🌧 [17] :: Bubur Kacang Hijau

1.5K 236 2
                                    

"LA, lo bisa masak nggak sih sebenernya? Atau lo sengaja, ya? Ini kenapa telor dadar punya gue bawahnya gosong begini, anjrit?" protes Rayan kala melihat satu-satunya telur dadar yang tersisa di piring, karena hanya dirinya yang belum sarapan pagi...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"LA, lo bisa masak nggak sih sebenernya? Atau lo sengaja, ya? Ini kenapa telor dadar punya gue bawahnya gosong begini, anjrit?" protes Rayan kala melihat satu-satunya telur dadar yang tersisa di piring, karena hanya dirinya yang belum sarapan pagi ini.

Yah, bisa bisa dibilang, Rayan adalah salah satu tipe laki-laki yang paling anti untuk bangun pagi ketika liburan. Dan nasi goreng serta telur dadar yang dibuatkan oleh Fahla tadi sesungguhnya sudah tidak bisa lagi disebut sebagai menu untuk sarapan.

Fahla yang tengah berbaring di sofa panjang sembari memainkan ponsel bergumam dengan malas. "Itu yang pertama gue goreng tadi, apinya kebesaran," tukas perempuan itu acuh tak acuh. "Kebetulan sisa telor juga cuma empat, gue males banget pergi warung. Udah deh lo makan aja yang ada, Bang. Nggak akan bikin lo keracunan juga kok, percaya sama gue."

"Ya ampun, La, tega banget lo ngasih gue telor gosong ...," sahut Rayan memelas. "Seumur-umur mama aja nggak pernah kayak gitu ke gue."

"Ish, lebay amat sih lo, Bang. Ya udah nggak usah dimakan kalo nggak mau. Ribet banget, deh."

"Terus ini gimana? Masa dibuang? Makanan nggak boleh dibuang-buang loh, La."

"Ya lo makan aja kalo gitu."

"Tapi ini gosong, Lalaaa."

Fahla mendengkus keras-keras, kemudian ia mengubah posisinya menjadi duduk dengan gerakan cepat. Tatapan kesal pun ia layangkan pada Rayan yang berdiri di dekat meja makan. "Ya terus lo maunya apa sih, anjir? Jangan bikin gue emosi, deh!"

"Weis, santai, Bos. Nggak usah ngegas gitu, dong." Ekspresi terkejut Rayan tampak dibuat-buat. Dan tak lama setelahnya ia malah tertawa seolah puas karena telah berhasil membuat sepupunya kesal. "Ya udah iya, ini gue tetep makan. Tapi terpaksa banget ini mah gue buang tengahnya, soalnya bagian itu doang yang paling parah gosongnya."

Sudah terlanjur sebal, Fahla pun hanya memutar mata dan kembali berbaring. Perempuan yang masih mengenakan piyama itu pun kembali melihat-lihat beberapa makanan atau minuman instan di aplikasi belanja daring yang sekiranya bisa ia beli untuk persediaan selama kurang lebih satu bulan.

"La, kayaknya lo kalo beli apa-apa tuh serba online, ya?" tanya Rayan yang tak sengaja melihat apa yang tertampil di layar ponsel Fahla. Kemudian ia duduk di sofa single untuk menikmati nasi gorengnya.

"Tergantung sih, Bang. Kalo emang susah dicari, ya gue lebih milih beli online. Tapi karena sekarang gue lagi di sini, ya kayaknya emang lebih baik kalo gue serba beli online aja."

"Hah? Apa bedanya lo lagi di sini sama di rumah lo di Jakarta?"

"Nggak banyak, sih. Cuma di sini tuh jauh ke mana-mana deh, Bang. Gue mau ke minimarket aja harus mikir dua kali dulu."

It's Raining Outside [END]Where stories live. Discover now