#17: Kebencian yang Menguasai

17.6K 1.1K 102
                                    

Pagi-pagi sekali, Yuda dibuat terkejut mendengar suara bel rumahnya berbunyi. Meskipun sebenarnya Yuda tahu siapa orang yang memencet bel rumahnya itu, tapi tetap saja Yuda merasa tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, atau lebih tepatnya rasa tidak percayanya, bahwa seseorang itu akan secepat ini menginjakkan kaki di rumahnya lagi, meskipun Yuda juga tahu persis alasan yang mendesak seseorang itu sampai ke rumahnya lagi.

Kemarin, saat akhirnya Yuda menangis terisak-isak bersama Amanda di kamar hotel tempat Amanda tinggal, keputusan yang  terjalin setelah puas menangis bersama adalah Amanda membatalkan rencananya untuk meninggalkan Yuda. 

Kali itu Yuda menyuruh Amanda berjanji, kalau apa pun yang terjadi ke depannya nanti, jangan pernah berpikir untuk meninggalkan Yuda dengan alasan apa pun, bahkan sekadar niatan saja Yuda tidak akan mengijinkannya. Karena saat itu Yuda bersumpah, kalau sampai Amanda menghilang lagi, meninggalkannya lagi, maka Yuda tak akan ragu untuk mengakhiri hidupnya. Toh, hidupnya tidak akan pernah menemui kebahagiaan sedikitpun. Lebih baik ia mati, membawa semua kepedihan hatinya ke alam dunia sana. Meski nerakalah yang akan mendekap tubuhnya erat-erat. 

Yuda mengatakan sumpahnya itu dengan kilatan mata penuh keseriusan, sehingga Amanda tak memiliki celah sedikitpun untuk berpikir. Amanda langsung memeluk Yuda erat-erat, dan mengatakan bahwa kehidupannya bisa tetap berjalan, karena mengetahui kalau Yuda masih hidup meski berada di belahan bumi yang lain. Jika pada kenyataannya Yuda akan meninggalkannya untuk selama-lamanya, maka Amanda juga pasti tidak akan bisa melanjutkan hidup. 

"Tolong berjanjilah sekali lagi," pinta Yuda yang kali ini dengan sorot mata sayu. "Berjanjilah untuk selalu ada di samping saya apa pun yang terjadi. Berjanjilah untuk tidak akan pernah meninggalkan saya lagi."

Amanda mengusap tetes air matanya saat mendengar permintaan yang diucapkan Yuda penuh dengan getaran kesedihan. "Aku janji, aku akan selalu mencintai kamu sampai kapan pun, dan nggak akan pernah pergi ninggalin kamu lagi."

Yuda memberikan pelukan erat setelah Amanda mengucapkan janjinya itu, meski suasana penuh kesedihan masih terasa karena sebelumnya Yuda begitu takut kehilangan Amanda, namun saat akhirnya Amanda berjanji untuk tetap bersamanya membuat Yuda merasa dunianya tidak seruntuh yang dipikirkannya. 

Satu jam setelah Yuda berhasil meyakinkan Amanda untuk tetap bersamanya, dia mendapat chat dari mamanya yang mengatakan kalau besok sabtu, mamanya akan datang berkunjung, bersama dengan ibu dan ayah mertuanya.

Seketika saja Yuda dibuat panas dingin. Meskipun ia yakin, Maya benar-benar menutupi soal pengkhianatan dirinya, tapi tetap saja Yuda tak bisa semudah itu berlaku bahwa semuanya baik-baik saja. Terlebih bagaimana dengan Maya yang sudah mengetahui semua kebusukannya. Apakah Maya akan sanggup berpura-pura? Atau Maya akan mengatakan semuanya di saat kedua orang tua mereka sedang berkumpul? 

Memikirkan soal kemungkinan itu membuat Yuda kehilangan keberanian. Betapa pun dia sudah berlaku kejam pada Maya, tapi Yuda terlalu takut membongkar kebusukannya sendiri di depan para orang tua. Terlebih mengingat kondisi kesehatan orang tua mereka yang bisa dibilang kurang baik. 

"Ada apa?" Melihat wajah Yuda yang mendadak pucat pasi saat membuka pesan di hapenya, Amanda jadi tertarik untuk menanyakan alasannya.

Yuda menatap Amanda, tidak tahu harus berkata apa, namun Yuda akhirnya mengarahkan layar ponselnya untuk dilihat Amanda. 

Bola mata Amanda seketika membesar membaca pesan yang tertera sebagai pesan dari mamanya Yuda. Lantas bertanya dengan penuh kebingungan. "Apa yang bakal kamu lakuin dengan ini?"

Yuda menggeleng.

Amanda sudah mendengar semua penjelasan Yuda tentang pertemuan laki-laki itu dengan Maya, kemudian Maya yang meminta Yuda untuk menceraikannya sekaligus menyuruh Yuda untuk menandatangani surat perjanjian kesepakatan yang Maya buat. Termasuk kejujuran Yuda pada Maya soal perasaannya pada Amanda yang tidak pernah hilang sedikit pun.

Harga Untuk LukaWhere stories live. Discover now