🌧 [26] :: Sekarang, Sudah Lengkap

1.2K 228 30
                                    

SUDAH berkali-kali Fahla mengecek tempat tidur, nakas, bahkan tiga buah laci--yang sebenarnya tidak pernah digunakan, tetapi ia tak kunjung menemukan tali rambut satu-satunya yang ia bawa dari Jakarta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SUDAH berkali-kali Fahla mengecek tempat tidur, nakas, bahkan tiga buah laci--yang sebenarnya tidak pernah digunakan, tetapi ia tak kunjung menemukan tali rambut satu-satunya yang ia bawa dari Jakarta. Bagi sebagian orang pasti menganggapnya tidak penting, tapi lain halnya dengan Fahla yang memang jarang sekali menggerai rambutnya.

Fahla mendengkus keras seraya menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Masa bisa ilang, sih?" gumamnya heran, karena seingatnya, ia selalu meletakkan benda tersebut di atas nakas jika sedang tak digunakan.

"La, bantuin Tante anterin konsumsi ke lapangan, yuk!" Seruan Tante Ratna dari luar kamar tiba-tiba terdengar, membuat Fahla mau tak mau menghentikan pencariannya sejenak.

Setelah keluar dari kamar, Fahla mendapati tantenya berada di dapur sembari menyiapkan konsumsi yang dimaksudkan, yakni beberapa macam gorengan dan kopi hitam sachet. Gorengan tersebut sudah terbagi dalam beberapa boks berukuran sedang, bahkan termos dan cup plastik pun sudah tersedia pula.

"Jam segini kok udah nganterin konsumsi, Tan? Acaranya malem, 'kan?" tanya Fahla heran sambil menghampiri Tante Ratna.

Tante Ratna kontan menatap Fahla malas. "Emang kamu kira panggung sama kursi-kursi buat warga nonton bakal ada dengan sendirinya, gitu? Makanya kemaren tuh dengerin penjelasan Pak RT sampe selesai, bukannya asik berduaan sama si Graha."

"Ih, apaan sih, Tan? Orang Lala cuma ngobrol biasa doang sama Graha," Fahla segera mengelak, sebab baginya, apa yang ia lakukan dengan Graha masih dalam batas wajar. Kenapa orang-orang malah sibuk menggodanya, sih?

"Tapi kalo diliat-liat, sekarang kamu sama dia emang udah lebih akrab loh, La. Malahan ibu-ibu sampe nanya ke Tante, kamu sama Graha tuh pacaran apa nggak. Bundanya Graha juga ada di situ padahal," jelas Tante Ratna yang kembali mengungkit kejadian di hari kemarin tanpa Fahla minta.

"Terus, respon Tante Lina gimana, Tan?" Ada sedikit rasa penasaran yang muncul dalam diri Fahla.

"Katanya, 'Untuk sekarang belum ya, tapi kan nggak ada yang tau ke depannya gimana,' kayak gitu. Tante agak nggak nyangka juga sih dengernya. Kayaknya, kalo kamu daftar jadi calon mantunya, pasti bakalan langsung lolos deh, La. Bundanya Graha suka sama kamu. Malahan waktu itu kamu sampe dikasih bubur kacang hijau bikinannya, 'kan?"

Sama seperti Tante Ratna, Fahla juga tidak menyangka mendengar jawaban tersebut. Bukankah secara tak langsung bundanya Graha telah memberi restu jika suatu saat Fahla dan anak laki-lakinya memiliki suatu hubungan? Tapi, ya ampun, Fahla tidak tahu harus bereaksi seperti apa kalau muncul pembahasan seperti ini, oleh karenanya, seringkali ia berusaha untuk menghindarinya.

Namun, kalau dipikirkan secara serius, apakah mungkin hati Fahla--yang belum sembuh secara total--mampu untuk menumbuhkan perasaan khusus terhadap Graha?

"Yuk, La, keburu bapak-bapak pada protes karena dianternya kelamaan."

Suara Tante Ratna segera saja membuyarkan pikiran Fahla. Wanita itu lekas mengangkat tas plastik besar berisi konsumsi dan hendak membawanya ke halaman depan.

It's Raining Outside [END]Where stories live. Discover now