Berhenti Berharap

1.4K 129 2
                                    

9:45 PM

Crrssh!

Heidi termenung menatap kaleng cola yang dibukakan Jevon untuknya. Keduanya duduk bersama di depan supermarket 24 jam hanya sekedar  untuk berbincang.

Jevon meletakkan kaleng cola itu sambil menatap Heidi yang terlihat tak fokus.

"Di?"

"H-Huh?" Heidi tersentak dari lamunannya. Gesture sederhana yang baru saja dilakukan Jevon mengingatkannya pada apa yang dilakukan Caesar kemarin.

Aneh rasanya berada di tempat yang sama, diperlakukan sama seperti bagaimana Caesar memperlakukannya, namun dengan orang berbeda.

Aneh rasanya ketika menyadari jika Jevon yang melakukan ini semua untuknya, pria yang pernah dicintainya selama empat tahun terakhir, namun yang muncul dipikirannya saat ini adalah Caesar.

Heidi merasa jika dunianya begitu terbalik malam ini.

"Are you okay? Kamu ngelamun aja dari tadi."

Heidi menghela nafas dan mengangguk pelan, "Yuna nggak curiga kamu kemari?"

Jevon menggeleng pelan, "Aku drop dia di rumah mamanya dan aku langsung nemuin kamu setelahnya."

"Kamu mau ngomong apa? Kupikir urusan kita udah selesai?" Ucap Heidi hendak menenggak sodanya.

"I met her mom today," ucap Jevon. "Aku...berencana mau nikahin Yuna."

Heidi berhenti sejenak, "Oh..good for you."

"Yuna hamil..." Ujar Jevon.

"Hah??"

"Di malam kita dinner waktu itu...she called me because she fainted, dan dibawa ke rumah sakit. Lalu setelah dicek ternyata dia hamil...anak aku."

Heidi menatap Jevon tak percaya.

"Aku dengar dari Yuna kalau Woody akan jadi bos baru kalian. Aku cuma mau tahu apa dia--"

"Aku akan bilang," pungkas Heidi. "Kalaupun dia masih ada perasaan, aku akan minta dia buat lupain Yuna. He deserves better anyway," ucap Heidi dingin.

Jevon tersenyum getir tapi ia juga tak bisa membantah dan mengerti kekecewaan Heidi, "Thanks...aku tahu ini semua nggak mudah buat kamu. Kamu berhak marah dan kecewa, but you choose to let us go."

Heidi menghela nafas pelan, "Karena aku sadar, aku juga nggak sesuci itu."

"Maksud kamu?"

Heidi menggeleng pelan, "Nggak apa-apa...aku cuma minta untuk kita jalanin hidup masing-masing aja. I want to start everything all over again."

*** 

10:15 PM

Srekk--!

Caesar membuka pintu balkon apartemennya, hanya sekedar ingin mencari angin segar malam hari.

Ia meletakkan gelas berisi wine-nya di atas meja dan bersandar pada railing balkon.

Pikirannya kembali kepada saat ketika ia bertengkar dengan Heidi beberapa waktu lalu. Kini gadis itu sudah mengetahui semuanya.

Hal itu membuatnya berpikir bahwa hidup ini seperti buku. Tak ada yang bisa menebak apa yang terjadi di halaman berikutnya.

Ketika Caesar berpikir bahwa ia sudah cukup dekat dengan Heidi, namun hanya dalam sekejap mata, semua kandas begitu saja. Tentu ia sadar bahwa ini adalah kemungkinan yang akan terjadi jika Heidi mengetahui semuanya.

Namun tetap saja hal ini terasa menyakitkan bagi Caesar.

Tapi paling tidak, Heidi masih mau mendengarkan penjelasannya dan berharap jika gadis itu mau memikirkan lagi semuanya.

Caesar menghela nafas pelan dan tak sengaja melihat area parkiran depan gedung apartemen. Ia tak sengaja melihat Heidi berjalan memasuki gedung apartemen, namun gadis itu tak datang sendiri.

Jevon mengantarnya sampai depan gedung apartemen.

Sesak dirasakan Caesar ketika melihat hal itu, padahal ia sendiri belum sepenuhnya 'pulih' dari pertengkaran tadi.

Tapi mulai malam itu Caesar memutuskan jika ia akan berhenti berharap.

[COMPLETED] WINEWhere stories live. Discover now