Bertetangga

2.3K 164 5
                                    

Flashback

8:10PM

Heidi melihat Jevon berjalan kembali dari arah area toilet ke meja mereka.

Gadis itu terdiam memainkan handphonenya, mencoba bersikap selayaknya tak terjadi apapun meski sesungguhnya batin Heidi tak tenang karena terus mempertanyakan ada apa antara Yuna dan Jevon.

Sebenarnya adalah hal yang aneh tak aneh bagi Jevon dan Heidi. Mereka, Yuna, dan Woody berasala dari satu almamater yang sama; Jevon satu angkatan di atas Heidi, Woody, dan Yuna.

Heidi, Jevon, dan Yuna sendiri juga sering double date bersama dengan Yuna mengajak pria lain yang dekat dengannya.

Yang Heidi tahu, Yuna tak pernah benar-benar terlibat dalam satu hubungan serius tertentu. Pria-pria yang datang bersamanya tak sekali dua kali berbeda karena Ia mengenalnya dari aplikasi kencan.

Namun Heidi merasa jika memang itu pilihan Yuna, maka ia merasa tak berhak untuk melarang gadis itu.

Tapi tetap terasa aneh baginya melihat Yuna menghubungi Jevon langsung. Tak mungkin rasanya jika gadis itu mencari Heidi sementara handphone Heidi sendiri aktif sejak tadi.

"Astaga! Di sini ternyata!" Seru Jevon membungkuk memungut handphonenya.

"Kenapa Yang?" Tanya Heidi.

"Ah nggak apa-apa, handphoneku jatuh. Tadi aku cari di kamar mandi nggak ada ternyata di sini."

"Oh.." balas Heidi tersenyum tipis. Ia mencuri pandang pada Jevon yang tengah memeriksa handphonenya. Ekspresi wajahnya berubah pucat ketika menatap layar handphonenya.

"Y-Yang..."

"Ya?" Balas Heidi.

"Maaf..s-something just came up. Aku--" ucap Jevon tak enak hati.

"Kenapa? Ada Sesuatu kah?"

"A-Adek aku-- Adek aku kepeleset di kamar mandi!" Seru Jevon tiba-tiba.

"Oh..terus...dirawat kah?"

"Lagi dibawa ke rumah sakit! I have to check on her. I-I'm sorry, you have to go home--alone."

Heidi menghela nafas pelan dan mencoba tersenyum, "O-Oke! Nggak apa-apa ntar aku naik taksi aja."

"I'm sorry...a-aku akan bayar semuanya! Jadi kalau kamu mau pulang, kamu tinggal pulang aja! Okay?"

Heidi mengangguk pelan. Ia memejamkan matanya sejenak ketika Jevon menghampirinya dan memeluknya sejenak sebelum pergi dari hadapannya.

Heidi terdiam menatap kursi kosong di hadapannya, "Kupikir adik kamu kuliah di luar negeri..." Gumamnya datar.

End of Flashback

Heidi menghela nafas panjang dan mendongak sejenak hanya sekedar melepas penat atas beban pikiran yang tengah ia rasakan saat ini. Ia mengecek handphonenya sekali lagi. Sudah hampir dua jam sejak Jevon pergi dan pria itu bahkan tak bertanya tentang dirinya; apakah ia sudah pulang atau belum. 

"Sorry?"

Perhatian Heidi teralihkan oleh seorang pria muda yang muncul di hadapannya, "Oh? bartender itu-- siapa namanya tadi? Caesar?" gumam Heidi dalam hati.  Ia terdiam sejenak, menatap pria itu dari ujung rambut hingga kaki. Caesar terlihat berbeda tanpa atribut bartendernya. Dia terlihat lebih.....kaya. 

"Ya?" balas Heidi. 

"Apa lagi nunggu bis?"

"Ya? kenapa?"

[COMPLETED] WINEWhere stories live. Discover now