Brain Notes - [36]

589 100 20
                                    

-📓-

Satu hari berlalu sejak detik-detik menyakitkan bagi Windy. Cewek itu masih termenung di dalam kamar mengabaikan Lily yang sedang sibuk menonton drama korea.

Sejak kemarin lusa Lily memang menginap di rumah Windy beserta dengan Tante Mira. Mungkin akan berlangsung hingga beberapa minggu ke depan.

Sejujurnya Windy bukan hanya sekedar termenung. Cewek itu memikirkan perkataan menyakitkan yang ia ucapkan pada Gading. Sekarang, hubungannya dengan Gading sudah benar-benar berakhir. Sejak hari itu, Gading juga tidak menghubunginya lagi. Justru Fani dan Wulan yang terus-terusan menghubunginya. Namun, Windy sudah malas menanggapi dua cewek itu.

"Lihat deh, Win ... Park Solomon cakep banget!"

Windy bergeming, tidak berminat sama sekali.

Lily tersenyum kecut, ia berusaha untuk mengajak Windy berbicara tapi sahabatnya itu tetap saja diam.

Suara ketukan pintu membuat kedua remaja itu menoleh.

"Mama?"

Mira melenggang masuk. "Kamu disuruh hibur Windy, malah sibuk nonton."

Lily cengengesan. "Maunya sih nonton berdua sama Windy,  tapi Windy gak mau."

Mira berdecak. Wanita itu meminta Lily untuk keluar sebentar. Ada yang ingin ia sampaikan pada Windy.

Setelah putrinya keluar, Mira mengambil tempat di sisi Windy. Wanita paruh baya itu menatap Windy lembut.

"Windy, Tante bisa bicara sebentar sama kamu?"

Cewek itu menoleh. Awalnya raut wajah Windy terlihat keberatan, tapi detik berikutnya Windy memilih mengangguk.

"Mmm ... Dulu Mama kamu, Tante, sama Papa kamu ada di kelas yang sama sewaktu kita SMA. Waktu itu Mama sama Papa kamu udah pacaran."

Windy tampak tertarik. Cewek itu menatap Tantenya penasaran.

"Saat kita lulus, kita juga mendaftar di perguruan tinggi yang sama, dan Mama sama Papa kamu mutusin buat nikah waktu masih di semester enam."

Windy terhenyak. "Jadi, waktu Mama cerita kalau Mama hamil diluar nikah, itu bohong?"

Mira mengangguk. "Dari awal hubungan Mama sama Papa kamu gak direstuin sama keluarga Papa kamu, karena Mama kamu bukan berasal dari keluarga terpandang. Jadi sejak mereka menikah, mereka hidup di rumah Mama kamu. Papa kamu meninggalkan seluruh kekayaan dan kenyamanannya demi bisa hidup bersama Mama kamu."

"Setelah dua bulan menikah, Mama kamu hamil," jeda. "Kembar," lanjut Mira.

Perkataan Tante Mira sukses membuat Windy terkejut sekali lagi. "A-apa?"

"Iya, kamu punya saudara kembar. Enggak identik, tapi sama-sama cewek."

Glek.

"Tante gak bohong kan?"

Mira mendesah. "Gak ada untungnya bagi tante untuk bohong."

"Tapi setelah lahir, cuma kamu yang kuat. Saudara kembar kamu tubuhnya lebih kecil, bahkan harus kena kelainan jantung."

Tubuh Windy semakin kaku. Kenapa Mama tidak pernah menceritakan apapun padanya?

Brain NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang