Bab. 33 || Black Diary

29.1K 6.4K 642
                                    

Kemarin baru gue tinggal mandi sebentar udah terpenuhi aja targetnya༎ຶ‿༎ຶ sepertinya target 2k itu terlalu mudah untuk kalian hmmm...

⚠️AWAS TYPO BERTEBARAN⚠️

-o0o-
Happy
Reading
-o0o-

Jam istirahat berbunyi, membuat anak-anak berhamburan keluar kelas entah itu untuk membeli jajan ke kantin atau hanya bermain. Kecuali satu orang, Miya lebih memilih berdiam diri di kelas daripada bermain dengan anak kecil.

"Aduh, gimana nih ..." Gumam Stella, membuat Miya mengalihkan perhatiannya. Ah, ia lupa, Stella juga hanya berdiam diri di pojok kelas, tak tau sedang apa.

"Kenapa, La?" Tanya Miya penasaran.

"Bukunya Xavier ketinggalan, tadi kayaknya jatuh deh. Tapi, aku lagi malas nganterinnya, perut aku lagi sakit, hiks..." rengek Stella pada Miya.

"Sini, biar aku aja," ucap Miya menawarkan diri.

"Beneran gapapa?" Tanya Stella sekali lagi, pasalnya kelas mereka dan kelas Xavier lumayan jauh.

"Gapapa."

Stella tersenyum senang dan menyerahkan buku bersampul hitam itu kepada Miya. "Tolong ya," ucap Stella yang di angguki oleh Miya.

Miya berjalan keluar kelas, meninggalkan Stella yang masih berdiam diri disana.

Selama perjalanan, Miya merasa sangat penasaran dengan buku bersampul hitam itu. Rasa penasarannya terus bertambah di setiap langkahnya.

Hingga kemudian, Miya menghentikan langkahnya dan menghela napas.

"Buka dikit gapapa kali ya, emang apasih yang ditulis sama anak kecil? Paling cuma coretan gak jelas," ucap Miya, menyakinkan pada dirinya sendiri bahwa mengintip sedikit tidak masalah.

Miya menengok kebelakang, dan sekitarnya, memastikan tidak ada orang yang memperhatikannya apalagi jika itu Xavier.

Setelah memastikan bahwa semuanya aman, Miya membuka buku itu. Lembar pertama dari buku bersampul hitam itu mampu membuat Miya terkejut sampai detak jantungnya terasa tidak normal.

Aku di masa lalu, dan aku yang berada di dalam komik

-o0o-

Disisi lain, Alarick masih berdiri di tempat yang sama saking shok dengan apa yang ia lihat. Xander Reheart kini berada tak jauh darinya.

Ingatan-ingatan saat ia hampir di lecehkan oleh lelaki itu karena di kira perempuan masih melayang dibenaknya. Sulit untuk dihapus.

Begitu menyadari sesuatu, Alarick segera berbalik, hendak melangkah menuju arah yang berlawanan. Terserah, dia akan mencari ruang kepala sekolah sendiri!

Alarick berjalan dengan cepat sebelum sebuah suara menyapa gendang telinganya. "Permisi, anda ingin kemana?" Suara pak satpam yang di sebelahnya juga ada Xander membuat Alarick membulatkan mata seketika.

"Ekhm..ekhmm.. e.. saya cuma mau lihat-lihat sekolah anak saya," ucap Alarick dengan suara maco-nya agar tidak ada kemiripan sedikitpun dengan suara Minul.

Alarick tetap mempertahankan posisinya dan tidak berbalik menghadap Xander, takut jika lelaki itu mengenalinya. Toh, dia yakin Xander akan segera pergi.

Setelah pamit, Alarick bergegas pergi dari sana, memutuskan untuk mencari ruang kepala sekolah sendiri. Hal itu sontak saja membuat Xander yang melihatnya keheranan.

Antagonis PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang