mengambil sesuatu di dalam tasnya lalu kembali berjalan untuk keluar dari kelas.

Panji melihatnya, tapi tidak dengan Aldo. Aldo sibuk mengemuti permennya tanpa ada niatan untuk menaruh perhatian kepada Jay.

"Mau sampe kapan?" tanya Panji.

Aldo menarik keluar permen yang tadinya mengumpat di dalam mulutnya, "Apanya?"

"Lo sama Jay nggak ada niatan buat baikan?" tanya Panji.

"Lah kita kenapa emang?" tanya Aldo balik.

"Udah jelas. Lo berdua berantem," jawab Panji.

"Dia sendiri yang ngindar. Wajar," ujar Aldo.

Panji menghela napasnya, "Dan lo mau gini terus?"

"Gue bisa apa?" sambar Aldo, dia menggigit permennya sampai terpecah menjadi serpihan di dalam mulutnya.

Panji terdiam cukup lama, dia kemudian bangun dari duduknya lantas pergi keluar meninggalkan Aldo yang masih sibuk dengan permennya.

Pandangan Panji beredar mencari keberadaan Jay dan dia menemukannya.

"Kenapa?" tanya Jay.

Panji hanya menggeleng dan duduk di sebelah Jay. Sedangkan Jay kembali memainkan ponselnya dengan dahi yang mengerut, "Balik."

"Gue disini," balas Panji.

"Mau sampe kapan?" tanya Panji setelahnya.

"Nggak tau," jawab Jay asal.

"Mau sampe kapan?" tanya Panji lagi.

"Pertanyaan lo cuma itu aja?" tanya Jay, dia menoleh ke arah Panji.

"Itu pertanyaan yang beda," balasnya.

Jay kembali memainkan ponselnya, "Beda mananya?"

"Itu pertanyaan tentang gue," ujar Panji.

Dengan tangan yang melipat, Panji melanjutkan kalimatnya, "Mau sampe kapan lo dingin juga ke gue?"

"Dingin gimana? Ngaco lo," bantahnya.

"Karena gue bikin lo jijik juga?" tanya Panji.

Jemari Jay yang sibuk menekan - nekan layar ponselnya terhenti seketika, "Apa maksud lo?"

"Gue gay, itu yang bikin lo nggak nyaman," kata Panji.

"Maksud lo apa ngomong gitu?" tanya Jay, dia menatap Panji dengan marah.

"Nggak ada," jawab Panji.

Kerutan pada dahi Jay semakin bertambah, "Nggak lucu."

"Nggak ada yang ngelucu. Gue cuma ngulang kalimat yang pernah lo keluarin," kata Panji sembari bersender pada dinding.

"Iya, kan? Nggak normal, bikin jijik, nggak waras, bikin lo nggak nyaman. Kalo emang itu yang lo rasain ke gue, bilang aja. Kenapa harus diem?" lanjut Panji.

"Diem lo," Jay memeringati.

"Semua yang lo katain ke Aldo, kenapa nggak lo keluarin juga buat gue? Gue sama kaya mereka," Panji menatap Jay yang mulai terpancing emosi.

Posesif Daffa; AldoWhere stories live. Discover now