Jatuh Sakit

5.5K 423 0
                                    

"Gimana?" tanya Lina ketika melihat Reliya memasuki rumah dengan wajah kusut. Reliya mengangguk.

"Aku pulang ke rumah ya, Tan." Lina menatap Reliya curiga. Tak biasanya gadis itu pulang ke rumahnya jam segini.

"Kenapa?" Lina mendekat. Mengelus kepala Reliya.

"Reliya kayaknya enggak enak badan, Ma." Lina menatap Reliya. Dia baru menyadari gadis di depannya ini lebih terlihat pucat.

"Yaudah jangan lupa istirahat. Nanti Mama anterin makan sama obat." Reliya mengangguk lalu langsung menuju rumahnya untuk istirahat. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa pusing. Sebenarnya tak perlu kaget, memang sedari kecil Reliya suka begini.

Di rumahnya Reliya langsung membungkus tubuh dengan selimut tebalnya. Ia berusaha memejamkan mata walau rasanya sulit, tetapi hal itu satu-satunya cara untuk melupakan pusing di kepalanya.

Tak lama dari itu Reliya terlelap.

                              ***
Reliya mengerjapkan mata saat merasakan sesuatu yang basah menyentuh dahinya, dia mengernyit saat merasakan kepalanya pusing.

"Istirahat lagi aja." Reliya seketika membuka matanya. Mendapati Gama yang sedang duduk di sofa sambil bermain game.

Bukannya mendengarkan ucapan Gama, Reliya menaruh handuk untuk kompres dahinya ke nakas, lalu dia berjalan ke arah Gama.

"Dibilangin tidur juga," kesal Gama menaruh ponselnya, beralih menatap gadis di sampingnya tajam.

"Bukannya masih jam kuliah?" tanya Reliya.

"Tu tau," balas Gama ketus. Bisa ditebak jika lagi-lagi Gama dipaksa menjaga Reliya.

"Mama nelepon, dia nyuruh gue ngurus elo." Reliya hanya bisa tersenyum tipis. Dia tak bisa menyalahkan Lina juga, karena dia tau Lina pasti khawatir.

"Lagian kenapa bisa sakit, sih?"

"Mana gue tau," balas Reliya dengan suara serak.

"Yaudah Mas Gama pulang aja. Gue enggak apa-apa." Gama memutar bola matanya malas. "Kayak enggak tau Mama," cibir Gama. Dia sangat tau sikap Lina yang begitu berlebihan kepada Reliya.

"Tenang aja. Secepatnya bakal berakhir kok. Gue bakal telpon orang tua gue," ucap Reliya mati-matian menahan nyeri di dadanya. Entah kenapa setiap membahas orang tuanya seperti membuka luka baru dalam hatinya.

"Udah sana tidur," balas Gama cepat. Cowok itu menarik Reliya, memaksakan gadis itu untuk kembali terbaring.

"Makasih, Mas Gama." Gama mengangguk. Dia tau Reliya tak sadar mengatakan itu. Jika tak sakit, Reliya itu lebih suka mengganggu dirinya.

"Gue tunggu di sini," ucap Gama. Reliya mengangguk. Kemudian beberapa menit kemudian gadis itu sudah kembali terlelap. Gama menghela napas, meletakkan punggung tangannya ke dahi Reliya.

"Masih tinggi." Walau terlihat baik-baik saja. Sejak tadi demam Reliya tak turun. Sebenarnya Gama ingin mengajaknya ke rumah sakit, tetapi dia sangat tau Reliya sangat anti rumah sakit sejak kecil.

"Cepet sembuh," ucap Gama setelah meletakkan kembali handuk kecil di dahi Reliya. Dia tersenyum tipis, sebenarnya dia tak sepenuhnya tak suka dengan kehadiran Reliya. Karena sejak kecil hanya Reliya yang menjadi teman terbaiknya.

"Emang bocah tengil," cibir Gama sambil terkekeh kecil. Dia mengelus kepala Reliya, memutuskan pulang ke rumahnya sebentar untuk mandi. Sepertinya dia harus menginap untuk memastikan gadis manja itu tetap baik-baik saja. Walau dia tau secepatnya gadis itu akan sembuh.

TBC

Mas Tetangga (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang