Brain Notes - [30]

554 98 6
                                    

-📓-

Awalnya Windy pikir hukuman yang ia terima adalah membersihkan toilet selama seminggu, atau yang paling parah adalah skors selama dua minggu. Tapi ...

"B-bagaimana, Pak?"

Pak Setyo menatap Windy kecewa. "Skors selama tiga minggu."

Tiga minggu? Sedangkan ujian semester akan dilakukan dua minggu lagi ...

"Pak ... b-bukannya ujian dua minggu lagi? berarti saya nggak bisa---"

"Win, saya sebenarnya tidak ingin melakukan ini. Tapi, saya sudah terlanjur kecewa sama kamu. Jika saya tidak menghukum kamu dengan semestinya, maka tidak akan adil bagi siswa yang lain---"

"Saya gak melakukan semua itu, Pak!"

Pak Setyo menarik napas dalam lalu menghembuskanya lelah. Kepala sekolah itu menatap Windy dengan raut wajah keruh. "Video itu sudah sangat jelas, dan keadaan kamu semakin menunjukkan kalo memang kamu membiayai hidupmu selama ini menggunakan cara kotor itu."

Air mata Windy merebak keluar. Tangannya terkepal erat.

"Kalau memang kamu nggak bekerja untuk melayani om-om itu, seharusnya kamu bisa membuktikan dengan membawa pria itu ke sini, kan?"

"Baik kalau begitu," jawab Windy hampa. "Saya akan menerima semua hukumannya."

Pak Setyo mengangguk. Lalu menyerahkan sebuah surat pada Windy.

Windy menatap surat itu gamang. Jika begini, ia tidak bisa mengikuti ujian itu, dan artinya ia harus mengulang kelas sebelas selama satu tahun lagi kan?

"Win ..." panggil Pak Setyo lagi karena Windy hanya menatap surat itu tanpa menerimanya.

Dengan lemas, Windy akhirnya mengulurkan tangannya. Ia segera menggenggam erat ujung surat itu.

Windy mundur beberapa langkah lalu berbalik untuk meninggalkan ruang kepala sekolah. Saat tubuh Windy benar-benar keluar dari ruang besar itu, ia dikejutkan oleh seorang cewek yang berdiri di sana dengan membawa sebuah map. Windy mengenalnya karena cewek itu adalah anak kelas sebelas ipa tiga sekaligus anggota Osis.

"Eh, Win ... g-gue mau nganter berkas ke dalam."

Dia pasti mendengar semuanya, dan pasti beritanya akan menyebar setelah ini.

"O-oh, i-iya ... L-lo bisa masuk, urusan g-gue udah s-selesai," jawab Windy lalu melenggang pergi. Bersamaan dengan itu, Bell istirahat sekolah berbunyi nyaring.

📓

"Laper! Yok ke kantin buruan!" ucap Boby menatap Gading yang sibuk menyalin seluruh materi yang ada di buku Windy.

"Bentar, tinggal dikit."

Boby menatap Gading heran. "Ini seriusan Gading? atau lo adalah jiwa Gading dari surga?"

"Jangan ngaco!" Gading mengetukkan pensil ke kepala Boby.

Boby meringis. "Yah, gue cuma kaget aja buset, bisa-bisanya lo serajin ini?"

Gading menghentikan tangannya lalu bersedekap. "Well, dua minggu ke depan gue bakalan fokus sama pertandingan. Biar gue gak ketinggalan pelajaran, gue harus tetap nyatet semua pelajaran selama dua minggu ini waktu gue gak masuk."

Brain Notesحيث تعيش القصص. اكتشف الآن