[12] Jealously

45K 1.1K 60
                                    

Pas baca chapter2 sebelumnya, kayak nyadar how wild I am

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pas baca chapter2 sebelumnya, kayak nyadar how wild I am. Parah banget fantasiku buat bikin cerita ini. Tapi chapter2 kedepannya bakal lebih parah sih :"((( hope yall can bear with it.

anw ini flashback lagi~

***

"Gue kira lo ga bakal pernah mau nyapa gue," ujar Arga ketika dia menyambut uluran tangan Reyna untuk bersalaman.

Mata Darren menyipit tajam. Ia mengangkat alis, menatap penuh tanda tanya pada pacarnya. Ini pertama kali Darren mengenalkan Reyna pada teman-temannya yang juga merupakan staff IT utama di MG Tech. Jovan dan Gaxel bersikap seperti cowok-cowok pada umumnya yang baru kenal dengan Reyna.

Tapi kenapa kalimat Arga barusan seolah ia sudah kenal lama dengan pacarnya ini?

"Maksudnya apa, Reyna?" tanya Darren. Senyum yang tadi terukir di wajahnya sudah hilang.

"Aku bisa jelasin," ucap Reyna cepat. Ia buru-buru melepaskan tautan tangan mereka dan memalingkan wajah karena Arga tersenyum penuh arti padanya.

"Lo salah tingkah depan Arga?" tanya Darren lagi dengan nada penuh kekesalan.

Reyna menggigit bibir. Kalau Darren sudah menggunakan gue-elo artinya dia sedang marah. Tapi bukan Reyna namanya kalau ia tidak bisa menyelesaikan ini semua.

Reyna mengusap pipi Darren dengan lembut.

"Darren. Tenang. Aku ga bisa ngomong kalau kamu ga kasih aku kesempatan," Reyna berusaha menenangkan Darren. Ia tidak mau Darren membuat keributan di pub malam ini.

Darren menghela napas penuh kecewa, menepis tangan Reyna.

"Harus jujur," tegas Darren.

"Iyaa," Reyna geregetan sendiri melihat tingkah Darren yang kekanak-kanakan. "Aku pernah ONS sama Arga, waktu kuliah dulu," aku Reyna, terus terang.

Mata Darren membulat. Sementara itu Gaxel hampir menyemburkan minuman yang sedang ia teguk. Jovan hanya bersiul menyambut fakta yang cukup mengagetkan ini. Ternyata dunia begitu sempit.

"ONS!? Lo pernah ngeseks sama Arga!?" tanyanya. Nada Darren begitu tinggi, memastikan apa yang barusan ia dengar bukan kehaluan belaka.

"Yeap. And no feelings attached, I swear," ujar Reyna.

Reyna ingat malam itu ketika ia menginjak semester 8, di mana teman-temannya sudah seminar hasil dan ujian sarjana, Reyna masih dalam tahap penelitian. Ia menghabiskan waktu di club bersama teman satu bimbingannya. Ia menari di dance floor, dan takdir membawanya berkenalan dengan cowok tampan yang ternyata alumni kampusnya.

Diburu hasrat dan gairah, mereka menghabiskan malam bersama. Menikmati sentuhan satu sama lain hingga nyaris jam tiga pagi, seolah kenikmatan begitu candu dan tiada habisnya. Reyna akui malam itu adalah seks terbaiknya sepanjang ia duduk di bangku kuliah. Namun untuk beberapa alasan, mereka sepakat bahwa what happened that night, stays there.

A FIRST PERFECT [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang