Part-51 Penyesalan

Start from the beginning
                                    

Ia sangat terkejut melihat lelaki yang tidur menelungkupkan wajah di samping brankar yang ia tempati. Posisi duduk seperti itu pasti membuatnya pegal.

Karena merasa ada pergerakan, Alan yang semula tertidur jadi terbangun. Ia mengisikkan mata saat melihat gadis yang ia tunggu selama ini sudah tersadar.

Saat Alan sadar sepenuhnya, tatapan mereka bertemu. Sorot mata Alan menggambarkan bahwa dirinya sangat merindukan gadis itu. Perlahan air mata Alan menetes deras sangking bahagianya.

"I miss you,"

Gadis itu terkejut saat Alan memeluknya. Tiba-tiba saja bayangan mengerikan terlintas dalam otaknya, membuat gadis itu menjerit ketakutan.

"LEPASSS!!!"

Alan yang menerima penolakan dari adiknya merasa kecewa. Ia sudah rindu berat karena adiknya koma hampir satu minggu setelah kejadian itu.

Saat Alan hendak meraih tangannya, ia malah ditepis jauh-jauh. Sorot mata adiknya tak biasa, ia terlihat begitu ketakutan dan gelisah.

Keluarga Alan yang masih ada di luar segera memasuki ruangan saat mendengar jeritan Alana.

Ashilla mendekati Alana dengan mata berkaca-kaca. Ia sangat bahagia putrinya telah bangun dari koma. Perasaannya begitu lega, sampai ia meneteskan air mata.

"Sayang," panggil Ashilla.

"ARGHH!! PERGI!!"

Gadis itu melemparkan gelas yang ia pegang tepat ke lantai sehingga gelas itu pecah di sebelah kaki Ashilla. Bahu gadis itu bergetar ketakutan saat semua orang yang ada di ruangan ini tak bisa ia kenal.

"PERGI!!"

"Sayang ini mommy."

Gadis itu menggelengkan kepala. Wanita di dekatnya ia anggap orang asing, karena ia tak mengenali wanita itu. Sorot matanya menajam saat wanita itu lagi-lagi hendak memeluknya.

"Jangan mengaku kamu ibu saya! Saya tidak kenal kamu!" jeritnya.

Gadis itu menarik infusan dengan kasar sehingga merobek kulitnya. Azka yang melihat anaknya akan kabur pun segera mencegah gadis itu.

"LEPASKAN TANGAN SAYA!!"

"Sayang ini daddy. Kamu gak ingat sama daddy?"

"TIDAK! SAYA TIDAK PUNYA KELUARGA!!"

"Alana," lirih Ashilla sembari menutup mulutnya sendiri, tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.

Alana, benar-benar berbeda. Anaknya tak lebih menganggap dirinya orang asing. Bahkan untuk memeluknya pun, gadis itu enggan.

"Hey. Tenang oke? Kamu ingat sesuatu? Siapa nama kamu?" tanya Keysha dengan lembut.

Perlahan bahu Alana menurun dengan nafas yang mulai terkendali. Ia memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Bahkan untuk mengingat namanya pun ia tak bisa. Gadis itu menggelengkan kepala.

"Aku siapa?"

Keysha memberikan sebuah cermin milik Clara kepada gadis itu. "Nama kamu Annatasya Wibawa, panggilan kamu Natasya atau Tata." ujar Keysha membuat semua orang menatapnya meminta penjelasan.

"Tata?" tanya gadis itu.

Keysha tersenyum hangat, kemudian memeluknya. "Iya, nama kamu Tata."

Pelukan hangat Keysha membuat gadis itu percaya bahwa Keysha adalah keluarganya. Wangi tubuh Keysha begitu familiar membuat gadis itu merasa nyaman.

"Sayang ini mommy. Kamu gak mau peluk mommy juga?" tanya Ashilla yang sedikit cemburu karena putrinya lebih memilih sang adik ipar dibandingkan dirinya.

Natasya menoleh ke belakang, menatap wanita yang tak ia kenal dengan ketakutan. Azka yang menyadari hal itu menarik Ashilla keluar ruangan.

"Alana udah sadar, lebih baik kamu pergi dan tunggu surat persidangan."

"Aku gak mau. Please kasih aku kesempatan, aku mau sama Alana Az."

Azka menggelengkan kepala. "Aku gak bisa percaya lagi sama kamu Shill. Lebih baik kamu pergi dan biarin Alana menjalani kehidupan baru yang lebih baik. Bersyukurlah Alana hilang ingatan, sehingga ia tak mengingat kejahatan kamu. Mulai saat ini, aku mohon jauh-jauh dari Alana. Aku mau putriku bahagia, walaupun tanpa kamu."

Mata Ashilla kembali memanas, ia memukuli Azka dengan brutal. Rasanya begitu sesak saat suaminya sendiri menyuruhnya pergi.

"Kamu jahat Az!"

"Lebih jahat mana? Aku yang memisahkan ibu seperti kamu, atau kamu yang memisahkan putri kita dengan orang ia cintai? Kita sama-sama jahat bukan? Tapi aku lakuin ini demi Alana. Hari ini kehidupan barunya dimulai, aku gak mau dia merasakan sakit lagi. Lebih baik kamu pergi."

"KAMU JAHAT AZKA!!"

"Perceraian kita akan dipercepat."

Tangis Ashilla semakin pecah, ia mengepalkan tangannya sendiri, dadanya kian terasa sesak. "Aku cinta sama kamu Az. Aku mohon batalin perceraian kita, aku gak mau pisah sama kamu."

"Lebih baik aku hidup sendiri sama anak-anak dan hidup bahagia, dibandingkan bersama kamu anak-anak ku jadi tersiksa."

"Aku gak pernah siksa Alan maupun Alana Azka!" bantah Ashilla.

"Kamu memang tak menyiksa mereka secara fisik, tapi menyiksa mereka secara mental. Kamu terus-menerus menyuruh Alan belajar sampai dia kecanduan, bahkan sampai saat ini Alan gak bisa lepas dari belajar. Kamu yang udah merebut masa kecil Alan. Dan sekarang kamu mau merebut masa depan Alana juga?"

"Gak gitu Az ... aku c-cuman."

"Udahlah. Lebih baik kita jalanin kehidupan masing-masing. Aku udah capek sama kamu Shill."

"Azka maaf ...."

"Maaf kamu gak bakal merubah apapun. Pergi dari sini dan jangan pernah menemui Alan maupun Alana lagi."

Ashilla meraung memohon Azka menarik perkataannya kembali. Tidak ada yang lebih menyakitkan dibandingkan dipisahkan dengan anak-anaknya sendiri. Ashilla tak mau ini terjadi.

"Azka. Please jangan gini,"

"Pergi Shill." Azka menghempaskan tangan Ashilla dengan kasar, kemudian pergi menjauh meninggalkan Ashilla yang perlahan masuk ke dalam jurang kegelapan.

-★☠★-

Ekhem!

Sorry ya nih kalo kurang greget atau kurang puas.
Karena penyesalan Ashilla bukan di part ini.
Kecepatan woy!!

Satu kata untuk Ashilla?

Part berikutnya aku percepat ya:)
Kasian sama Gevan 🥺🤍

Jangan lupa vote dan komen

Alana [END]Where stories live. Discover now