"Apa kamu enggak bisa mikirin hal ini lagi?" tanya Gama lembut. Kedua tangannya mengelus jemari Reliya, sedangkan sang empunya malah memalingkan wajah.
"Aku tau aku salah, tapi apa kamu enggak bisa mulai semuanya dari awal sama aku?" Mata Reliya memerah menahan tangis. Wanita itu mati-matian mencegah air matanya agar tak turun.
"Aku enggak bisa maksa kamu, kalau emang keputusan kamu udah bulat, aku cuma berharap yang terbaik."
Reliya melepaskan tangan Gama, menatap Gama dengan tatapan sendu. Gama pun begitu, dia hanya bisa memandang sedih Reliya.
"Mungkin memang kita enggak berjodoh. Maaf, aku belum bisa jadi wanita terbaik untuk kamu." Reliya menundukkan kepalanya dengan bahu bergetar menahan isakan. Gama mengepalkan tangannya, menahan diri.
"Aku mau fokus ke karir aku, Mas. Aku juga yakin kamu pasti pengen fokus selesain kuliah dan perusahaan papa. Aku tau ini bukan cuma nyakitin perasaan aku sama kamu aja, tapi mama dan papa."
"Tapi aku enggak bisa lanjutin ini semua lagi, Mas." Gama tak dapat menahan air matanya lagi, dia benar-benar lemah di hadapan wanitanya.
"Salam untuk mama dan papa." Gama hanya bisa menatap sedih kepergian Reliya, dia tak mau egois dengan terus mengikat Reliya. Tubuh Gama luruh ke lantai, kedua tangannya menutupi wajahnya yang sudah penuh dengan air mata.
"Bodoh!" Gama memukul kepalanya sendiri. Dia merasa bodoh karena tak bisa mempertahankan pernikahannya. Dia malu sangat malu.
"Kenapa lo enggak bisa pertahanin Reliya, kenapa?!" Kepalanya kembali dia benturkan ke meja.
"Kenapa lo malah buat kecewa seseorang yang dari kecil elo jaga?" Gama meracau tidak jelas, bahkan keadaannya bisa dikatakan jauh dari baik-baik saja.
Sebenarnya dia ingin terus mempertahankan hubungan mereka, tapi dia tak ingin egois dengan memaksa Reliya. Dia tau tak mudah menjadi Reliya, apa lagi dengan terus bersamanya.
"Aku janji, suatu saat nanti kita bakal kembali kayak dulu." Gama berjanji pada dirinya sendiri. Dia yakin setelah semuanya selesai, semuanya akan menjadi baik-baik saja. Dia juga akan membuktikan dimasa depan, jika dia bisa membahagiakan gadisnya.
***
Setelah proses perceraian keduanya selesai. Reliya membereskan semua barang-barangnya, dan memasukkannya ke dalam koper.
Kedua mata wanita itu menatap sekeliling kamarnya. Wanita dengan rambut panjang itu menghela napas kasar, rasanya begitu berat meninggalkan semuanya, meninggalkan tanah kelahirannya.
Rencannya Reliya ingin menyusul orang tuanya, dia ingin melupakan semuanya memulai hidupnya dengan lembaran baru.
Reliya mengangkat sebuah bingkai foto berwarna silver, dan menatapnya lama. Itu adalah foto dirinya dan Gama saat berumur enam tahun, tepat disaat Reliya baru memasuki SD.
Saat itu Gama selalu menasehatinya, dan memarahi siapa saja yang berani mengganggu Reliya. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat sempurna, membayangkan bertapa lucunya wajah marah Gama saat itu.
"Kamu kenapa?" Gama kecil berlari menghampiri Reliya kecil dengan napas tak beraturan sehabis lari.
"Ada yang ganggu kamu?" Reliya kecil mengangkat kepalanya, menatap Gama dengan wajah penuh air mata. Lucunya wajah gadis kecil itu sudah memerah sehabis menangis.
"Andre," tunjuk Reliya kecil pada seorang anak kecil yang sedang menatap dirinya tak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Andre!" Gama kecil berkacak pinggang, mendekat ke arah anak laki-laki yang telah membuat Reliya kecil menangis.
"Kenapa?" Anak kecil bernama Andre itu bersedekap dada, menatap Gama dengan wajah sombong.
"Kenapa kamu ganggu Reliya?" tanya Gama tak terima. Walau Reliya selalu nakal kepadanya, tapi Gama selalu menganggap gadis kecil itu sebagai adiknya.
"Orang dia yang cengeng kok!" Gama menatap sebal Andre. Karena tak terima Gama mendorong Andre hingga terjatuh ke tanah.
"Kamu nakal!" teriak Gama.
Reliya kecil yang melihat itu bertepuk tangan kagum. Meresa senang karena ada yang membela dirinya.
"Dulu indah banget, ya?" Reliya tersenyum kecut. Masih tak menyangka hubungan mereka malah berakhir seperti ini. Bukannya sejak kecil mereka selalu berjanji untuk bersama?
"Mas Gama maaf, aku belum bisa jadi adik serta wanita terbaik untuk kamu." Air matanya luruh. Semuanya sudah selesai, dan Reliya ingin mereka kembali membuka lembaran baru dimasing-masing kehidupan.
Endingnya ga sesuai hehe
Maaf banget mengecewakan kalian. Mungkin selama aku nulis cerita ini banyak kekurangan, salah satunya lama update. Aku sebenernya ga nyangka bakal selesai.Jangan kecewa cerita ini belum selesai sampai sini. Ini masih ada beberapa part bonus. Dan bakal aku bocorin, kalau cerita ini ada season 2.
Untuk part mungkin pendek banget, ya. Jadi karena itu sembari menunggu season 2 aku bakal tambahin setiap partnya agar lebih panjang. Jadi mungkin akan ada perubahan atau tambahan. Jadi dimohon bersabar, dan makasih atas suportnya.
Dari hati aku yang paling dalam, aku cinta kalian semua. Tanpa kalian aku enggak ada apa-apanya.
I love you guys!!!
YOU ARE READING
Mas Tetangga (End)
Romance[Tetangga series] Complete Reliya terbiasa hidup dekat dengan keluarga Gama, bahkan dia sudah menganggap kedua orang tua Gama itu sebagai orang tuanya. Reliya itu cengeng, manja, jahil. Karena itu sedari kecil Gama tak menyukai gadis itu, tetapi ka...