Muak

6.4K 529 2
                                    

Gama berdecak sebal saat melihat Reliya tidur di ruang TV dengan TV menyala. Dia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Sebenarnya tujuannya ke sini adalah meminjam laptop gadis itu.

Pelan-pelan Gama mengangkat gadis itu, membawa gadis itu menuju ke kamar. Dia menggelengkan kepala saat melihat lampu kamar Reliya yang belum dihidupkan.

"Emang males," cibir Gama tak habis pikir.

Setelah menghidupkan lampu, serta memindahkan Reliya ke tempat yang nyaman. Cowok itu langsung mengambil laptop milik Reliya, hal itu memang sudah biasa mereka berdua lakukan sedari kecil.

"Selamat tidur," ucap Gama sambil menyingkirkan rambut yang menutupi wajah gadis itu. Dia tersenyum tipis, walau terkadang terganggu dengan kehadiran gadis manja ini. Namun, Gama tak bisa berbohong dia juga tak merasa kesepian lagi. Menjadi anak tunggal membuat Gama tak mempunyai adik yang untuk diajak bermain.

Gama langsung ke luar menuju rumahnya. Sebelum pergi dia juga menitip pesan pada pembantu Reliya untuk tak lupa mengunci pintu rumah.

                               ***

"Pagi!" Semua orang yang berada di ruang makan menoleh, menatap senang ke arah Reliya. Kecuali Gama yang terlihat biasa saja.

"Pagi, Papa," sapanya sambil tersenyum lebar. Seseorang yang ia panggil Papa itu tersenyum, langsung membawa Reliya ke dalam pelukannya.

"Papa ke mana aja, sih?" tanya Reliya dengan wajah dibuat sekesal mungkin.

"Papa kerjalah cari uang," balas Anton sambil terkikik geli. Reliya duduk di sebelah Gama, melirik cowok itu hanya sebentar.

"Papa lamakan di rumah?" tanya Reliya. Dia sangat tau bagaimana sifat Anton yang begitu gila kerja.

"Lumayan," jawab Anton.

"Kalau enggak ada Papa Mas Gama nakal," adu Reliya sambil memasang wajah sedih yang dibuat-buat.

"Enak aja!" bantah Gama tak terima. Setahunya selama ini Reliya yang selalu mengganggu.

"Udah jangan berantem, abisin makannya," perintah Anton. Reliya dan Gama mengangguk patuh, akhirnya sibuk dengan makanan mereka masing-masing.

Diam-diam kaki panjang Gama bergerak ke arah kaki Reliya, lalu menendang kaki gadis itu sedikit keras.

"Akh!"

Semua mata langsung mengarah pada Reliya. Reliya melebarkan mata, lalu tersenyum malu.

"Kenapa?" tanya Anton saat melihat raut kesakitan dari Reliya.

"Tadi kaki aku nabrak kaki meja, Pa," bohongnya sambil tersenyum kecil.

"Hati-hati," ucap Lina dijawab anggukan oleh Reliya.

Mata gadis itu beralih menatap Gama yang berada di sampingnya dengan tajam. Dia menatap Gama penuh permusuhan, "kenapa?" tanya Gama polos.

"Ma, aku pulang, ya." Lina dan Anton menatap Reliya bingung. Tak biasanya gadis itu seperti ini.

"Kenapa?"

"Mas Gama nakal," adunya dengan mata berkaca-kaca. Gama melotot tak terima, dia sampai lupa jika gadis di sampingnya ini sangat suka mengadu.

"Gama! Kamu apain adik kamu?" tanya Anton sambil menatap Gama tajam.

"Dia bukan adik Gama." Gama meletakkan sendoknya ke piring. Melirik Reliya sebentar sebelum akhirnya bangkit dari sana.

"Sifat lo yang kayak gini buat gue tambah muak, tau enggak?" Memang Gama mengucapkannya dengan wajah tenang. Namun, Reliya sangat tau Gama memang sangat tak suka dengan dirinya.

Gama melangkah pergi dari ruang makan. Anton dan Lina menatap Reliya tak enak. Walau mereka tau terkadang Reliya keterlaluan, tetapi mereka memaklumi itu.

"Reliya pulang. Maaf ganggu acara makan kalian." Reliya menunduk sopan. Langsung ke luar dari rumah itu dengan perasaan campur aduk.

Di satu sisi dia merasa bersalah, di satu sisi dia tak bisa menahan dirinya. "Maaf," ucap Reliya, walau gadis itu ucapannya itu terdengar sia-sia.

Reliya masuk ke dalam kamarnya, menenggelamkan dirinya di dalam selimut lalu menangis di dalam sana.

Dia memang menjadi gadis nakal di depan Gama dan keluarga lelaki itu, tetapi Reliya melakukan itu hanya untuk menutupi kesedihannya.

Reliya menangis hingga matanya bengkak dan tak lama itu tertidur. Dia merasa bersalah, memang seharusnya dia lebih tau diri.

Entah bagaimana jadinya jika Reliya tanpa keluarga Gama, mungkin saat ini Reliya sudah menjadi gadis yang tak memiliki tujuan hidup.

TBC

Mas Tetangga (End)Where stories live. Discover now