Brain Notes - [22]

731 120 7
                                    

-📓-

Windy menatap area Lajala yang mirip seperti area luas dengan taman indah yang mengelilinginya. Di sisi barat terdapat bangunan yang akan menjadi tempat untuk menginap. Sementara di sisi timur adalah area outbond luas, di sampingnya ada gedung besar yang dinamakan Gelora Lajala. Kata Bu Jeni saat diperjalanan tadi, Gelora Lajala adalah aula besar yang biasa disewa untuk acara pernikahan, ulang tahun, pertemuan non resmi, atau pentas seni.

"Gimana, Win, perasaan lo?"

Pertanyaan Fani mengembalikan Windy dari rasa kagumnya. "Perasaan apa?"

"Duduk bareng Gading lah! Tahu gak lo? Tadi anak-anak pada iri sama lo."

Windy mendesah. "Gue malah gak nyaman, tadi gak bisa tidur sama sekali di bis."

Fani terkikik. "Kenapa? Grogi duduk bareng cogan?"

Windy hanya menggeleng sambil tersenyum kecil.

Menit berikutnya para guru segera mengumpulkan siswa ke halaman depan Lajala. Windy, Fani, dan Wulan beserta ratusan siswa lain meninggalkan parkiran bus dan menuju area itu.

"Baik, bapak akan membagikan kunci kamar sesuai kelompok yang kalian isi sendiri di google form kemarin."

Saat giliran kelompok Windy, cewek itu melangkah menuju Pak Bani.

"Lo dapet kamar nomer berapa?" tanya Rian yang tiba-tiba berada di sampingnya.

"Kamar seratus empat enam."

Rian merengut. "Yah, kamar lo sama gue jauh, Win."

"Emang lo berapa?"

"Kamar dua ratus lima. Kamar gue ada di lantai tiga"

Windy meringis. "Gue lantai dua, hehe ... kalo gitu gue ke temen-temen gue dulu, bye Yan!"

Windy segera melesat menuju ke arah Fani, Wulan, Rasna, dan Tika. Mereka akan sekamar dengan Windy.

"Yuk cepetan ke kamar. Gue capek," seru Fani, dan diangguki yang lain.

📓

"Enak banget busetdaaah!" seru Candra sambil berguling di atas kasur.

Kris berdecak. "Heh, Mandi dulu bego! Kasurnya kotor kena bau lo!"

Candra menatap Kris tak terima. "Enak aja lo! Masih wangi nih gue."

"Bau sampah kek gitu lo bilang wangi?" tanya Boby ngeri.

"Anjing! Apa lo bilang?!"

"Lo bau sampah!"

Candra bangkit dari tidurnya dan mengejar Boby yang sudah terbirit.

Gading mendengus. Dua orang itu mulai lagi.

Gading memilih mengabaikan. Cowok itu membongkar tas ranselnya untuk mencari handuk.

"Hosh! Hosh! Hosh!"

Kedua cowok yang baru berlarian itu menarik napas karena kelelahan.

"Duh jadi laper lagi nih gue," celetuk Boby sambil mengibaskan tangannya lelah.

Candra mengangguk setuju. "Hooh, abis ini keluar yok, cari makan."

Brain NotesWhere stories live. Discover now