Pertengkaran

5K 322 10
                                    

Reliya menggigit kuku jarinya cemas. Sudah hampir tengah malam dan Gama belum juga pulang dari rumah sakit. Dia menjadi merasa bersalah, seharusnya tadi dia dan Agnes tak perlu bertengkar. Dia juga merasa kesal dengan Agnes, seharusnya wanita itu tak perlu memainkan drama murahan seperti itu.

''Sial! Kenapa sih harus ada manusia kayak gitu?'' Reliya berteriak frustrasi.

Tak lama dari itu suara mobil Gama terdengar. Reliya bernapas lega, langsung berlari ke luar rumah.

''Mas Gama dari mana aja?'' tanyanya khawatir. Gama tak membalas, lelaki itu langsung masuk ke dalam rumah tanpa melihat Reliya.

''Mas!'' Reliya menarik kasar tangan Gama, membuat laki-laki dengan rambut acak-acakan itu membalikkan tubuhnya.

''Lo itu terlalu kekanakan tau gak?''

''Kok kamu jadi nyalahin aku?'' Reliya tak habispikir, ternyata Gama tak percaya dengannnya.

''Gue tau umur lo itu belum dewasa, tapi bukan berarti lo jadi makin kekanakan gini. Gue enggak suka sama perempuan kasar!'' bentak Gama.

''Kapan gue kasar, hah?!'' Reliya itu terbawa emosi. Padahal dia berniat untuk mengobrol baik-baik.

''Awas!'' Gama berlari memasuki kamar, diikuti oleh Reliya dibelakangnya.

''Mas Gama mau ke mana?'' Seketika Reliya panik saat melihat Gama mengambil tas dan memasukan beberapa bajunya ke sana.

'Mas?!''

''Gara-gara kesalahan lo gue harus jagain Agnes, lo bahkan enggak tau seberapa gila keluarga cewek itu. Mereka ngancem buat penjarain gue!''

Reliya seketika lemas. Apa sebenarnya memang ini yang direncanakan oleh Agnes.

''Tapi aku yakin dia enggak kenapa-napa,'' lirih Reliya.

''Udahlah, lebih baik lo intropeksi diri, lama-lama gue capek ngeladenin tingkah kekanakan lo.''

Reliya mengepalkan tangannya. Ini yang dia takut menikah dengan Gama, dia takut Gama merasa muak dengan tingkahnya.

''Ya udah, pergi aja,'' ucap Reliya tanpa menatap Gama. Mati-matian wanita itu berusaha menahan air mata.

Gama mengambil tasnya kasar, meninggalkan Reliya dalam keheningan.

''Bahkan karena masalah sepele kita jadi begini,'' lirih Reliya.

***

Reliya merebahkan dirinya di ranjang. Menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan lelah.

"Yang kekanakan itu aku atau dia, sih?" Reliya mengacak rambutnya kesal. Bagaimana bisa Gama menyalahkannya, tak mungkin Gama malah memihak kepada mantan kekasihnya itu. Lagi pula ini semua salah Agnes, kalau saja dia tak memaksa masuk semuanya tidak akan menjadi seperti ini.

Reliya menarik selimut hingga menutupi setengah tubuhnya, memutuskan untuk tidur. Berharap saat ia bangun nanti sudah ada Gama di sampingnya.

"Selamat malam, mas Gama," lirihnya.

***

Pagi ini benar-benar terasa berbeda bagi Reliya. Rumahnya yang biasa ramai kali ini sepi dan sunyi. Dia menduduki dirinya di salah satu kursi makan, menatap sarapan di depannya tanpa minat.

Di dalam kepalanya terus berpikir, berpikir apakah Gama sudah sarapan, atau bahkan masih terlelap.

"Aku makan aja, deh." Reliya memasukkan sesendok ke dalam mulutnya. Namun, tiba-tiba rasa mual menyerangnya.

Reliya berlari ke dapur, memuntahkan isi perutnya di wastapel. Dia meminjat pelipisnya, kelapanya tiba-tiba ikut merasa pusing.

"Aku ke kamar aja, deh." Dengan gontai kedua kaki jenjangnya membawa ke arah kamarnya dan juga Gama.

Setelah sampai di kamar Reliya langsung merebahkan dirinya di ranjang, berharap rasa mual dan pusing yang melandanya segera hilang. Sampai tanpa sadar wanita itu terlelap, dan masuk ke alam mimpi.

Reliy kenapa, ya?
Ada yang tau?
Yuk jangan lupa voment
Yang udah baca makasih banyak, jangan lupa follow instagram aku juga.

Paipai!

Mas Tetangga (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang