#6: Masa-Masa Terpuruk

16.8K 842 13
                                    

Tak perlu diragukan lagi, sebesar apa perasaan cinta Yuda pada Amanda. Karena setelah hatinya diserahkan sepenuhnya pada Amanda, Yuda tidak pernah sekalipun merasa tertarik pada gadis lain. Hatinya seolah sudah terpatri kuat hanya untuk Amanda seorang.

Hari-hari yang Yuda lewati bersama Amanda pun selalu saja terasa indah dan menyenangkan. Seolah waktu tiga tahun semasa SMA menjadi sangat singkat karena pada akhirnya ujian cinta mereka harus dimulai ketika masa SMA mereka berakhir. 

Sebelum kelulusan, Yuda mendapat kabar dari Amanda yang mengatakan kalau tiba-tiba saja ayah Amanda harus pindah kerja ke luar negeri. Dan bukan hanya ayahnya saja, tapi semua anggota keluarga yang ada juga harus ikut serta, termasuk juga Amanda.

"Tenang aja kok, ini bukan berarti hubungan kita akan berakhir. Karena meskipun ada jarak yang memisahkan kita, seenggaknya kita tetap bisa saling berkomunikasi, dan hati kita akan selalu terhubung. Jadi, cinta kita nggak akan pernah berakhir," kata Amanda berusaha menenangkan Yuda yang sudah langsung pucat pasi.

Yuda tidak bisa mengatakan apa pun. Ketakutan akan perpisahannya dengan Amanda tiba-tiba saja menguasai seluruh ruang di hatinya. Memaksa wajahnya mengeras dan suaranya menjadi kelu. 

"Sebenernya ... aku juga nggak pengen kita pisah," nada tenang dalam suara Amanda tadi mendadak hilang, berganti dengan nada frustasi. "Saat aku dapet kabar ini dari papa, aku langsung bilang ke papa kalau aku nggak akan ikut mereka, dan akan tetap tinggal di Indonesia buat ngelanjutin kuliah di sini, tapi..."

Yuda bisa melihat ekspresi wajah Amanda berubah murung. Sepertinya bukan hanya Yuda saja yang tak rela mereka berpisah, tapi Amanda pun demikian.

"...papa sama mama bilang, kalau aku anak semata wayang mereka, jadi mereka nggak akan bisa ninggalin aku sendirian di sini."

Yuda tidak bisa membantah itu. Amanda memang anak tunggal, dan kedua orang tuanya itu memang sangat dekat dengan Amanda. Jadi ... mengingat harus meninggalkan anak semata wayang mereka di negeri ini seorang diri, mungkin terlalu berat bagi kedua orang tua Amanda. Meskipun sebenarnya, Amanda tidak akan sendirian, karena akan selalu ada Yuda di sisinya. Tapi pasti pemikiran orang tua Amanda tidak bisa seperti itu. 

Karena meskipun kedua orang tua Amanda tahu perihal hubungan Yuda dengan anaknya, tapi dengan status hubungan 'pacaran' saja, rasanya masih tidak cukup untuk bisa meyakinkan orang tua Amanda bahwa anaknya itu akan aman bersama Yuda. 

"Dan bukan hanya itu saja, ada alasan kedua yang membuat papa sama mama nggak ngijinin aku buat tinggal di sini."

Yuda langsung penasaran dengan alasan kedua apa yang dimaksud Amanda, sehingga mulutnya berucap, "alasan keduanya ... apa?"

"Sebenernya ... aku udah dapet rekomendasi kuliah di salah satu universitas ternama di Inggris. Tempat tinggal kami selanjutnya. Hal itulah yang membuat papa nggak bisa mengijinkan aku buat tinggal di sini. Karena kata papa, kesempatan untuk bisa masuk ke kampus itu nggak akan pernah datang dua kali. Jadi papa bilang ... kalau pun pada akhirnya aku mau balik ke Indonesia, seenggaknya aku harus bisa lulus dulu di kampus itu."

Yuda semakin tidak bisa berkata-kata. Selama ini, Yuda sudah tahu tingkat kecerdasan Amanda yang memang di atas siswa-siswa pada umumnya. Sehingga tidak mengherankan kalau Amanda bisa mendapat rekomendasi dari universitas ternama itu. Karena meskipun Yuda mati-matian ingin pergi ke kampus yang sama dengan Amanda, dia tetap tidak akan bisa diterima di sana. Otaknya tidak akan sampai untuk mengimbangi orang-orang yang setingkat dengan kecerdasan Amanda.

Yang bisa Yuda ingat dan selalu dia jadikan pegangan adalah perkataan ayahnya Amanda tatkala Yuda berbicara empat mata sebelum akhirnya Amanda dan kedua orang tuanya pergi dari negera ini.

Harga Untuk LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang