🌧 [12] :: Sedikit Tentang Masa Lalu

1.7K 258 0
                                    

"BANG Rayan kapan baliknya sih, Tan?" tanya Fahla, menyebutkan nama Rayan yang merupakan anak sematawayang Tante Ratna dan juga sepupu Fahla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BANG Rayan kapan baliknya sih, Tan?" tanya Fahla, menyebutkan nama Rayan yang merupakan anak sematawayang Tante Ratna dan juga sepupu Fahla.

Rayan memang satu tahun lebih tua dari Fahla, walaupun Mama yang lebih dulu menikah daripada Tante Ratna. Namun, nyatanya justru Tante Ratna yang lebih dulu dipercaya untuk memiliki momongan. Lalu entah direncanakan atau memang takdirnya demikian, keduanya sama-sama hanya dikarunia satu orang anak. Dan karena sejak kecil Fahla dekat dengan keluarga Tante Ratna, ia sudah menganggap Rayan seperti kakak kandung laki-lakinya sendiri.

Tante Ratna yang tengah asyik menonton sinetron pun memberi balasan, "Tante juga nggak tau, La. Waktu itu ngomongnya sih udah mulai liburan, tapi nggak pulang-pulang juga sampe sekarang. Tapi kalo jadi pulang pun kayaknya nggak bisa lama, karena bentar lagi udah harus mulai nyusun skripsi dia."

"Oh, iya juga ya, Lala baru inget kalo Bang Rayan bentar lagi mau lulus." Fahla kemudian mencomot kentang goreng hasil buatannya sendiri dan melahapnya.

Hidup di tempat yang cukup jauh dari supermarket membuat Fahla sedikit kesulitan. Biasanya, ia suka membeli kentang frozen yang tersedia di sana, sehingga Fahla hanya tinggal menggorengnya ketika mulutnya gatal ingin mengunyah. Kali ini, Tante Ratna meminta Fahla untuk mencoba membuatnya sendiri. Namun, sayangnya, hasilnya justru jauh dari ekspetasi. Fahla jadi kesal sendiri karenanya.

"Kenapa emang, La? Udah nggak sabar buat jalan-jalan sama Rayan? Udah bosen di rumah terus?" tanya Tante Ratna secara beruntun.

Fahla mendecak pelan. "Ya habisnya gimana, Tante kan nggak ngebolehin aku buat jalan-jalan sendiri. Kalo di sini aku juga nggak tau mau ke mana lagi selain toko buku keluarganya Graha."

"Loh, kamu udah kenal sama Graha?"

"Kenal lah, Tan. Lala udah ke sana sampe dua kali. Udah pernah beli buku di sana. Lala juga malah udah kenal tuh sama Mizu."

"Mizu? Siapa, La?"

"Kucingnya Graha."

Tante Ratna menggeleng-geleng pelan, lalu menarik napas sejenak. "Ya udah, bagus kalo kamu udah kenal. Kamu jadi punya temen di sini. Kalo Graha nggak keberatan, kamu juga bisa jalan-jalan sama dia. Dia juga masih kuliah, semester ... berapa, ya? Duh, Tante lupa. Tapi kayaknya sebaya sama kamu deh, La. Pasti kalian nyambung juga kalo ngobrol."

Fahla terdiam sejenak, membayangkan bagaimana kira-kira jika apa yang Tante Ratna katakan benar-benar terjadi. Kernyitan di dahi perempuan itu sontak muncul. Ia pun menggelengkan kepala sambil mengibaskan tangannya.

"Untuk jalan-jalan, kayaknya agak susah, Tan. Kalo nggak bermanfaat, Graha nggak bakal mau." Kata-kata yang pernah Graha ucapkan ketika Fahla berbicara dengannya kini terngiang-ngiang dalam kepala. Entah sudah berapa kali Graha mengucapkan kata "bermanfaat" dalam percakapan mereka, membuat Fahla jadi meragukan banyak hal yang berkaitan dengan laki-laki itu.

"Gimana maksudnya?" Dahi Tante Ratna tampak berkerut samar.

"Ya gitu deh, Tan," balas Fahla acuh tak acuh.

Tante Ratna menyipitkan matanya, lalu memilih untuk mengabaikan hal tersebut meskipun ia tak mengerti sepenuhnya. "Tapi Graha anak baik-baik loh, La," tukasnya kemudian, masih enggan mengganti topik pembahasan mereka.

Dan Fahla pun semakin bingung karenanya. "Ya ... terus kenapa, Tan?"

"Yaaa, siapa tau bisa bikin kamu naksir dia." Senyum geli terukir di wajah Tante Ratna. Sayangnya tak bertahan lama, karena beberapa saat setelahnya, ia baru saja teringat akan sesuatu yang penting. "Eh, Tante lupa, kamu kan udah punya pacar ya, La."

"Hah? Sejak kapan Lala punya pacar, Tan?" Kini kerutan tampak jelas di dahinya. "Atau maksud Tante tuh si Davi, ya? Itu mah pacar Lala pas SMA, Tan. Sekarang udah putus. Udah jadi mantan."

Tante Ratna segera menggeleng tegas. Pembicaraan ini semakin menarik saja sehingga ia mengabaikan acara televisi sepenuhnya. "Bukan, La," sanggahnya, "Tante juga tau kalo kamu udah putus sama si Davi Davi itu. Kan dulu kamu sampe cerita sambil nangis-nangis ke Rayan."

Fahla meringis pelan. Ia baru tersadar betapa memalukannya dirinya. Yah, wajar saja, saat itu ia masih SMA dan baru merasakan yang namanya pacaran untuk pertama kalinya. Tetapi hubungan ia dan Davi nyatanya tidak bisa bertahan lama hanya karena suatu alasan paling klise yang pernah ada dan sangat populer di kalangan anak sekolah: Ingin fokus Ujian Nasional.

Berengseknya, setelah ujian selesai dilaksanakan, Davi seolah melupakan eksistensi Fahla di dunia ini begitu saja dan malah memiliki pacar baru beberapa bulan setelahnya.

"Duh, Tante lupa siapa namanya, tuh. Pokoknya waktu itu Tante sering liat dia ada di story kamu pas kalian lagi bareng-bareng," lanjut Tante Ratna yang kini berhasil membuat Fahla mematung, sebab ia tahu persis siapa orang yang dimaksud.

Sekarang Fahla jadi sedikit menyesal karena tidak menyembunyikan instastory-nya dari keluarga.

Embusan napas berat Fahla loloskan. Seketika mood-nya menjadi rusak. Tetapi ia tidak ingin terlalu memperlihatkannya pada Tante Ratna. Dengan terpaksa, perempuan itu menyunggingkan sebuah senyum kecil. "Oh, itu. Dia juga bukan pacar Fahla, Tan," jawab Fahla pada akhirnya.

"Hah, bukan ya? Atau kalian udah putus sekarang?"

Rasa penasaran Tante Ratna justru membuat Fahla menertawakan sekaligus mengasihani dirinya sendiri.

Bodoh sekali, seharusnya Fahla memang tidak perlu sering-sering mengumbar kedekatannya dengan Kafka yang tidak terikat oleh status apapun di media sosial. Fahla cukup yakin bahwa Tante Ratna bukanlah satu-satunya orang yang berpikir bahwa dirinya dan laki-laki itu memiliki hubungan spesial. Namun, sayangnya, mereka hanya berhasil sampai di tahap "hampir".

Kalau kata Ariana Grande dan Nathan Sykes sih, Almost is Never Enough. Dan Fahla betul-betul sudah merasakannya sendiri. Yang namanya hampir, memang tidak pernah cukup.

Yah, kalau saja seorang perempuan yang tidak ingin Fahla sebutkan namanya itu tidak hadir semaunya di tengah-tengah dirinya dan Kafka, mungkin saja ceritanya akan lain lagi sekarang.

🌧

bandung, 3 januari 2022

It's Raining Outside [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang