Part-34 Liam Agiswara

17.6K 2K 228
                                    

"Kesepian adalah sesuatu yang menyakitkan."

- Liam Agiswara

-★☠★-

Sakit. Itulah yang dirasakan Alana saat ini. Alana mencoba bangkit dengan rasa sakit yang mendominasi. Saat mendengar suara Gevano, harapan Alana semakin besar untuk keluar dari dunia ini.

Dengan langkah tertatih Alana mampu berjalan keluar dari sana, ia berharap Gevano akan menolongnya lagi.

"Kak Gevan ...." lirih Alana.

Alana mengatur nafasnya yang tersengal. Jalan dengan keadaan seperti ini sangat merepotkan. Dada Alana tak berhenti berdenyut nyeri saat Alana terus bergerak.

Alana menyandarkan tubuhnya di sebuah tembok, sembari mengatur nafas. Dirinya sangat heran saat tubuhnya gampang sekali lemas, bahkan baru beberapa langkah keluar dari ruangan itu, Alana sudah tumbang.

"Alana harus kemana?"

Alana tidak dapat mendengar suara Gevano lagi. Rasanya Alana ingin menyerah saja. Tidak ada petunjuk jalan, semua terlihat semu.

Keadaannya sekarang tak memungkinkan Alana untuk berjalan jauh, dan lagi, Alana tidak tahu harus pergi kemana.

"Kamu tak perlu kemana-mana Alana."

Suara itu mengejutkan Alana. Dengan takut-takut, Alana menoleh ke sebelahnya, di mana satu sosok pria tampan ada di sana.

"PERGI!" jerit Alana.

Alana tidak akan terjebak dengan wajah tampan itu lagi. Ya. Dia adalah si hantu berkepala bolong yang membawanya ke dunia lain.

"Hei. Jangan menangis,"

"Alana mau pulang hiks ...."

Alana semakin terisak dan berteriak ingin pulang. Tapi cowok itu sama sekali tak menggubris perkataannya.

"Alana, bisakah kamu tenang dulu?"

Alana mengadah lalu menatapnya, dengan wajah penuh air mata. Cowok itu yang membawa Alana kemari dan ia juga yang harus membawa Alana pulang.

"Alana. Mau. Pulang." ujar Alana penuh penekanan.

"Tidak. Kamu tidak boleh pulang. Kamu harus berada di sini selamanya agar aku tidak kesepian."

Sontak saja hal itu membuat Alana melotot. Tidak mungkin jika selamanya Alana berada di sana. Alana ingin kembali kepada kehidupan normal. Menjalani hari-hari seperti biasanya.

"Alana gak mau. Alana mau pulang."

Cowok itu menatap Alana dengan sendu. Saat tangannya mendekat untuk mengelus wajah cantik itu. Tapi Alana malah menepisnya dengan kasar.

"Jangan sentuh!"

Cowok itu mendesah pasrah. Ia duduk di lantai tepat di hadapan Alana. Alana adalah orang yang ia butuhkan saat ini.

"Pergi! Kamu jahat!"

"Alana ... aku tak sejahat yang kamu bayangkan."

Alana mendelikkan mata. Enggan untuk percaya ucapan hantu tampan itu. Tidak jahat? Bahkan dada Alana sampai kini masih nyeri dibuatnya.

"Kamu jahat. Kamu lukain Alana. Kamu juga yang bawa Alana ke sini kan? Alana mau pulang. Alana gak mau ada di sini."

"Aku minta maaf telah menyakitimu Alana. Tapi sungguh, aku menyesal. Maafkan aku."

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang