Brain Notes - [27]

634 110 9
                                    

📓

"Yuhuuuu! akhirnya gue hampir bisa ngerjain semuanya!" seru Fani semangat setelah mengumpulkan lembar jawabannya.

"Apaan, pasti lo semalem minta bantuan Windy suruh bikin kisi-kisi," cibir Wulan yang tahu bagaimana tabiat Fani.

Fani berkacak pinggang. "Kenapa sih lo? Sirik banget, lihat Wul ... ulangan Kimia kali ini nilai gue bakal lebih tinggi dari elo."

"HAHA, kita lihat aja nanti," balas Wulan percaya diri.

Windy hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah keduanya. Saat ini mata pelajaran terakhir baru saja selesai, para siswa segera bersiap-siap untuk pulang.

Setelah Bu Retno meninggalkan kelas, para siswa juga ikut menghambur keluar. Fani, Windy, dan Wulan dan beberapa anak masih tertinggal di dalam kelas. Setelah ini Fani dan Windy ingin menyaksikan latihan sepak bola di stadion sekolah.

"Gue pulang dulu, guys."

"Gak ikut ke lapangan Wul?"

Fani memasang ekspresi mengejek. "Dia kan jomblo Win, takutnya nanti ngiri pas kita nyamperin pacar masing-masing."

Wulan menatap Fani datar. "Apasih, orang gue mau bantuin Ibu."

Windy menghela, sampai kapan kedua temannya akan terus berdebat.

"Yaudah, Wul. Ati-ati ya!"

Wulan mengangguk lalu melenggang meninggalkan kelas. Detik berikutnya, Windy dan Fani melangkah keluar. Langkah keduanya berlawanan dengan langkah Wulan.

"Akhir-akhir ini lo sering dapet luka deh, Win?"

Windy menaikan roknya sedikit lalu mengamati lututnya yang berbalut plester. Mendadak ia teringat kejadian kemarin sore, saat Alika mengganggunya untuk kesekian kali. Kemarin ia didorong di area berbatuan di taman belakang sekolah sehingga membuat lututnya berdarah. Setelah dua minggu menjadi pacar Gading, cewek yang Windy tahu berada di kelas 11 IPS 3 itu selalu saja mengganggunya.

"Hehe, gue kurang ati-ati aja sih ..."

Fani menggeleng tak habis pikir. Kedunya berbelok ke koridor yang menghubungkan gedung ekskul dengan stadion.

"Ck, ck ... udah tahu Gading punya pacar, masih aja mereka kegenitan."

Perkataan Fani membuat Windy menatap sisi lapangan. Ada beberapa siswi yang berkumpul di sana untuk memberikan minum pada Gading.

Sebenarnya hari ini pertama kali Windy melihat Gading latihan bola dan semua itu atas permintaan Gading sendiri.

"Eh itu kan pacarnya Kak Gading!"

Windy yang hendak duduk segera melirik salah satu adik kelas yang berdiri tak jauh dari tempatnya.

Ternyata kebanyakan yang melihat pertandingan Gading adalah adik-adik kelas. Mereka membawa bekal dan minum.

Mendadak Windy merasa aneh. Sebagai pacar ia tidak membawakan apapun untuk Gading. Sekarang Windy hanya membawa minum, dan itu juga bekas miliknya yang sisa sedikit.

"Fan, lo bawa sesuatu buat Rizal?"

Fani yang fokus ke lapangan menoleh. "Hah? Maksud lo apa?"

"Mmm ... kayak makan atau minum?"

Fani seketika paham. Ia segera terkikik. "Oh, my, my, lo cemburu sama mereka karena ngasih sesuatu ke pacar lo?"

Windy segera menggeleng. "Bukan gitu, gue ngerasa aneh, gue sebagai pacar gak bawa apa-apa malah."

Brain NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang