🌧 [21] :: Hanya Sementara

1.3K 219 28
                                    

SETELAH meninggalkan kawasan Setiabudi, Rayan tiba-tiba saja memberitahu bahwa ia akan menemui Ersya terlebih dahulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SETELAH meninggalkan kawasan Setiabudi, Rayan tiba-tiba saja memberitahu bahwa ia akan menemui Ersya terlebih dahulu. Rayan bahkan minta diturunkan ketika mereka sampai di daerah Jalan Merdeka karena Ersya menunggu di sana. Katanya, sepasang manusia itu mau berkencan ke tempat lain sebelum datang ke acara pensi, sekaligus ingin melepas rindu setelah berbulan-bulan tidak bertemu. Hal itu tentu saja membuat Fahla kesal bukan main karena Rayan tidak bilang apa-apa padanya sejak awal.

Graha sendiri pun tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia tak mungkin melarang apa yang ingin Rayan lakukan karena merasa tak berhak. Ia juga tidak merasa kesal sama sekali. Lagipula, Rayan bukannya membatalkan rencana mereka sepenuhnya juga. Namun, kini Graha justru jadi bingung. Apa yang harus ia lakukan dengan Fahla sekarang?

"Kenapa sih, bukan Kak Ersya aja yang ikut ke mobil ini? Mereka segitu pengennya pergi berdua doang apa?" Di sebelah Graha, Fahla sibuk menggerutu meskipun tangannya tetap sibuk mencomot keripik kentang dari bungkus dan mulutnya tetap tak bisa berhenti mengunyah.

Dan seingat Graha, itu sudah bungkus yang kedua.

Graha yang tengah menyetir pun menoleh sekilas. "Katanya, Ersya bawa mobil sendiri," jawab laki-laki itu seadanya.

"Ya tapi kenapa gue sama lo nggak diajak? Kan bisa mereka ngasih tau dulu gitu mau ke mana."

"Mungkin mereka butuh waktu berdua karena udah lama nggak ketemu. Kamu tau sendiri, 'kan, selama ini mereka harus menjalani hubungan jarak jauh."

Fahla tergeming sejenak, lalu ia mendengkus pelan. Satu keripik kentang kembali mendarat ke dalam mulutnya. Dan percakapan di antara mereka pun terhenti selama beberapa saat.

Di tengah-tengah perjalanan, langit tiba-tiba mengeluarkan suara gemuruh keras. Sampai kali ketiga, kilatan petir turut menyertainya. Graha sedikit menunduk guna melihat keadaan di atas sana. Awan gelap sudah bergumul hingga berhasil menghalangi cahaya sang surya. Sial, Graha lupa kalau musim belum sepenuhnya berganti meski beberapa hari ke belakang bumi sudah jarang terbasahi oleh air hujan.

Bagaimana jadinya kalau malam nanti langit justru menumpahkan tangisannya di saat orang-orang ingin menikmati acara?

"Jadinya sekarang mau ke mana deh, Gra? Sekarang masih jam tiga, masih lama banget nunggu malem," perempuan di samping Graha kembali melontarkan pertanyaan. "Gue walaupun udah dua kali ke Bandung, tapi masih nggak banyak tau tentang tempat-tempat di sini."

Mereka memang benar-benar tidak punya tujuan pasti saat ini. Graha bahkan tak tahu mobil yang tengah dikendarainya akan ia bawa ke mana. Laki-laki itu sama sekali tak pernah membayangkan akan terjebak dalam situasi seperti ini sebelumnya. Bukannya tidak suka, tetapi melakukan sesuatu tanpa mempunyai rencana terkadang cukup membingungkannya.

Graha pun meloloskan napas panjang. "Kamu sendiri mau ke mana?"

"Hmm, nggak tau juga, soalnya gue belum ada kepikiran buat jalan-jalan di Bandung, jadi belum sempat cari tempat-tempat yang sekiranya pengen gue datengin." Fahla memberi jeda. "Tapi nggak papa deh, jalan aja dulu. Itung-itung sambil keliling Bandung, siapa tau ketemu tempat yang menarik nanti. Lo nggak keberatan, 'kan? Kalo lo cape nyetir, bilang aja, biar gantian sama gue."

It's Raining Outside [END]Where stories live. Discover now