Tone 12

756 75 46
                                    

Warning ‼️ Fanfic Adult

🎶

Berjalan tanpa arah diantara derasnya arus lalulintas, juga orang-orang pejalan kaki yang anehnya membuat Mikasa merasa sendiri. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan begitu tersadar jika ia kehilangan arah, Mikasa berdiri mematung di bahu jalan dimana banyak kendaraan yang melintas, ia mendongak menatap langit dengan bintang yang tersamarkan cahaya lampu perkotaan, terlalu banyak beban dalam hidupnya membuat Mikasa tak bisa berpikir jernih lagi. Mikasa terdiam cukup lama hingga bunyi rem mobil yang berdecit nyaring mengagetkannya, dan tanpa Mikasa sadari ia sudah terpental di tengah aspal. Mikasa mendengar orang-orang berteriak saat samar Mikasa melihat sebuah mobil kembali hampir menabraknya, dan beruntung mobil tersebut bisa berhenti tepat waktu sebelum melindas tubuh Mikasa yang terbaring di tengah aspal dengan kepala berdarah.

"Nona! Apa kau baik-baik saja?"

Setengah sadar Mikasa melihat seorang wanita muda yang menghampirinya dengan raut khawatir, wanita berambut hitam panjang bergelombang itu terus memanggil Mikasa sebelum pandangan Mikasa menggelap.

.
.
.
.
.

*
.
.
.
.
.

Pergantian shift membuat para karyawan minimarket yang bekerja pada siang hari mulai mengemasi barang-barang mereka di saat hari telah berubah gelap. Suara dering telepon minimarket berbunyi nyaring, membuat para karyawan saling melirik untuk siapa yang akan mengangkatnya. Jean yang baru keluar dari pintu ruang karyawan seraya membawa tas selempang miliknya menghampiri telepon yang berada di samping meja kasir, meskipun di meja kasir ada Floch namun pemuda berambut cokelat karamel itu masih sibuk dengan pelanggan.

"Halo, bisa kami bantu?" Sapa Jean pada si penelepon, tangannya bergerak menyambar kertas note dan pena guna mencatat pesanan.

Begitu mendengar suara dari seberang telepon, Jean terpaku dan tanpa sadar menjatuhkan pena dalam genggamannya.

"Sekarang dimana dia?" Pertanyaan Jean pada si penelepon membuat Floch yang mendengar mengerutkan kening.

Secepat kilat Jean menaruh telepon pada tempatnya dan berlari keluar minimarket, tentu tingkahnya membuat teman-temannya heran.

"Kenapa dia pulang begitu terburu-buru?" Armin menghampiri Floch, dan menanyakan perihal Jean.

"Sepertinya bukan telepon pesanan." Jawaban Floch membuat Armin menjadi cemas.

   Silau cahaya lampu menyerobot penglihatan awal mikasa membuka mata, ia mengerjap untuk membiasakan penglihatannya. Bau obat menyengat hidung membuat Mikasa tersadar jika ia berada di dalam rumah sakit.

"Ah~ Kau sudah sadar."

Suara orang asing membuat Mikasa menoleh kesamping dan ia mendapati wanita muda yang menolongnya, wajah cantiknya terlihat lega. Mikasa memegang kepalanya yang dibalut perban, terasa berdenyut sakit.

"Maafkan aku." Sesal wanita muda itu.

"Karena aku kurang hati-hati, tanpa sadar aku kehilangan kendali dan menabrakmu." Lanjutnya dengan wajah penuh penyesalan.

Mikasa sadar, semua orang tidak pernah menginginkan musibah ataupun tragedi. Tapi terkadang manusia harus merasakannya agar paham arti sakit dalam hidup yang akan membangun mental seseorang.

Song For...Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum