Part-14 Cemburu

39.9K 3.4K 175
                                    

"Jangan kasih harapan kalo ujungnya meninggalkan"

- Alana.A.W

-★☠★-

Sejak kejadian di toilet waktu itu. Alana benar-benar menjauhi Gevano. Kekecewaan terus mengisi hari-hari Alana. Apalagi ketika melihat Gevano dan Adelia semakin dekat, sudah layaknya seorang pasangan.

Saat berlarut-larut dalam kesedihannya. Alana jadi merindukan sang kakak yang selalu ada di saat dirinya terjatuh, melindunginya dari bahaya, dan selalu  membuatnya tertawa di saat sedih melanda. Dia, Alvin.

Hari ini tepat 5 tahun kakaknya pergi, meninggalkan dunia ini. Alana beserta keluarga, mengunjungi makam Alvin yang masih terawat.

Pria, pembawa keceriaan itu sudah tenang di alam sana. Terkadang Alana merasa tidak ikhlas kakaknya pergi. Tapi ia sadar, bahwa tuhan menyayangi Alvin. Saat Alvin masih hidup, Alana tahu kakaknya tak pernah mendapatkan kebahagiaan seperti yang ia dapatkan, terutama kasih sayang seorang ayah.

Di hari terakhir mereka bertemu, Alana masih berumur 10 tahun. Pada saat itu Alvin menanyakan hal yang masih belum ia mengerti arti dibaliknya. Tapi saat ini Alana tahu hal itu.

"Na? Rasanya disayang daddy gimana?"

Pertanyaan Alvin kini teringat kembali dalam kepalanya. Moment sore hari, sebelum Alvin benar-benar pergi, terekam jelas di otaknya.

Pada saat itu, Alvin memeluk Alana dari belakang. Mengelus rambut Alana penuh kasih sayang. Alvin terus bercanda sampai pada akhirnya mengatakan hal yang membuat Alana tidak tenang.

"Rasanya disayang daddy itu seru Kak. Alana suka dimanja, dipeluk, dicium, bahkan apa aja yang Alana mau, daddy kasih."

"Ouh, enak yah disayang daddy?"

"Hum, enak Kak. Kenapa kakak nanya gitu?"

"Di hari terakhir kakak. Kak Alvin pengen disayang sama daddy. Tapi kayanya itu gak bakal mungkin. Kalo kakak pergi, Alana jangan nangis lagi yah?"

"KAK ALVIN GAK BOLEH PERGI!"

"Kok marah sih?"

"Gak boleh. Kak Alvin harus ada di sini sama Alana. Kalo kakak pergi, siapa yang main lagi sama Alana? Siapa yang jagain Alana? Siapa yang bisa Alana ajak bercanda kalo bukan sama kak Alvin?"

"Kan ada Alan Na. Kamu juga kalo nanti udah besar harus bisa cari temen sendiri. Gak usah banyak-banyak, cari yang bisa kamu percaya aja."

"K-kak Alvin beneran mau tinggalin Alana yah?"

"Maaf, tapi kakak gak sekuat yang Alana tahu. Kapan aja penyakit ini bisa bawa kakak pergi Na."

"Kak Alvin sakit?"

"Hm. Dan gak selamanya kakak bisa bertahan. Kalo kakak pergi, janji sama kakak yah? Alana bakal jadi cewe kuat, jangan cengeng."

Perlahan air mata Alana meluruh begitu saja. Rasa sesak terus mengrogoti dada, menyisakan sakit yang amat dalam.

"Kak Alvin, Alana kangen kakak. Alana cengeng kalo kak Alvin pergi," lirih gadis itu di sebelah gundukan tanah, dengan nisan bertuliskan nama sang kakak.

"Alana kangen sama kakak."

"Ana? Kita pulang yuk," ajak Zia.

"Bentar oma. Ana pengen cerita dulu sama kak Alvin,"

"Yaudah kalo gitu, kita tunggu di mobil." ucap Arya.

Keluarga Alana pergi dari sana, meninggalkan Alana seorang diri. Isakan Alana semakin kencang saat sudah memastikan dirinya hanya sendiri.

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang