Berkunjung

3.9K 302 7
                                    

Calon ibu muda itu tersenyum sambil menopang dagu, memerhatikan sang suami yang sedang sibuk memasak untuknya.

Walau jujur saja, wanita itu sedikit minder karena kemampuan masak suaminya lebih naik dari pada dia sendiri.

"Makanan udah jadi!" seru Gama.

"Wah, pasti enak." Reliya menegakkan tubuhnya, menatap ayam kecap masakan Gama yang terlihat begitu menggiurkan.

"Pasti, dong. Masakan siapa dulu!" Gama tersenyum bangga.

"Pede," cibir Reliya.

"Biar aku ambilin." Gama merebut piring Reliya, mengisinya dengan nasi dan masakan yang tadi dia masak.

Reliya tersenyum melihat itu. Gama benar-benar menepati janjinya, janji untuk menjaga Reliya.

"Makan yang banyak calon mama." Gama mengecup dahi Reliya, lalu memperhatikan Reliya yang sedang makan dengan lahap. Memang semenjak hamil nafsu makan Reliya naik drastis.

"Kamu enggak makan?" tanya Reliya.

"Makan, kok."

"Mau aku ambilin?" tanya Reliya, bersiap untuk berdiri, tetapi Gama lebih dahulu melarang.

"Aku aja." Akhirnya Reliya mengangguk, membiarkan Gama mengambil makanan sendiri.

"Mas," panggil Reliya. Gama menghentikan suapannya, menatap ke arah Reliya.

"Apa enggak apa-apa mama sama papa bantu keuangan kita?" tanyanya sedikit tak enak.

"Reliya, aku tau enggak selamanya kita bergantung sama papa, tapi papa ngertiin kok. Lagi pula setelah aku lulus kuliah langsung kerja di kantor papa. Aku malah enggak enak sama orang tua kamu yang masih sering kirim uang."

"Enggak usah khawatir. Mama sama papa udah anggap kamu anak mereka sendiri." Reliya mengangguk. Memang, selama ini Lina sudah menganggapnya anak sendiri.

"Aku tau, lagi pula siapa yang ngurus aku sampai sebesar ini kalau bukan mama." Reliya tertawa.

"Iya, sampai aku jadi kayak anak tiri."

"Kamu sih dulu cuek banget." Gama memutar bola mata malas, padahal dulu dia tak secuek itu. Lina dan Reliya memang berlebihan.

"Udah abisin." Reliya mengangguk, akhirnya berhenti bicara. Hingga keduanya benar-benar hening, hanya ada suara sendok yang bersahutan.

                                  ***

"Mama!" Reliya berlari langsung memeluk Lina erat.

"Jangan lari-lari!" tegur Gama.

"Tuhkan kena marah." Lina mengelus kepala Reliya, merasa gemas karena wanita itu tak pernah berubah.

"Kangen," rengek Reliya.

"Ma." Gama mencium punggung tangan Lina, setelah itu langsung masuk menghampiri sang ayah.

"Gimana?" Lina menyentuh perut Reliya yang masih kecil dengan mata berbinar.

"Sehat, Ma." Lina menciumi pipi Reliya. Sungguh tak menyangka gadis kecil yang dia rawat dulu sekarang akan memiliki seorang bayi.

"Ayo masuk, mama udah masak banyak loh." Lina menuntun Reliya masuk ke dalam.

"Pa, apa kabar?" Reliya tersenyum, mencium punggung tangan Anton.

"Baik, kamu gimana?" Anton mencium pucuk kepala Reliya, menarik wanita itu agar duduk di sebelahnya.

"Udah gede aja anak papa." Anton mencubit kedua pipi Reliya, hingga wanita itu memekik kesakitan.

"Pa, itu istri Gama loh." Anton mendelik kesal ke arah putranya.

"Sebelum jadi istri kamu dia anak papa." Gama mencebik kesal. Terserah papanya, lebih baik dia mengalah.

"Gama ke kamar dulu, deh. Mau ganti baju." Gama masuk ke dalam kamarnya dulu, meninggalkan Reliya bersama kedua orang tuanya.

Lina ikut duduk di sebelah Reliya, dia penasaran dengan rumah tangga kedua anaknya itu.

"Gama gimana sama kamu?" tanya Lina khawatir. Karena dia tak mau jika putra satu-satunya menyakiti Reliya, yang bahkan sudah dia anggap sebagai putrinya sendiri.

"Mas Gama baik kok, Ma." Lina menghela napas lega.

"Kalau dia jahat sama kamu aduin ke mama aja, ya. Biar mama hukum dia." Reliya terkikik geli mendengar ucapan Lina, apa lagi dengan mata besar wanita baya itu.

"Mama, Gama juga anak mama!" teriak Gama dari arah dapur. Lina tertawa, tak tau jika putranya sudah ke luar dari kamar.

"Mama tau!" balas Lina sambil berteriak.

TBC

Kira-kira ada yang mau doubel up?
Langsung komen aja, ya.
Jujur aja yang buat aku semangat update itu komen dan vote dari kalian.
Terima kasih semuanya!

Mas Tetangga (End)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora