🌧 [01] :: Fahla dan Kesialannya

5K 438 10
                                    

MENYUSURI jalanan menuju Kabupaten Bandung Barat menggunakan kendaraan memang butuh nyali yang besar

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

MENYUSURI jalanan menuju Kabupaten Bandung Barat menggunakan kendaraan memang butuh nyali yang besar. Apalagi jalan itu berupa tanjakan licin--akibat hujan yang mengguyur beberapa jam lalu, ditambah kendaraan yang digunakan merupakan kendaraan beroda empat, dan pengemudinya adalah perempuan.

Sesungguhnya, dengan bermodal nekat, Fahla memiliki keberanian untuk pergi sendiri ke rumah Tante Ratna guna menghabiskan waktu liburan semesternya. Papa dan Mama yang disibukkan oleh pekerjaan mereka tidak bisa mengantar yang berarti takkan bisa ikut menginap juga. Mereka hanya bisa berjanji bahwa mereka akan datang menjenguk.

Papa sempat melarang Fahla untuk menggunakan mobil karena faktanya, perempuan itu baru bisa menyetir dengan lancar sekitar dua bulan lalu. Tentu saja kedua orangtuanya menjadi was-was. Namun, memang dasarnya Fahla pandai membujuk dan meyakinkan mereka, akhirnya ia pun mendapat izin.

Tapi kini Fahla justru menyesal telah membawa mobil sendiri. Fahla salah memilih waktu keberangkatan dan ia telah melupakan fakta bahwa jalan yang ia lalui adalah jalan yang sama yang digunakan untuk menuju tempat-tempat wisata yang cukup terkenal. Alhasil, mobilnya nyaris tak bergerak selama setengah jam dan hanya bisa bergerak sedikit-sedikit.

Sudah pegal karena duduk berjam-jam, harus sangat berhati-hati dalam membawa mobilnya juga, belum lagi harus melawan rasa kantuk yang menyerang. Rasanya Fahla ingin memiliki kekuatan teleportasi saja agar ia bisa pergi ke manapun ia mau hanya dengan satu jentikan jari saja.

Fahla meloloskan napas panjang sambil memejam sejemang. Kedua tangannya sementara lepas dari kemudi untuk meminum air mineral yang ia bawa. Perutnya terasa lapar, tapi Fahla lupa tidak membeli camilan. Di sepanjang jalan, banyak terdapat penjual yang menjajakan makanan seperti sosis bakar, rujak, ketan bakar, colenak, cilok, dan bermacam-macam minuman dingin langsung kepada para pengendara. Tadinya Fahla berniat untuk memanggil salah satu penjual sebelum mobil di depannya tahu-tahu saja sudah bergerak maju.

Perempuan yang rambutnya dicepol tinggi itu mendecak keras. Ia pun melajukan mobilnya meski akhirnya hanya dapat menempuh jarak yang tidak bisa dikatakan jauh dari tempat semula. Kini Fahla langsung membuka kaca mobil di sisi kiri dan bermaksud untuk memanggil penjual sosis bakar yang kebetulan berada dekat dengan mobilnya. Sialnya, lagi-lagi ada gangguan yang membuat Fahla terpaksa kembali mengurungkan niatnya.

Sungguh, rasanya Fahla ingin berteriak dengan kencang saking kesalnya. Namun, saat ia mengecek ponselnya yang tengah berdering, raut wajahnya sontak berubah 180° karena ternyata, orang yang menelepon adalah Tante Ratna. Tante Ratna tidak suka mendengar orang yang banyak mengeluh, sehingga sebisa mungkin Fahla harus terdnegar baik-baik saja.

Dengan memasang senyum terbaik--meskipun tahu Tante Ratna takkan bisa melihatnya, Fahla pun menjawab telepon tersebut.

"Halo, Tante!" sapa Fahla terdengar ceria.

"Kamu masih di mana, La? Kok Tante tungguin dari tadi belom nyampe juga?" tanya Tante Ratna kemudian yang sebenarnya sudah dapat diprediksi oleh Fahla. Keponakannya yang berkata telah berangkat sejak dua setengah jam lalu belum juga sampai, bagaimana mungkin ia akan menanyakan pertanyaan lain?

Fahla meringis kecil. "Iya, Tante, ini Lala masih di jalan, dari Setiabudi udah macet banget soalnya. Nanti kalo udah ngelewatin Farmhouse kayaknya bakal lancar lagi jalannya, deh."

"Tuh kan, udah Tante bilangin juga dari semalam, berangkatnya besok aja."

"Iya maaf, Tan, habisnya Lala lupa kalo sekarang hari Minggu. Lagian kalo tempat wisata kebanyakan tutup hari Senin juga nggak menjamin jalanan bakal lancar jaya."

"Ya seenggaknya nggak akan separah hari ini, La. Ya udah, Tante tutup ya teleponnya. Kamu hati-hati nyetirnya, kalo ada apa-apa langsung hubungin Tante."

"Siap, Tan!"

Setelahnya, Tante Ratna memutuskan sambungan dan Fahla pun berdesah berat. Pandangannya kembali teralih ke depan hanya untuk menemukan bahwa mobil-mobil di sana belum juga bergerak. Fahla sangat heran karenanya. Padahal liburan anak sekolah sudah berlalu, tetapi sama sekali tidak memengaruhi kondisi lalu lintas di kawasan ini.

Kini Fahla hanya berharap ia dapat cepat sampai ke tujuan sebelum dirinya menjadi gila karena terlalu lama terjebak di dalam mobil.

Sayangnya, semesta justru enggan mengabulkan permintaan sederhana Fahla. Langit perlahan-lahan kembali berubah gelap hingga mengeluarkan suara yang menggelegar. Tak lama setelahnya, rintik-rintik air mulai berjatuhan. Semua penjaja makanan yang berkeliaran di jalanan langsung melipir ke pinggir untuk berteduh, padahal Fahla belum sempat membeli. Lalu baru beberapa meter mobil kembali bergerak, tiba-tiba saja mobil di depan Fahla mengerem secara mendadak dan samar-samar Fahla mendengar suara benturan keras.

Ya Tuhan, hanya untuk berlibur saja kenapa Fahla harus mengalami banyak kesialan seperti ini, sih?

🌧

bandung, 22 november 2021

It's Raining Outside [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant