Tone 4

2K 176 84
                                    

(warning ‼️ fanfiction 21+)

🎶

Di dalam ruangan yang sempit membuat pergerakan terbatas, udara pengap dan lembab semakin membuat Mikasa tak betah, tapi ia tak mampu berbuat apapun saat tangan Levi masih melilitnya kuat layaknya seekor ular yang melilit mangsa tanpa berniat untuk melepaskan.

"Apa kau percaya dengan pengakuan Petra?"

"Bisa saja itu benar, bukankah kabar kedekatan hubungan mereka sudah lama berhembus?"

"Jika di bandingkan dengan Levi, menurutku Petra tidak pantas sama sekali. Levi bisa mendapatkan yang jauh lebih baik."

Mendengar ghibah para karyawati itu entah mengapa membuat Mikasa merasa tertampar, meskipun ia tak memiliki hubungan asmara khusus dengan laki-laki yang kini memeluknya erat namun tetap saja seperti ada tangan tak kasat mata yang mencengkeram hatinya. Jika seorang Petra Ral saja tidak pantas bersanding dengan Levi, lalu bagaimana dengan dirinya yang notabene seorang pelacur?

Lamunan Mikasa buyar begitu merasakan jilatan di telapak tangannya yang menutup mulut Levi, membuat Mikasa segera menyingkirkan tangannya disaat ia melihat mata Levi yang menatapnya nakal.

Levi menarik tengkuk Mikasa untuk mengawali sebuah ciuman, namun Mikasa menahan diri melawan dengan memalingkan muka, ia masih waras untuk tidak bercinta di dalam bilik toilet umum yang dilingkari oleh kuping-kuping dari para ratu gosip, namun sepertinya kewarasan Mikasa tak menular pada Levi yang masih bersikeras untuk mendapatkan bibir Mikasa. Tak menyerah, Mikasa yang memalingkan muka membuat lehernya dengan mudah diserang, Levi mengecupi leher Mikasa dan menghisap kuat membuat Mikasa mencengkeram kedua pundak Levi, meskipun terasa nikmat namun kesadaran Mikasa membuatnya berusaha mendorong kepala Levi dari lehernya. Tangan Levi bergerak melepas kancing seragam Mikasa tak peduli Mikasa berusaha menghalangi, tapi tetap saja Mikasa tak berdaya saat Levi mengancamnya lewat tatapan mata. Membongkar keberadaan mereka di dalam bilik pada para karyawati itu sepertinya adalah ancaman yang ampuh untuk Levi gunakan, hingga sukses membuat Mikasa tunduk dan menurutinya.

Tangan Levi menyingkap baju seragam Mikasa yang menutupi buah dada besar yang terbalut bra berwarna abu cerah, bibir Levi langsung mendaratkan ciuman bertubi-tubi pada dada Mikasa yang menyembul, tangan Levi menarik bra itu ke atas hingga kedua dada Mikasa terekspos sepenuhnya.

"Apa Levi tahu berita tentangnya?"

"Entahlah, yang pasti setelah ini kita akan semakin di repotkan oleh para awak media yang haus informasi."

"Aku benar-benar tidak rela jika Levi memiliki pasangan, aku lebih suka melihat dia melajang seumur hidup."

Wajah Levi yang tenggelam di antara dada Mikasa sedikit mengerut saat ia merasa terganggu dengan ocehan perempuan-perempuan itu. Baginya, diluar pekerjaannya sebagai idola ia hanya ingin menjalani hidup seperti apa yang ia inginkan tanpa ada pengganggu, tapi sepertinya hal itu memang mustahil. Bibir Levi semakin merambat ke arah salah satu puncak dada Mikasa, membuat Mikasa menggigit bibir begitu merasakan lidah Levi yang menari-nari menyapu putingnya. Saking gemasnya melihat puting Mikasa yang mengeras dan mencuat membuat Levi menggigitnya hingga Mikasa memekik.

"Akhh.."

Mikasa langsung menutup mulut dengan kedua telapak tangannya begitu tersadar suaranya melengking tinggi hingga menyedot perhatian tiga perempuan yang berada di dalam toilet tersebut.

Song For...Where stories live. Discover now