Brain Notes - [3]

1K 167 12
                                    

-📓-

"Psssssssttt ..."

Sebuah suara bisikan membuat Windy berjengit. Cewek itu buru-buru menoleh ke samping.

Fani menghela napas lega. Kemudian dengan kecepatan kilatnya, cewek itu mendaftar angka yang belum ia kerjakan.

"Tiga, empat, tujuh, sebelas, empat belas, lima bel---"

"FANIIIII!"

Windy dan Fani terlonjak di tempatnya. Windy segera menatap kembali kertas jawabannya takut-takut, sementara Fani meremas tangannya di bawah meja. Sial!

Pak Nardi melangkah mendekati bangku Fani. "Kamu ngobrol apa tadi sama Windy?"

Yang diajak bicara mengerjap. Pura-pura tidak paham.

Guru Matematika itu menatap curiga ke arah Windy dan Fani.

"Kerjakan sendiri! Kalo bapak sampek lihat kalian berdua interaksi bareng lagi, bapak gak segan-segan membatalkan ulangan kalian berdua."

Setelah berhasil mengancam, Pak Nardi melangkah santai ke depan. Fani berdumel tanpa mengeluarkan suara dan meninju udara dengan kesal.

Windy melirik Fani dengan pandangan bersalah. Kali ini Pak Nardi mengacak tempat duduk sehingga ia dan Fani tidak bisa duduk bersampingan.

Selang lima belas menit kemudian, bel istirahat berbunyi. Pak Nardi meminta anak-anak mengumpulkan kertas soal beserta jawaban ke depan.

Fani melangkah ke tempat duduknya dengan lesu setelah Pak Nardi melangkah pergi dari kelas.

"Mampus! Alamat dapet nilai di bawah KKM gue," gerutu Fani.

"Semalem kan gue udah ngirimin lo soal-soal yang mungkin keluar buat ulangan hari ini," balas Windy merapikan bukunya. "Lo gak baca? Ketiduran lagi?"

Fani menggeleng. "Gue semalem diajak keluar sama Rizal."

"Yaudah, salah lo sendiri!" sambar Wulan yang duduk di depan mereka.

"Ish! Tapi gue meskipun belajar pun juga gak bakal dapet nilai bagus. Beda sama lo yang auto dapet seratus!"

"Ck! Alesan aja lo!"

Fani menatap Wulan sebal. "Diem deh!"

"Gila ya, Pak Nardi. Makin lama ulangannya makin susah," celetuk Tika yang duduk di samping Wulan. Perkataan itu membuat yang lain mengangguk setuju.

Fani berdecak. "Gue cuma bisa jawab dua soal."

"Lah gue malah gak bisa jawab sama sekali. Untung sempet ngelirik jawaban Windy. Yah minimal dapet lima puluh lah," balas Tika lagi.

Windy menggelengkan kepala melihat tingkah teman-temannya.

"Lo mending diem, Win. Gue tahu lo sama sekali gak kesulitan buat jawab."

Windy mencebik. "Emang dari tadi gue diem."

"Enak ya jadi Windy, gak bakal kena omel ortunya. Kalo gue, nilai turun dikit aja udah diceramahi tujuh hari tujuh malem," kata Rasna yang duduk di samping Tika.

Brain NotesWhere stories live. Discover now