Brain Notes - [25]

769 124 8
                                    

-📓-

Sejak kejadian semalam, Windy merasa setiap gerakannya diawasi. Menjadi pacar seorang yang sangat diidolakan di sekolah bukan sesuatu yang aneh jika Windy menjadi bahan omongan di sana sini.

Semalam setelah acara pentas seni, Gading memberi tahunya untuk lebih berhati-hati. Sebenarnya Windy juga sudah mengantisipasinya sendiri. Ia sudah tahu imbas dari berpacaran dengan Gading. Hanya dirumorkan dekat saja, ia sudah mendapatkan luka di tangannya, apalagi ini, ia sudah resmi menjadi pacar Gading. Apa hal ang akan ia terima nanti?

"Hey? Kenapa ngelamun?"

Windy yang akan melangkah menuju bus dikejutkan dengan Gading dan Boby yang tiba-tiba ada di sampingnya.

"Eh, enggak."

"Acieee pasangan baru!" celetuk Boby yang seketika mendapat tatapan tajam dari Gading.

Fani yang ada di dekat Windy mencebik lalu menatap Boby remeh. "Lo kapan jadian? Jomblo mulu."

Boby menatap Fani acuh. "Maaf, apakah kita kenal?"

Fani mendengus kesal. Cewek itu mempercepat langkahnya membuat Windy tersenyum geli.

"Sering-sering senyum kayak gitu," bisik Gading.

Windy mengatupkan bibirnya. Sebelum menjawab, Gading sudah lebih dulu melangkah. Cowok itu menoleh ke arahnya sekilas lalu mengedipkan satu matanya.

Seketika pipi Windy memerah seperti tomat.

"Temen gue ganteng ya, Win?" tanya Boby dengan ekspresi jahil.

Windy mengangguk.

Suara tawa menyembur. Ternyata pelakunya adalah Boby, Wulan, Rasna, dan Tika.

Windy yang salah tingkah segera melengkah menyusul Fani dan Gading. Windy mendesah, kenapa ia tidak bisa menahan perasaannya di depan umum? Membuat malu saja.

Begitu sampai di dalam bus, Windy seketika menjadi pusat perhatian. Cewek itu memilih mengabaikan dan duduk di kursinya.

Windy melirik ke sisi kiri, ternyata Rian sudah berpindah ke kursi paling belakang. Seketika Windy merasa bersalah. Sebelumnya ia berteman sangat baik dengan Rian. Ingatkan Windy untuk berbicara pada cowok itu.

"Lagi mikirin apaan?"

Windy menatap ke arah Gading. "Eh, enggak ada."

Gading mengangguk. Lalu menyenderkan kepalanya di bahu Windy.

"Mmm ..."

"Kenapa?" Gading melirik Windy. "Gue gak boleh nyender ke pundak pacar sendiri?"

"Geser dikit, Ding."

"Ck ngapa lo di sini?"

Boby mencibir. "Kenapa? Lo mau ngusir gue? Dih, gak bisa gue biarin Windy duduk berdua doang sama lo."

"Siapa lo? Emaknya?"

Boby mendaratkan bokongnya. "Gue dewa penjaganya Windy, jadi selama tujuh jam nanti, gue bakal awasin lo. Awas macem-macem."

Brain NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang