Ngidam

3.7K 271 16
                                    

Lagi, untuk sekian kalinya Relliya mengganggu Gama tengah malam.

"Kenapa lagi?" tanya Gama dengan mata tertutup sebelah. Lelaki itu mati-matian menahan kantuk.

"Pengen mangga." Mata Gama langsung terbuka lebar.

"Jangan ngadi-ngadi, deh!" Reliya mengerjapkan matanya, menatap sang suami dengan tatapan memohon.

"Jam segini siapa yang jual mangga?"

Reliya menunjuk ke arah jendela yang memang terbuka sesuai keingannya. Gama mengikuti arah telunjuk Reliaya, setelah itu menatap istrinya dengan tatapan memohon.

"Ini jam dua malem, loh." Reliya mengangguk polos, "aku tau."

"Enggak mungkin aku ngetok rumah orang jam segini." Gama menatap Relita frustrasi, lalu beralih ke arah perut istrinya yang masih datar. Kenapa calon anaknya suka sekali megerjai papanya.

"Masak kamu nolak?" Bibir wanita dengan rambut bak singa itu melengkung ke bawah, tak lama terdengar suara isakan. Gama mengela napas lelah, akhirnya mengangguk.

"Fine, aku ambilin." Reliya langsung menghapus air mata palsunya, menatap Gama berbinar. Gama yang melihat itu berdecih sebal.

"Kalau aku dipukulin karena dikira maling, dan aku enggak ganteng lagi jangan nyesel."

"Iya udah sana!" usir Reliya tak mendengarkan ucapan Gama lagi. Membayangkan mangga yang asam masuk ke mulutnya membuat kedua mata wanita itu berbinar.

"Aku tidur dulu, ya. Kalau udah selesai bangunin aja?" Reliya menarik selimut sebatas dada, tak mempedulikan tatapan menderita dari seorang lelaki yang masih diam membeku di dekat pintu.

"Demi calon baby." Gama memejamkan mata meyakinkan diri. Semoga saja tetangganya tak marah dibangunkan tengah malam seperti ini.

***

"Tidur." Gama menatap seorang yang sedang bergelung nyaman di balik selimut dengan wajah masam.

Matanya menatap sekantung mangga yang dia ambil dengan jerih payah, bahkan tubuhnya sudah merah-merah akibat serangan semut.

"Ya Tuhan, ajarkan hamba ikhlas." Gama mengusap pipinya dramatis, seolah ada air mata yang jatuh di sana.

Dengan katung mata yang sangat ketara dan langkah gontai lelaki itu menaruh asal mangga yang dia ambil. Masa bodo dengan kemarahan Reliya, yang dia butuhkan sekarang adalah tidur. Sejak kemarin Reliya sama sekali tak membiarkan Gama duduk dengan tenang.

"Kamu jangan berani kerjain papa, kalau kamu ke luar langsung papa gigit pipinya." Gama mengelus perut Reliya. Membayangkan ada makhluk kecil di dalam sana membuat wajahnya menjadi cerah kembali.

"Good night, Baby." Gama mengecup pelan perut rata istrinya, setelah itu ikut masuk ke alam mimpi bersama istri tercinta.

***

"Enak?" tanya Gama meringis. Bayangkan saja dengan tenang Reliya menyantap mangga mentah, yang dia yakini rasanya masih asam.

"Enyak." Reliya mengajungkan kedua jempolnya dengan mulut penuh. Gama mengecup pipi wanita itu gemas. Namun, dia jadi menyesal ketika Reliya malah mamasukan paksa sepotong mangga ke dalam mulutnya.

"Huek, asem!" Gama membasuh lidahnya di wastapel, menatap Reliya penuh permusuhan. Yang ditatap seperti itu malah menatap seakan tak tau apa-apa.

"Padahal tadi babynya yang mau." Gama menghela napas frustrasi. Lagi-lagi anaknya dibawa-bawa oleh wanita nakalnya.

"Udah buat kamu semua, nanti aku ambil semua kamu mau?"

"Ya jangan!" pekik Reliya memeluk semua mangganya dengan menatap Gama galak.

Gama menutup wajahnya malu, kenapa dia khilaf menikahi bocah seperti Reliya. Apakah di dunia ini sudah tidak ada lagi wanita seksi yang membuatnya tertarik.

"Gue bener-bener gila," ucap Gama dramatis.

Jangan lupa vote dan komen guys. Makasih udah baca. Inget harus vote dan komen! Jangan sampa enggak.

Mas Tetangga (End)Where stories live. Discover now