16. Bungsu Reviano.

Start from the beginning
                                    

"Iya, pilih-pilih temen. Mentang-mentang sekamar sama Satya, Jay, Yeza, Haru sama Dean."

"Sekamar sama mereka? Gila, lucky banget ya sekamar sama anak hits."

"Yah, dia mah apaan. Palingan nempel doang ke mereka biar bisa terkenal. Gak suka gue sama dia."

"Liat wajahnya aja jadi pengen nonjok."

"Haha, apalagi sekarang dia juga temenan sama Kamal dan Terry, makin menjadi tingkahnya."

"Lo sadar nggak sih di sekolah banyak yang nggak suka sama Jake?"

"Tau, udah keliatan. Dianya aja yang nggak sadar kalau temennya cuma pura-pura temenan sama dia. Goblok banget haha, dimanfaatin doang sama temen sekelasnya."

"Dia sekarang masuk club humas nih, sama kita juga."

"Duh, mau muntah gue kalau liat dia. Kenapa masuk humas sih?"

"Lo inget yang sepatunya Jake hilang nggak? Sama ada yang nyiram dia dari atas sampai basah kuyup? Itu ulah anak kelasnya sendiri."

"Kasian banget, polos-polos bego. Cocok sih jadi target hahaha. Mau coba ganggu dia?"

"Wah sabi nih, gas lah!!!"

Jake terdiam mendengar itu semua, langsung terduduk. Matanya menatap segala arah, tak fokus.

Apa katanya? Dia dibenci banyak orang?

Hatinya sakit, Jake benar-benar tak menyangka akan mendapat kenyataan seperti ini.

Apa Satya, Jay, Yeza, Haru, Dean, Terry dan Kamal juga pura-pura temenan sama Jake?

Jake bingung dimana salahnya. Selama ini dia diam saja, tak bertingkah sama sekali. Jake juga tak pilih-pilih teman, dia berteman dengan siapapun. Dan kebetulan, yang mengajak Jake berteman itu anak hits semua, murid yang punya nama disekolah barunya.

Hanya karena satu kamar dan berteman dengan mereka, orang lain jadi membencinya?

"Dek?"

Jake mendongak melihat siapa yang memanggilnya, langsung berdiri saat tau kakak kelasnya yang memanggil.

"Kamu ikut Humas kan?" tanya kakak kelasnya, gadis cantik berambut pendek yang bernama Windy.

"Iya kak," balas Jake.

"Kok nggak masuk? Rapatnya mau dimulai," kata Windy ramah.

"Ah iya ini mau masuk kok," kata Jake dan tersenyum sopan.

Bungsu Reviano itu berbalik, menghela nafas berusaha terlihat tak terjadi apa-apa dan berjalan menuju ruang humas.

Saat masuk, seluruh pasang mata menatapnya dengan berbagai tatapan.

"Jake!"

Jake menoleh ke sumber suara, melihat Jay, Terry dan Kamal melambaikan tangan kearahnya.

"Duduk sini!" kata Jay.

Jake langsung berjalan menuju Jay, memegang tali tasnya erat saat merasa tatapan tak suka dilontarkan kearahnya.

Tatapan itu, tatapan yang sering Jake pergoki teman sekelasnya saat menatapnya. Kenapa Jake baru sadar?

"Darimana? Kok lama?" tanya Terry.

"Kamar mandi," balas Jake.

"Nanti mau beli seblak didepan Asrama nggak?" ajak Kamal dan menoleh kebelakang karena dia duduk didepan Jake.

"Gue ikut kok, mau ya?" minta Jay.

"Ikut deh," balas Jake yang membuat Jay, Kamal dan Terry bersorak senang.

"Berisik!"

Keempatnya langsung menoleh, melihat seorang gadis cantik menatap tajam kearah mereka.

"Samping lo juga berisik, tegur!" kata Terry.

Gadis itu mendecak kesal, menendang meja Jake membuat si punya meja kaget.

"Lo apa-apaan sih?!" tanya Jay tak terima.

Sedangkan Jake mengerjab kaget karena mejanya di tendang.

"Anak baru, seneng lo temenan sama mereka? Jadi bertingkah? Iya?" tanya gadis itu.

Jake menatapnya bingung, benar-benar tak paham salahnya dimana. Dia hanya berteman dan bermain bersama teman-teman barunya. Apa salah?

"Sadar diri, lo cuma anak pindahan!" kata cowok yang duduk disamping Kamal.

Jay, Terry dan Kamal menatap tak suka dua orang itu, hendak membalas tapi terhenti saat kakak kelas mereka masuk ruangan.

"Ada apa? Mau ribut kalian?" tanya kakak kelas cewek yang memakai celana, namanya Prima.

"Duduk! Rapat mau dimulai!" kata cowok disamping kakak kelas cewek tadi.

Gadis tadi mendecih, menendang meja Jake pelan lalu kembali ke mejanya.

Jake menghela nafas, menggigit bibirnya menahan amarah yang meluap. Karena Jake teringat ucapan kedua kakaknya.

"Kalau kamu nggak salah, lawan! Jangan diem aja! Kalau kamu diem, mereka menang! Nggak perlu buat mereka babak belur, cukup buat mereka trauma dan menghindar kalau ketemu kamu."

Itu yang dikatakan kakaknya. Jake sudah belajar, dia tak mau mengandalkan kakaknya terus. Jake akan mengurus masalah ini sendiri, tanpa sepengetahuan kedua kakaknya.

Dan sejak tadi, Windy memperhatikan Jake yang mengerjab bingung menatap mereka. Senyum kecil terbit di bibirnya.

•••

Konfliknya buat si bungsu. Hari ini adek diem dulu ya, ngamuknya besok aja wkwk. Karena Jake kan tipe anak yang rada pemalu, jadi ngamuknya butuh beberapa tahapan.

Maaf ya kalau nggak ngefeel:(

Asrama SiblingsWhere stories live. Discover now